Empat Sektor Mendorong Kenaikan Utang Luar Negeri Swasta di Februari

Kamis, 18 April 2019 | 07:45 WIB
Empat Sektor Mendorong Kenaikan Utang Luar Negeri Swasta di Februari
[]
Reporter: Grace Olivia | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Utang luar negeri swasta per Februari mengalami pertumbuhan sebesar 10,8% year on year (yoy). Namun jika diperbandingkan secara bulanan, posisi utang luar negeri swasta di Februari tidak mengalami perubahan berarti dibanding posisi Januari.

Bank Indonesia (BI) mencatat, pertumbuhan utang luar negeri swasta bersumber dari empat sektor. Pertama sektor pengadaan listrik, gas, uap atau air panas (LGA) naik 26,8% yoy; Kedua, dari sektor pertambangan dan penggalian juga naik 26,8% yoy; Ketiga, sektor jasa keuangan dan asuransi naik 9,34% secara tahunan atau yoy; keempat sektor industri pengolahan naik 0,5% yoy.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko, Senin (15/4), mengatakan, porsi utang luar negeri keempat sektor tersebut mencapai 74,2% terhadap total utang luar negeri swasta. Meski  secara tahunan utang luar negeri swasta naik cukup tinggi, jika diukur secara bulanan pertumbuhan utang terlihat melambat.

Utang luar negeri swasta per Februari 2019 naik 0,65% dibanding bulan Januari 2019. Sementara pertumbuhan utang Januari 2019, terhadap bulan Desember 2018 juga tumbuh tipis hanya tumbuh 0,93%. Jika Desember 2018 utang luar negeri swasta mencapai US$ 191,87 miliar pada Januari 2019 menjadi US$ 193,57 miliar.

Dari sisi penggunaan, mayoritas utang luar negeri swasta untuk refinancing atau membayar utang jatuh tempo. Refinancing utang mengalami kenaikan. Jika Januari sebesar US$ 20,45 miliar, per Februari menjadi US$ 21,12 miliar. Padahal, dalam periode yang sama, penggunaan utang untuk modal kerja, turun dari US$ 59,79 miliar menjadi US$ 59,76 miliar.

Begitu juga dengan penggunaan utang untuk investasi turun dari US$ 63,80 miliar jadi US$ 63,48 miliar.BI mencatat rerata utang luar negeri swasta dengan jatuh tempo kurang dari setahun juga naik, dari US$ 47,62 miliar pada Januari, menjadi US$ 48,11 miliar di Februari.

Utang jangka panjang masih mendominasi utang luar negeri swasta. Dengan nilai US$ 146,8 miliar , utang jangka panjang setara 75,3% dari total utang luar negeri swasta.

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, laju pertumbuhan ULN swasta masih berpotensi naik. Sebab, "Swasta mungkin mengerem utang, untuk modal kerja dan investasi karena wait and see terkait Pemilu," katanya, Selasa (17/4).

Kenaikan ULN swasta seiring dengan aktivitas produksi dan ekspansi tahun ini. Ia memperkirakan, setelah pemenang pemilu jelas, perusahaan akan lebih percaya diri untuk melakukan ekspansi. Faktor lain yang membuat utang melonjak karena likuiditas yang di dalam negeri minim. Untuk menerbitkan obligasi korporasi pun, swasta harus menawarkan yield lebih tinggi karena bersaing dengan obligasi pemerintah.

Rendy berharap pemerintah lebih waspada memantau pertumbuhan ULN swasta. Pasalnya, pertumbuhan ULN swasta yang terlalu cepat bisa berdampak pada perekonomian dalam negeri secara makro.

Pertama, meningkatnya utang swasta bisa menjadi preseden buruk bagi penilaian lembaga rating kredit. Kedua, saat ULN swasta naik, kebutuhan dollar juga akan meningkat, terutama jika ada banyak utang yang jatuh tempo. Jika tidak diantisipasi, ini dapat menjadi pemicu depresiasi nilai tukar rupiah ke depan. "Selain itu, juga perlu dipantau rasio utang dengan devisa. Di tengah penurunan kinerja ekspor, rasio utang bisa jadi makin besar dan ini menambah risiko," katanya. Di tengah penurunan kinerja ekspor, rasio utang bisa jadi makin besar.

Bagikan

Berita Terbaru

Racik Portofolio Reksadana, Optimalkan Penguatan Aset Berisiko
| Senin, 15 Desember 2025 | 15:03 WIB

Racik Portofolio Reksadana, Optimalkan Penguatan Aset Berisiko

Para fund manager lebih optimistis menghadapi 2026. Simak strategi portofolio yang disiapkan demi rapor reksadana lebih apik!

Reli TRIN Mulai Patah, Analis: Kenaikan Masih Didominasi Sentimen Non Fundamental
| Senin, 15 Desember 2025 | 10:00 WIB

Reli TRIN Mulai Patah, Analis: Kenaikan Masih Didominasi Sentimen Non Fundamental

Reli saham TRIN terpicu kehadiran Rahayu Saraswati Djojohadikusumo sebagai calon pemegang saham strategis dan Komisaris Utama.

Bencana Sumatra dan Peran Investor Dalam Menjaga Lingkungan
| Senin, 15 Desember 2025 | 09:12 WIB

Bencana Sumatra dan Peran Investor Dalam Menjaga Lingkungan

Sebagai investor dan pengelola dana yang rasional maka konsep ESG investing akan sangat penting diperhatikan.

Ramai Penerbitan Obligasi ESG Sampai Akhir Tahun
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:49 WIB

Ramai Penerbitan Obligasi ESG Sampai Akhir Tahun

Korporasi getol meluncurkan obligasi bertema ESG di tahun ini. Nilai penerbitannya melampaui tahun 2024 lalu.

Mencari Reksadana Terbaik Tahun 2025 dengan Jensen Alpha
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:36 WIB

Mencari Reksadana Terbaik Tahun 2025 dengan Jensen Alpha

Namun dalam pemilihan investasi, investor hendaknya tetap memperhatikan faktor risiko yang harus ditanggung. 

ESG & Keberlanjutan HMSP:  Mengepul Dengan Produk Bebas Asap
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:32 WIB

ESG & Keberlanjutan HMSP: Mengepul Dengan Produk Bebas Asap

Isu kesehatan dan dampak sosial melekat di perusahaan rokok. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) terus bertransisi untuk mengatasi isu tersebut.

Cadangan Devisa Akhir Tahun Berpotensi Menguat
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:23 WIB

Cadangan Devisa Akhir Tahun Berpotensi Menguat

BI mencatat, pada periode 8 hingga 11 Desember 2025, nonresiden beli neto sebesar Rp 1,14 triliun di pasar saham dan Rp 2,85 triliun di pasar SBN

Nataru Jadi Momentum Bagi Industri Ritel, Cek Target Harga Saham AMRT, ACES, dan MAPI
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:17 WIB

Nataru Jadi Momentum Bagi Industri Ritel, Cek Target Harga Saham AMRT, ACES, dan MAPI

Kinerja keuangan emiten peritel seperti AMRT, ACES, dan MAPI diprediksi bisa membaik di kuartal IV-2025.

Panca Anugrah Wisesa (MGLV) Siap Menambah Lini Produk Baru
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:05 WIB

Panca Anugrah Wisesa (MGLV) Siap Menambah Lini Produk Baru

Perusahaan akan menambah lini produk baru berupa outdoor furnitur dari salah satu nama beken asal Italia.

Manuver Keluarga Presiden Prabowo: Arsari Caplok COIN, Rahayu Saraswati Borong TRIN
| Senin, 15 Desember 2025 | 07:55 WIB

Manuver Keluarga Presiden Prabowo: Arsari Caplok COIN, Rahayu Saraswati Borong TRIN

Ekspansi bisnis keluarga Prabowo diterjemahkan pasar sebagai sinyal arah kebijakan ekonomi masa depan.

INDEKS BERITA

Terpopuler