ESG SIDO: Mitigasi Perubahan Iklim Untuk Kelancaran Usaha

Senin, 14 April 2025 | 07:41 WIB
ESG SIDO: Mitigasi Perubahan Iklim Untuk Kelancaran Usaha
[ILUSTRASI. Fasilitas produksi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO).]
Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak perubahan iklim merupakan ancaman nyata. Suhu yang lebih panas, bencana kekeringan dan banjir, merusak kualitas hidup, dan mengganggu ketahanan pangan. Bagi dunia bisnis, efek negatifnya berimbas pada rantai pasok, seperti kekurangan bahan baku dan biaya operasional lebih tinggi.

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperkirakan, rekor suhu panas yang dimulai tahun lalu bisa berlanjut di tahun ini. Bahkan, jika suhu global lebih tinggi sampai 4% di 2100, sebesar 40% dari output ekonomi global bisa ikut terhapus, berdasarkan studi terbaru Universitas New South Wales.

Tak perlu menunggu sampai dampak perubahan iklim memburuk, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) menjadikan isu perubahan iklim sebagai tantangan utama bisnis mereka yang memperhatikan ESG.

Tiur Simamora, Sekretaris Perusahaan Sido Muncul, menyebutkan, sebagai industri jamu atau herbal, perubahan iklim pasti berdampak dengan bahan baku yang hampir 100% berasal dari tanaman.

Dia bilang, untuk isu lingkungan, SIDO memperhatikan pemasok, khususnya petani mitra agar peduli dengan isu lingkungan untuk keberlanjutan bahan baku berkualitas. "Tentunya, kami juga berharap, pemerintah juga peduli dan ada regulasi yang jelas untuk mendukung isu lingkungan," kata dia.

SIDO pun melakukan analisis mendalam terkait imbas perubahan iklim dalam jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.

Dalam jangka pendek operasional, sekitar 1-2 tahun, gangguan bahan baku bisa berupa gagal panen atau rantai pasok terganggu akibat cuaca ekstrem. Beberapa komoditas lebih sulit ditanam akibat cuaca yang tidak menentu.

Sebagai langkah mitigasi, SIDO menerapkan sistem manajemen risiko yang komprehensif, memperkuat kemitraan dengan pemasok lokal, dan meningkatkan kapasitas gudang. Perusahaan ini juga berinvestasi pada teknologi ramah lingkungan untuk mengurangi jejak karbon operasional.

Dalam jangka menengah 3-5 tahun ke depan, SIDO mengantisipasi perubahan peraturan lingkungan yang bisa memengaruhi operasional dengan melakukan transisi ke energi baru dan terbarukan (EBT) dalam operasional, serta meningkatkan fokus pada produk ramah lingkungan berkelanjutan.

Penguatan rantai pasok dilakukan dengan mengoperasikan rumah kaca yang memproduksi bibit unggul dan kampanye kesadaran lingkungan.

Sedang untuk jangka panjang 6-10 tahun ke depan, SIDO mengantisipasi perubahan lanskap pasar dan preferensi konsumen secara signifikan karena perubahan iklim. SIDO berkomitmen dalam inovasi berkelanjutan, mengembangkan produk yang menjawab kebutuhan pasar tapi ramah lingkungan.

SIDO sudah mulai merealisasikan upaya mitigasi ini. Misalnya, dengan melakukan pembinaan dan audit pemasok, sehingga memastikan bahwa nilai keberlanjutan berlangsung di sepanjang rantai pasok.

Lewat Pusat Penelitian Tanaman Rempah Sido Muncul (PPRS) dan greenhouse, SIDO melakukan penelitian untuk mendapatkan bibit unggul yang nantinya bisa diterima petani mitra. Ini juga akan mendukung usaha SIDO untuk mendapat pasokan berkelanjutan.

Dengan mendorong pasokan berkelanjutan, SIDO mencatat, ada peningkatan suplai rata-rata 12% dari petani mitra. Capaian ini lebih besar dibanding target kenaikan suplai 10%.

Dalam operasionalnya, SIDO juga mendorong bauran EBT lebih besar dan pabrik hijau dari sisi energi, limbah, dan teknologi ramah lingkungan.

Pada 2024, SIDO menggunakan EBT, terutama dari biomassa, panel surya, dan listrik dari renewable energy certificate (REC). Ada peningkatan 10% pada penggunaan EBT di tahun lalu menjadi 91% dibanding tahun sebelumnya 88%.

Komitmen ini berkontribusi terhadap penurunan dampak operasional, khususnya emisi gas rumah kaca. Di 2024, SIDO berhasil menurunkan emisi scope 1 dan scope 2 sebesar 89% dari tahun baseline 2021.

Dengan strategi ini, SIDO menyebutkan, bisa memperhitungkan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi akibat dari kegiatan operasional mereka, dan mengawasi pengelolaan dampak secara terukur.

Tidak hanya di lingkungan operasional, SIDO berpartisipasi dalam program pelestarian alam, seperti menanam 600 pohon mangrove tahun lalu serta menggunakan area pabrik seluas 3 hektare sebagai wilayah agrowisata dan area konservasi berizin untuk 269 jenis tanaman dan 146 ekor satwa.

 

Menjaga dominasi

Meski tantangan terbesar ada pada lingkungan, SIDO melihat faktor dari sosial dan tata kelola perusahaan juga penting. "Kami tetap fokus di semua sektor ESG karena semuanya penting dan saling melengkapi untuk mendukung operasional Sido Muncul," sebut Tiur.

Pada lini sosial, SIDO mengembangkan Program TJSL dari tingkat lokal ke tingkat nasional. Ini untuk menyasar kelompok rentan lebih luas, misalnya, lewat operasi katarak dan bibir sumbing serta bantuan penanganan stunting. Di bidang infrastruktur, SIDO memberi bantuan sarana prasarana umum ke lima desa yang berada di sejumlah wilayah pabrik. Harapannya, bisa membawa dampak positif pada pertumbuhan ekonomi warga.

Praktik bisnis yang sehat dengan memperhatikan ESG juga membuahkan hasil kinerja yang baik pula untuk Sido Muncul. Pada akhir 2024, SIDO mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 3,92 triliun, ditopang kenaikan di seluruh segmen, yaitu herbal & suplemen, makanan & minuman, serta farmasi.

Peningkatan ini didorong oleh pemekaran distribusi domestik maupun pasar ekspor yang gencar dilakukan, disertai inisiatif marketing dan promosi bertanggungjawab. Sementara itu, laba bersih perusahaan naik 23% menjadi Rp 1,17 triliun.

SIDO pun yakin bisa menjaga pertumbuhan 10% di 2025. Perusahaan ini tetap mengincar dominasi pangsa pasar dengan berbagai produk andalan, seperti Tolak Angin yang menguasai 72% pangsa obat herbal masuk angin di Indonesia.

Untuk menciptakan pertumbuhan bisnis yang kuat, SIDO juga berencana ekspansi ke pasar internasional. Mereka juga sudah mulai memasarkan produk ke negara Semenanjung Arab, Economic Community of West African States (ECOWAS), dan kawasan Indochina.

Tiur mengaku, belum terpengaruh dengan dampak kebijakan impor Amerika Serikat yang memengaruhi iklim perdagangan global. "Produk kami mayoritas masih pasar domestik. Bahan baku juga hampir 90% lokal," ujar dia.

Untuk ekspansi, SIDO menyiapkan alokasi belanja modal (capex) sekitar Rp 150 miliar Rp 175 miliar. Sebagian besar capex ini akan digunakan untuk pemeliharaan sarana produksi serta pengembangan digitalisasi. "Dengan inovasi produk, efisiensi operasional dan terjaganya rantai pasok, kami bisa mengejar target pertumbuhan minimal sama dengan tahun lalu," tambah Tiur.

Meski dengan komitmen yang serius, nilai skor risiko ESG SIDO dari Morningstar Sustainalytics turun sedikit. Dari sebelumnya skor 19 menjadi 21. Berdasarkan penilaian ini, bisnis SIDO yang tadinya dianggap berimbas rendah pada ESG, kini punya imbas menengah.

Tapi, Tiur memastikan, SIDO tetap menjaga menjaga aspek ESG. Ini dibuktikan dengan penghargaan PROPER emas, efisiensi energi, pengurangan emisi, dan tata kelola perusahaan yang terjaga baik. Ia menduga, ada kenaikan pembobotan oleh Sustainalytics lantaran skor ESG industri lain pun cenderung meningkat. "Kami berniat mendiskusikan ini dengan Sustainalytics untuk mengetahui alasannya," katanya.

Sementara saham SIDO tetap bertengger manis di berbagai indeks dengan tema ESG di Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti di Indeks Sri-Kehati, ESG Quality 45-Kehati, dan ESG Sector Leaders-Kehati, serta IDX ESG Leaders.

Ada di indeks-indeks ESG, saham SIDO termasuk di antara perusahaan dengan kinerja baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap ESG yang baik. Selain itu, saham SIDO juga disebut memiliki likuiditas dan kinerja yang baik.

