Gagal Lunasi Kupon Obligasi, Sunac Mengakui Kesulitan Penuhi Kewajiban Lainnya

Kamis, 12 Mei 2022 | 15:44 WIB
Gagal Lunasi Kupon Obligasi, Sunac Mengakui Kesulitan Penuhi Kewajiban Lainnya
[ILUSTRASI. FILE PHOTO: Chairman Sunac China Holdings Ltd. Sun Hongbin dalam seremoni di Beijing, China, 19 Juli 2017. REUTERS/Jason Lee/File Photo/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Masalah gagal bayar di sektor properti China masih jauh dari usai. Sunac China pada Kamis melewatkan tenggat waktu pembayaran kupon obligasi luar negeri senilai US$ 742 juta, atau setara Rp 10,8 triliun lebih. Pengembang itu juga mengakui akan kesulitan untuk melunasi obligasi lainnya yang akan jatuh tempo.

Seorang sumber yang dekat dengan pengembang properti dengan penjualan terbesar ketiga di Tiongkok itu, mengatakan Sunac sedang mempertimbangkan restrukturisasi utang luar negeri untuk memperpanjang pembayaran. Perusahaan juga mengajak entitas milik negara untuk melakukan investasi strategis di perusahaan.

Sunac menolak berkomentar.

Perusahaan mengatakan dalam pengajuan ke bursa saham Hong Kong bahwa mereka telah mempekerjakan Houlihan Lokey sebagai penasihat keuangan dan Sidley Austin sebagai penasihat hukum untuk mencari solusi bagi kendala likuiditasnya.

Baca Juga: Bank Sentral Taiwan Pertimbangkan Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Tahun ini

Dengan menerbitkan obligasi dolar bernilai US$ 7,7 miliar (Rp 112,4 triliun lebih), Sunac merupakan debitur terbesar keempat di industri properti China, menurut data dari Duration Finance.

Sejumlah perusahaan properti China telah gagal bayar pada kewajiban luar negeri. Beberapa nama yang kerap disorot adalah China Evergrande Group dan Kaisa Group. 

Ada juga yang melakukan strategi gali lubang tutup lubang, dengan menerbitkan obligasi baru untuk melunasi obligasi lama yang jatuh tempo. Langkah ini dilakukan oleh, misalnya, Zhongliang Holdings.

Apa yang terjadi dengan Sunac mencerminkan masih tingginya risiko sejumlah developer di China gagal memenuhi kewajiban mereka yang akan datang. Dan, sangat mungkin mereka melakukan pertukaran obligasi, kata analis dan pengembang.

Krisis utang telah meluas ke pasar properti yang luas di negara itu, dengan penjualan rumah baru dan konstruksi merosot karena pembiayaan semakin ketat dan pembeli rumah potensial menghindar, khawatir beberapa proyek mungkin terhenti.

"Penjualan dengan sistim kontrak terus menurun secara signifikan. Sementara akses ke pembiayaan baru menjadi semakin sulit dengan lebih banyak masalah likuiditas yang terjadi di antara pengembang properti tertentu," demikian kutipan dari keterbukaan informasi Sunac.

Dalam pernyataan pers terpisah, Sunac mengatakan penjualan agregatnya pada bulan Maret dan April turun 65% dari tahun lalu karena wabah Covid-19 di berbagai kota. Sedang rencana pembiayaan kembali dan pelepasan asetnya tidak terwujud setelah perinngkat perusahaan berulangkali diturunkan di awal tahun ini.

Perusahaan mengkonfirmasi bahwa mereka melewatkan tenggat waktu Rabu untuk pembayaran bunga US$ 29,5 juta pada obligasi yang jatuh tempo Oktober 2023. Kupon itu seharusnya dilunasi bulan lalu. Sunac juga mengakui kesulitan membayar tiga kupon lain yang sudah jatuh tempo bulan lalu dengan total US$ 75,3 juta. Ketiga kupon itu memiliki masa tenggang selama 30 hari. Perusahaan juga mengakui kesulitan melunasi surat utang senior lain yang akan jatuh tempo.

Baca Juga: Bos Coinbase Sebut Perusahaannya Tidak Menghadapi Risiko Kebangkrutan

Sunac mengatakan melewatkan pembayaran Oktober 2023 berarti pemegang obligasi dapat meminta pembayaran segera pokok dan bunga tetapi belum menerima "pemberitahuan percepatan" dari pemegang tersebut.

Sunac meminta maaf kepada krediturnya dalam pengajuan dan meminta mereka untuk memberikan waktu "untuk mengatasi tantangan." Di saat yang sama, Sunac berupaya untuk meningkatkan profil kredit, termasuk mempercepat penjualan, pelepasan aset, mencari perpanjangan utang, dan memperkenalkan investor strategis.

