Fitch: Industri Dasar dan Migas Paling Rentan Terdampak Perlambatan Ekonomi China

Selasa, 04 Juni 2019 | 12:45 WIB
Fitch: Industri Dasar dan Migas Paling Rentan Terdampak Perlambatan Ekonomi China
[]
Reporter: Herry Prasetyo | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan di Asia Pasifik yang bergerak di sektor industri dasar dan minyak dan gas (migas) akan menjadi perusahaan yang paling rentan terdampak perlambatan ekonomi di China.

Setelah industri dasar dan migas, sektor yang akan mengalami dampak negatif adalah sektor perumahan, industri, dan teknologi.

Laporan terbaru Fitch Ratings berjudul How a Severe China Slowdown Could Affect APAC Corporates merupakan analisis atas 232 perusahaan di Asia Pasifik yang berperingkat di atas B+. Laporan tersebut mengidentifikasi, ada 92 perusahaan yang peringkatnya kemungkinan akan menghadapi tekanan ke bawah dalam skenario perlambatan ekonomi China. Dari jumlah itu, sebanyak 78 emiten memiliki peringkat layak investasi dan sebanyak 67 perusahaan merupakan korporasi dari China.

Meningkatnya ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat (AS), menurut Fitch, memperjelas risiko pertumbuhan ekonomi  China dari perselisihan yang berlarut-larut.

Hipotesis Fitch terkait skenario perlambatan ekonomi China menggunakan asumsi kontraksi yang dipicu oleh pengenaan tarif AS pada US$ 300 miliar impor China yang tidak tersentuh oleh langkah-langkah AS baru-baru ini.

Fitch menganggap, kejutan investasi akan memperkuat dampak pengenaan tarif  oleh AS secara tajam. Investasi akan menurun seiring penghematan besar dalam aktivitas investasi. Maklum, korporasi akan memilih mengencangkan ikat pinggang dalam berinvestasi dalam rangka korporasi mengurangi tekanan neraca dan menjaga likuiditas di tengah permintaan yang lemah.

Di dalam skenario ini, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China akan turun menjadi rata-rata 4,1% pada periode 2019-2021 dibandingkan proyeksi dasar Fitch sebesar 6%.

Industri dasar dan sektor migas akan menghadapi tekanan tertinggi. Penyebabnya, perlambatan akan mendorong pelemahan permintaan komoditas yang kemudian diikuti oleh penurunan harga.

Perusahaan dengan keragaman eksposur komoditas yang lebih rendah atau kurang terintegrasi secara vertikal dalam kasus sektor migas akan menghadapi tekanan yang lebih tinggi.

Perusahaan yang terpengaruh perlambatan China, menurut laporan Fitch, tidak terbatas pada mereka yang berbasis di China namun juga berdampak terhadap perusahaan di Australia dan Indonesia yang memiliki hubungan perdagangan komoditas yang erat dengan China.

Perlambatan akan memengaruhi sebagian besar pengembang properti China mengingat kemungkinan jatuhnya permintaan perumahan akibat kredit yang lebih ketat, ketidakpastian pendapatan, dan ekspektasi harga rumah yang lebih rendah.

Sebagian besar peringkat perusahaan pengembang properti China akan mengalami tekanan. Pengecualian berlaku bagi pengembang yang memiliki pendapatan sewa berkualitas tinggi, rasio utang rendah, dan akses pendanaan yang beragam.

Indonesia, menurut Fitch, rentan terhadap guncangan eksternal meski pengembangan properti termasuk bisnis lokal. Fitch meyakini, dampak kedua dari pelemahan harga komoditas akan melemahkan permintaan properti.

Meski begitu, perusahaan properti Indonesia yang dinilai peringkatnya oleh Fitch diperkirakan bisa mengatasi badai ini karena pertimbangan portofolio properti investasi yang besar dan beragam.

Sementara produsen alat berat dan permesinan di China akan menghadapi lingkungan permintaan yang menantang Mereka memiliki paparan tinggi terhdap sektor pertambangan dan konstruksi yang paling terpengaruh.

Perusahaan teknologi di seluruh Asia Pasifik, menurut Fitch, cenderung merasakan tekanan penadpatan jika permintaan konsumen China menyusut Biasanya, efek langsung dari pertumbuhan yang lebih lambat tidak proporsional memengaruhi produk elektronik konsumen. Sebab, sebagian besar dari mereka merupakan pembelian diskresioner.

Bagikan

Berita Terbaru

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:30 WIB

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan

Industri jasa makanan Indonesia diproyeksikan akan mencatat pertumbuhan hingga 13% (CAGR 2025–2030). 

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:05 WIB

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara

Regulasi DHE 2026 mengurangi konversi valuta asing menjadi rupiah dari 100% ke 50%, membatasi likuiditas perusahaan batubara.

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:51 WIB

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya

Kebutuhan modal kerja untuk mengerjakan proyek IKN justru bisa menambah tekanan arus kas dan memperburuk leverage.

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:49 WIB

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun

Emiten bahan bangunan milik konglomerat Hermanto Tanoko itu berencana menambah tiga gerai baru tahun depan.

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:35 WIB

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO

Emiten yang memiliki basis kebun kelapa sawit di Kalimantan diprediksi relatif lebih aman dari gangguan cuaca.

Mandiri Sekuritas Tangani 5 IPO Skala Jumbo Alias Lighthouse Company, Ini Bocorannya
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:34 WIB

Mandiri Sekuritas Tangani 5 IPO Skala Jumbo Alias Lighthouse Company, Ini Bocorannya

Minat korporasi melantai ke bursa terus meningkat dan akan terlihat di tahun 2026. ada empat sampai lima perusahaan yang sedang kami perhatikan. 

Tahun Ini Jeblok, Laba Bersih Emiten Diramal Akan Pulih Tahun Depan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:57 WIB

Tahun Ini Jeblok, Laba Bersih Emiten Diramal Akan Pulih Tahun Depan

Mandiri Sekuritas memproyeksikan laba bersih emiten dalam cakupannya bisa tumbuh 14,2% dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 7,8%.

Demutualisasi Bursa Dikebut, Targetnya Rampung Pada Semester I-2026
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:54 WIB

Demutualisasi Bursa Dikebut, Targetnya Rampung Pada Semester I-2026

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menargetkan proses demutualisasi Bursa Efek Indonesia (BEI) segera rampung pada semester I-2026 mendatang.

Timbang-Timbang Investasi pada Produk ETF Emas
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:45 WIB

Timbang-Timbang Investasi pada Produk ETF Emas

Produk exchange-traded fund (ETF) emas siap meluncur awal tahun depan dari sejumlah manajer investasi (MI)

Sambil Menanti Data Penjualan Ritel, Simak Dulu Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:38 WIB

Sambil Menanti Data Penjualan Ritel, Simak Dulu Rekomendasi Saham Hari Ini

Pasar menantikan rilis data penjualan ritel bulan Oktober 2025 yang diproyeksikan tumbuh 4% secara tahunan. Meningkat dari 3,7% pada September.

INDEKS BERITA

Terpopuler