Dengan kinerja yang cukup sehat di tahun lalu, Analis Eka Rahmawati dari Binaartha Sekuritas memberi rekomendasi buy saham SIDO dengan target harga Rp 710 per saham. Dia melihat, SIDO tetap menjaga biaya bahan baku rendah dan melakukan penyesuaian harga jual rata-rata (ASP). Imbasnya, margin usaha terjaga. Ia juga optimistis, SIDO menjaga rasio pembagian dividen yang biasanya mencapai 90% dari laba.

Saham SIDO turun 6,78% sepanjang tahun ini hingga Kamis (10/4) ke Rp 550. Penurunan saham SIDO ini tak sedalam indeks SRI-Kehati yang merosot sampai 11,45%.

Untuk meredam gejolak saham di pasar modal saat ini, SIDO juga menganggarkan dana Rp 300 miliar untuk melakukan pembelian kembali sahamnya (buyback) hingga 20 Juni 2025 mendatang.

 

 

Bagikan

Berita Terbaru

Dua Proyek Jumbo di Bali Kerek Prospek Saham MINA, SSIA, WINE, MLBI, dan BUVA
| Rabu, 06 Agustus 2025 | 08:54 WIB

Dua Proyek Jumbo di Bali Kerek Prospek Saham MINA, SSIA, WINE, MLBI, dan BUVA

Pengembang properti dan pelaku usaha mamin dengan eksposur substansial di Bali berpotensi memperoleh manfaat dari proyek MRT dan KEK Kesehatan.

Laba 27,11% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Susut (6 Agustus 2025)
| Rabu, 06 Agustus 2025 | 08:40 WIB

Laba 27,11% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Susut (6 Agustus 2025)

Harga emas batangan Antam 24 hari ini masih sesuai update 6 Agustus 2025 di Logammulia.com Rp 1.950.000 per gram, buyback Rp 1.796.000 per gram.

Triv Menggaet Pendanaan Rp 3,2 Triliun dari Perusahaan Kripto Global, MEXC
| Rabu, 06 Agustus 2025 | 08:13 WIB

Triv Menggaet Pendanaan Rp 3,2 Triliun dari Perusahaan Kripto Global, MEXC

Kami juga dapat meningkatkan likuiditas, serta menghadirkan lebih banyak produk inovatif bagi pengguna baru maupun lama.

Harga Saham Pengelola Hypermart (MPPA) Naik Signifikan Meski Kinerja Kurang Memuaskan
| Rabu, 06 Agustus 2025 | 08:11 WIB

Harga Saham Pengelola Hypermart (MPPA) Naik Signifikan Meski Kinerja Kurang Memuaskan

Kinerja keuangan PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) di semester I-2025 tertekan lantaran pendapatan dan laba bersih kuartal II turun.

Angka PDB Memantik Kontroversi, Simak Arah IHSG Hari Ini, Rabu (6/8)
| Rabu, 06 Agustus 2025 | 08:07 WIB

Angka PDB Memantik Kontroversi, Simak Arah IHSG Hari Ini, Rabu (6/8)

Angka PDB tersebut memang memantik kontroversi. Sebelumnya analis dan ekonomi memprediksi, PDB Indonesia lesu atau paling tidak stagnan.

Industri Tekstil Nasional Masih Tersendat
| Rabu, 06 Agustus 2025 | 07:22 WIB

Industri Tekstil Nasional Masih Tersendat

Pada Juli 2025, Farhan mengaku tidak ada peningkatan penjualan baik di pasar domestik maupun ekspor.

 Industri Baja Tertahan Sepi Permintaan
| Rabu, 06 Agustus 2025 | 07:19 WIB

Industri Baja Tertahan Sepi Permintaan

Banjir baja impor turut mengusik kinerja produsen lokal, selain permintaan dari dalam negeri yang sepi

WMPP Incar Pendapatan Rp 830 Miliar
| Rabu, 06 Agustus 2025 | 07:15 WIB

WMPP Incar Pendapatan Rp 830 Miliar

WMPP menjalankan strategi efisiensi serta optimalisasi operasional. Mereka akan fokus meningkatkan utilisasi fasilitas existing,

DYAN Terimbas Efisiensi Anggaran Pemerintah
| Rabu, 06 Agustus 2025 | 07:11 WIB

DYAN Terimbas Efisiensi Anggaran Pemerintah

Yang terang, efisiensi yang dilakukan pemerintah juga membuat berbagai kegiatan operasional dan non operasional berkurang,

 Tekanan Ekonomi Membayangi MPMX
| Rabu, 06 Agustus 2025 | 07:08 WIB

Tekanan Ekonomi Membayangi MPMX

PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) memasang target pertumbuhan bisnis konservatif hingga akhir tahun ini

INDEKS BERITA

Terpopuler