Fenomena Rojali dan Kemiskinan Aspirasi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di pusat-pusat perbelanjaan, food court hingga kafe-kafe estetik di berbagai kota, kini mulai tampak pola yang kian mencolok: kerumunan anak muda dan keluarga yang terlihat ramai, duduk berjam-jam, tetapi nyaris tanpa aktivitas belanja yang berarti. Mereka memesan segelas minuman untuk lima orang, menumpang Wi-Fi, mengambil banyak foto, tetapi transaksi minimal. Inilah fenomena Rojali atau Rombongan Jarang Beli, sebuah istilah yang viral dan menyentuh akar persoalan ekonomi Indonesia hari ini: daya beli yang ambruk, ilusi pertumbuhan konsumsi, dan gagalnya negara memahami transformasi sosial pasca-pandemi.
Istilah ini bukan sekadar ejekan bagi pengunjung "irit", tetapi indikator kegentingan yang lebih luas. Bank Indonesia mencatat Indeks Penjualan Riil (IPR) secara tahunan turun 1,5% pada April dan kembali negatif pada Mei 2025. Ini terjadi bersamaan dengan penurunan indeks kepercayaan konsumen dari 127 pada akhir 2024 menjadi 117 pada kuartal pertama 2025. Artinya, meski pusat belanja ramai secara visual, konsumsi riil, yakni jumlah uang yang benar-benar dibelanjakan menyusut.
Baca Juga: Institusi Asing Kembali Masuk, Saham ADRO Menguat dan Masuk Fase Bullish
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan.
Sudah berlangganan? MasukBerlangganan dengan Google
Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.
Kontan Digital Premium Access
Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari
Rp 120.000
Business Insight
Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan