Emiten Sektor Otomotif Masih Mengadapi Jalan Terjal

Senin, 29 Juli 2019 | 06:21 WIB
Emiten Sektor Otomotif Masih Mengadapi Jalan Terjal
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor otomotif Indonesia menghadapi tantangan berat sepanjang tahun 2019. Hal tersebut tercermin dari melambatnya penjualan mobil pada lima bulan pertama tahun ini.

Merujuk data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), penjualan mobil dari pabrikan ke dealer turun 16,4% (yoy) menjadi 84.029 unit di periode Januari-Mei 2019. Total penjualan mobil per Mei 2019 juga turun 14,7% (yoy) menjadi 422.038 unit.

Analis Panin Sekuritas Nico Laurens mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang stagnan di level 5% ditambah harga komoditas yang rendah mempengaruhi permintaan mobil.

Belum lagi, kualitas transportasi umum di sejumlah kota besar sudah meningkat signifikan. Hal tersebut secara perlahan mendorong masyarakat untuk lebih memanfaatkan transportasi umum yang relatif terjangkau dari segi biaya, alih-alih membeli kendaraan pribadi.

"Menjamurnya transportasi online juga mulai mengubah pola konsumsi masyarakat terhadap kendaraan pribadi," kata dia, akhir pekan lalu.

Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis menambahkan, perlambatan penjualan mobil juga diperburuk oleh masuknya produsen otomotif internasional. Kondisi ini membuat kapasitas produksi yang ada di Indonesia kurang dimanfaatkan dengan maksimal ketika ekonomi sedang stagnan.

Ia mencatat, kapasitas produksi tahunan mobil di Indonesia telah menjadi 2,25 juta unit di tahun lalu. Jumlah ini naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2011 yang hanya 1 juta unit. "Karena pertumbuhan penjualan mobil sedang melambat, hal ini membuat tingkat utilitasi mobil nasional hanya 50% dan bisa kian memburuk," ujar dia dalam riset 26 Juni.

Edward pun yakin, perlambatan di sektor otomotif masih akan berlanjut di sisa tahun ini. Oleh karena itu, ia memproyeksikan volume penjualan mobil di Indonesia dapat turun 5% di tahun ini menjadi sekitar 1,1 juta unit.

Kendati demikian, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Selvi Ocktaviani menyebut, produsen otomotif Indonesia sebenarnya masih bisa leluasa melakukan ekspansi meski diadang sejumlah ancaman. Apalagi, di semester II ketidakpastian politik di dalam negeri telah usai.

Industri otomotif juga bisa kembali bergairah jika Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga acuan di sisa tahun ini. Pasalnya, penurunan bunga acuan secara signifikan akan membuat beban bunga kredit kendaraan yang ditanggung pelanggan lebih murah.

Selvi menyatakan, sejumlah cara dapat dilakukan oleh pelaku industri otomotif domestik agar kinerjanya tetap stabil. Misalnya, memperkuat kerjasama dengan institusi keuangan dalam menawarkan skema kredit kendaraan.

Peluang mobil listrik

Di tengah ancaman perlambatan yang terjadi, industri otomotif Indonesia juga tengah bersiap menyambut kehadiran kendaraan listrik. Pemerintah pun berjanji segera merilis peraturan pemerintah (PP) dan peraturan presiden (Perpres) tentang Kendaraan Bermotor Listrik.

Menurut Selvi, rencana penerbitan aturan dan insentif tersebut dapat menjadi kajian bagi perusahaan global yang tertarik berinvestasi dan mengembangkan jenis kendaraan tersebut di Indonesia.

Hanya saja, harus diakui bahwa keberadaan kendaraan listrik masih sulit diwujudkan dalam waktu dekat. Kebutuhan anggaran belanja modal investasi kendaraan listrik sangat besar dan membutuhkan waktu lama untuk membangun infrastruktur kendaraan listrik. "Sebelum sampai ke tahap kendaraan listrik, emiten otomotif lebih condong memproduksi kendaraan hybrid dulu," ungkap dia.

Tetapi Edward menyatakan, cepat atau lambat, produsen otomotif lokal akan menggarap segmen tersebut. Karena berdasarkan fakta, subsidi bahan bakar telah membebani anggaran pemerintah.

Tak hanya itu, pembangunan basis kendaraan listrik juga semakin makin tinggi. Sebab, Kementerian ESDM telah menyebutkan bahwa cadangan minyak Indonesia dapat habis tahun 2030. "Ini disebabkan tingkat konsumsi minyak yang tinggi dan kurangnya eksplorasi untuk ladang minyak baru," papar dia.

Dengan berbagai faktor tersebut, Edward masih merekomendasikan netral terhadap sektor otomotif. Namun, saham emiten seperti PT Astra International Tbk (ASII) masih bisa dikoleksi oleh investor lantaran mendominasi pangsa pasar industri otomotif domestik.

Begitu pula dengan Selvi yang juga merekomendasikan beli saham ASII. Target harga wajar ASII menurut Selvi adalah Rp 8.625 per saham.

Nico menilai, emiten produsen kendaraan seperti ASII dan PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS) masih menghadapi tekanan kinerja hingga akhir tahun. Akan tetapi, saham ASII tetap bisa dijadikan pilihan lantaran valuasinya masih murah.

Bagikan

Berita Terbaru

Bidik Proyek MBG, Produsen Susu Asal Malaysia Siap Bertarung dengan Pemain Lokal
| Rabu, 26 November 2025 | 17:36 WIB

Bidik Proyek MBG, Produsen Susu Asal Malaysia Siap Bertarung dengan Pemain Lokal

Farm Fresh Bhd. bakal mendirikan pertanian seluas 230 ha di Bandung dan sedang mencari kemitraan untuk membangun distribusi lokal.

Kinerja BBTN Sesuai Target, Laba Bersih Mencapai Rp 2,50 Triliun per Oktober 2025
| Rabu, 26 November 2025 | 15:45 WIB

Kinerja BBTN Sesuai Target, Laba Bersih Mencapai Rp 2,50 Triliun per Oktober 2025

Laba bersih BTN naik 13,72% jadi Rp 2,50 triliun per Oktober 2025, didukung kredit dan DPK. Analis proyeksikan laba Rp 3,30 triliun di 2025.

Sempat Dikoleksi Asing, Saham SMGR Mulai Terkoreksi di Tengah Pemulihan Kinerja
| Rabu, 26 November 2025 | 08:59 WIB

Sempat Dikoleksi Asing, Saham SMGR Mulai Terkoreksi di Tengah Pemulihan Kinerja

SMGR sudah pulih, terutama pada kuartal III-2025 terlihat dari pencapaian laba bersih setelah pada kuartal II-2025 perusahaan masih merugi.

KRIS dan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Bikin Prospek Emiten Rumah Sakit Makin Solid
| Rabu, 26 November 2025 | 08:53 WIB

KRIS dan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Bikin Prospek Emiten Rumah Sakit Makin Solid

Simak analisis prospek saham rumah sakit HEAL, SILO, dan MIKA) tahun 2026 yang berpotensi disulut kenaikan iuran BPJS dan implementasi KRIS.

Setelah Cetak Rekor & Koreksi, Arah IHSG Menanti Data Penting dari Indonesia dan AS
| Rabu, 26 November 2025 | 08:45 WIB

Setelah Cetak Rekor & Koreksi, Arah IHSG Menanti Data Penting dari Indonesia dan AS

Pelaku pasar juga menunggu rilis sejumlah data makroekonomi penting seperti indeks harga produsen, penjualan ritel dan produksi industri AS.

Tunggu Lima Tahun, Eks Pegawai Jadi Konsultan Pajak
| Rabu, 26 November 2025 | 08:22 WIB

Tunggu Lima Tahun, Eks Pegawai Jadi Konsultan Pajak

Dirjen Pajak Bimo Wijayanto mengungkapkan rencananya untuk memperketat syarat bagi mantan pegawai pajak untuk menjadi konsultan pajak

Bea Cukai Bakal Pangkas Kuota Kawasan Berikat
| Rabu, 26 November 2025 | 08:17 WIB

Bea Cukai Bakal Pangkas Kuota Kawasan Berikat

Ditjen Bea dan Cukai bakal memangkas kuota hasil produksi kawasan berikat yang didistribusikan ke pasar domestik

Akhir November, Belanja Masyarakat Naik
| Rabu, 26 November 2025 | 08:10 WIB

Akhir November, Belanja Masyarakat Naik

Mandiri Spending Index (MSI) per 16 November 2025, yang naik 1,5% dibanding minggu sebelumnya ke level 312,8

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) Kejar Target Home Passed Via Akuisisi LINK
| Rabu, 26 November 2025 | 07:53 WIB

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) Kejar Target Home Passed Via Akuisisi LINK

Keberhasilan Akuisisi LINK dan peluncuran FWA IRA jadi kunci pertumbuhan bisnis PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI).

Wajib Pajak Masih Nakal, Kebocoran Menganga
| Rabu, 26 November 2025 | 07:51 WIB

Wajib Pajak Masih Nakal, Kebocoran Menganga

Ditjen Pajak menemukan dugaan praktik underinvoicing yang dilakukan 463 wajib pajak                 

INDEKS BERITA

Terpopuler