Obligasi Oktober 2023 diperdagangkan pada 21,156 sen dolar pada 0301 GMT, naik tipis dari 19,107 pada Rabu. Sementara obligasi lain yang jatuh tempo Juni 2022 diperdagangkan pada 28,015.

Saham Sunac yang terdaftar di Hong Kong telah ditangguhkan sejak 1 April sambil menunggu rilis laporan keuangan 2021. Unitnya, Sunac Services, turun lebih dari 7% pada hari Kamis.

Bagikan

Berita Terbaru

Asuransi Syariah Siapkan Strategi Mempertebal Modal
| Jumat, 26 Desember 2025 | 04:15 WIB

Asuransi Syariah Siapkan Strategi Mempertebal Modal

Di tahun depan, industri asuransi syariah harus mempersiapkan diri untuk memenuhi kenaikan ekuitas minimal yang akan berlaku pada tahun 2028.

Inovasi Digital dan Prospek Ekonomi 2026
| Jumat, 26 Desember 2025 | 04:11 WIB

Inovasi Digital dan Prospek Ekonomi 2026

Kita tak bisa lagi hanya mengandalkan komoditas, tenaga kerja murah, atau pasar domestik yang besar.

Imbal Hasil SBN Naik: Beban Utang APBN Meningkat, Bagaimana Dampaknya?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 19:34 WIB

Imbal Hasil SBN Naik: Beban Utang APBN Meningkat, Bagaimana Dampaknya?

Kenaikan imbal hasil SBN menjadi salah satu tanda perubahan sentimen pasar terhadap risiko fiskal dan arah ekonomi domestik.

IHSG Paling Bapuk di Asia Tenggara Pekan Ini, Turun 0,83% Dalam 3 Hari
| Kamis, 25 Desember 2025 | 13:43 WIB

IHSG Paling Bapuk di Asia Tenggara Pekan Ini, Turun 0,83% Dalam 3 Hari

IHSG melemah 0,83% untuk periode 22-24 Desember 2025. IHSG ditutup pada level 8.537,91 di perdagangan terakhir, Rabu (24/12).

Saham Terafiliasi Grup Bakrie Terbang, Kini Tersisa Jebakan atau Masih Ada Peluang?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 11:05 WIB

Saham Terafiliasi Grup Bakrie Terbang, Kini Tersisa Jebakan atau Masih Ada Peluang?

Potensi kenaikan harga saham terafiliasi Bakrie boleh jadi sudah terbatas lantaran sentimen-sentimen positif sudah priced in.

Imbal Hasil SRBI Naik di Akhir Tahun Meski BI Rate Stabil
| Kamis, 25 Desember 2025 | 10:08 WIB

Imbal Hasil SRBI Naik di Akhir Tahun Meski BI Rate Stabil

Imbal hasil instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang turun sejak awal tahun, berbalik naik dalam dua bulan terakhir tahun 2025.

Laba Diprediksi Tergerus, PTBA Terjepit Bea Keluar Batubara dan Downtrend Harga Saham
| Kamis, 25 Desember 2025 | 10:05 WIB

Laba Diprediksi Tergerus, PTBA Terjepit Bea Keluar Batubara dan Downtrend Harga Saham

Sebagai pelopor, PTBA berpeluang menikmati insentif royalti khusus untuk batubara yang dihilirisasi.

Prospek Batubara 2026 Menantang, Indonesia di Posisi Maju Kena Mundur Juga Kena
| Kamis, 25 Desember 2025 | 09:05 WIB

Prospek Batubara 2026 Menantang, Indonesia di Posisi Maju Kena Mundur Juga Kena

Harga batubara Australia, yang menjadi acuan global, diproyeksikan lanjut melemah 7% pada 2026, setelah anjlok 21% di 2025. 

Bisnis Blue Bird Diprediksi Masih Kuat di 2026, Tidak Digoyah Taksi Listrik Vietnam
| Kamis, 25 Desember 2025 | 08:10 WIB

Bisnis Blue Bird Diprediksi Masih Kuat di 2026, Tidak Digoyah Taksi Listrik Vietnam

Fitur Fixed Price di aplikasi MyBluebird mencatatkan pertumbuhan penggunaan tertinggi, menandakan preferensi konsumen terhadap kepastian harga.

Meski Cuaca Ekstrem Gerus Okupansi Nataru, Santika Hotels Tetap Pede Tatap 2026
| Kamis, 25 Desember 2025 | 07:10 WIB

Meski Cuaca Ekstrem Gerus Okupansi Nataru, Santika Hotels Tetap Pede Tatap 2026

Santika Hotels & Resorts menyiapkan rebranding logo agar lebih relevan dan dapat diterima oleh seluruh lapisan generasi.

INDEKS BERITA

Terpopuler