KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan kota berbasis smart city mulai marak. Pasar bisnis smart city diperkirakan mencapai US$ 237,6 miliar pada 2025, dengan rata-rata pertumbuhan 18,9% dari 2019 sampai 2025. Walhasil, prospek ini membuka ceruk potensial bagi emiten jasa teknologi informasi.
Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan, di Indonesia, pengembangan smart city masih memiliki masa depan. "Sehingga, prospeknya menarik," jelas dia, kemarin.
Sejumlah saham emiten penyedia jasa teknologi, seperti PT Anabatic Technologies Tbk (ATIC) dan PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) akan terimbas sentimen tersebut.
Setali tiga uang, analis Binaartha Sekuritas M Nafan Aji menilai, pengembangan smart city menaikkan permintaan teknologi. Alhasil, kinerja keuangan emiten menjadi solid dan lebih sehat.
Direktur PT Metrodata Electronics Tbk Randy Kartadinata menuturkan, proses digitalisasi di segala lini saat ini sudah tidak dapat dihindari lagi. "Termasuk banyak korporasi yang mulai sadar transformasi IT penting," kata dia, kemarin.
Kondisi ini menguntungkan bagi perusahaan teknologi seperti MTDL. "Penjualan langsung ke korporasi akan lebih kami tonjolkan tahun ini," imbuh Randy.
Ia menuturkan, MTDL menargetkan pertumbuhan pendapatan mencapai 12,48% menjadi Rp 14,3 triliun. Sejauh ini, kinerja berjalan sesuai harapan. Hingga pertengahan tahun, target tercapai 50%.
Analis juga menilai kinerja MTDL oke. Debt to equity ratio (DER) di kuartal I-2019 turun menjadi 0,86 kali dari sebelumnya 1,02 kali. "Beda dengan ATIC, DER justru naik dua kali lipat," terang Nafan.
Harga naik tinggi
Sukarno menambahkan, MTDL memang terlihat lebih lincah mencetak keuntungan. Margin laba kotor perusahaan ini di tiga bulan pertama 2019 naik menjadi 8,39% dari sebelumnya 7,59% secara tahunan. "Margin laba bersih juga meningkat menjadi 2,65% dari 2,15%," jelas Sukarno.
Pergerakan harga saham MTDL tahun ini juga cukup menarik. Di akhir tahun lalu, harga MTDL cuma Rp 865 per saham. Pada penutupan perdagangan kemarin, harganya sudah mencapai Rp 1.240 per saham, atau naik 43,35%.
Analis menilai valuasi MTDL memang cukup murah. Saham ini memiliki price earning ratio (PER) 9,92 kali.
Bandingkan dengan PER ATIC yang mencapai 149 kali. Meski begitu, PER rata-rata industrinya jauh lebih tinggi, yakni 515 kali. Price to book value (PBV) MTDL dan ATIC masing-masing 1,62 kali dan 2,51 kali. Sementara, rata-rata industrinya 3,19 kali. "Dari segi likuiditas, MTDL lebih baik," kata Nafan.
Sementara, Sukarno merekomendasikan buy saham kedua emiten ini. Ia mematok target harga untuk MTDL dan ATIC masing-masing Rp 1.700 dan Rp 900 per saham.