Ganti Teknologi Smelter, TINS Merilis Obligasi dan Sukuk Rp 1,3 Triliun
KONTAN.CO.ID - PANGKALPINANG. PT Timah Tbk segera menerbitkan surat utang sebesar Rp 1,3 triliun. Penerbitan tersebut akan terbagi dalam dua skema, yakni obligasi senilai Rp 900 miliar dan sisanya berupa sukuk.
Sekitar 50% dana tersebut akan digunakan oleh perusahaan untuk memenuhi belanja modal. Sisanya untuk pelunasan utang jangka pendek.
Direktur Operasional TINS Alwin Albar menjelaskan, belanja modal tersebut kemudian dibagi untuk keperluan rekondisi serta replacement peralatan produksi untuk smelter perusahaan ini, yang berada di wilayah Muntok, Bangka Barat. "Kami akan mengganti teknologinya. Karena yang dipakai di sana terlalu tua," kata Alwin, Kamis (25/7). Selama ini, smelter di Mentok memiliki enam tanur dan akan diganti menjadi smelter ausmelt.
Dengan pergantian ini, TINS akan mampu memproses bijih timah kadar rendah. Selama ini perusahaan pelat merah ini hanya optimal untuk memproses bijih timah dengan kadar Sn minimal 70%.
Untuk smelter ausmelt, perusahaan ini optimistis dapat memproduksi sekitar 40.000-42.000 sn ton per tahun. Rencana pergantian teknologi tersebut dilakukan pada semester dua tahun ini.
Saat ini, TINS sedang menggelar tender pembangunan konstruksi smelter tersebut. "Sudah ada tiga perusahaan yang berminat. Mereka adalah PT Wijaya Karya Tbk, PT Adhi Karya Tbk dan PT Hutama Karya," jelas Alwin.
Dari sisi produksi, TINS optimistis volume produksi timah logam dapat tumbuh dua kali lipat dibanding tahun 2018. Volume produksi logam timah bisa berada di kisaran 63.000-70.000 ton.
Tingginya kenaikan produksi timah sudah terlihat sejak kuartal I-2019. Volume produksi timah logam sudah melesat 304% menjadi 16.300 metrik ton. Kenaikan disinyalir karena TINS diwajibkan menarik produksi yang dihasilkan oleh mitra kerja yang melakukan penambangan di wilayah IUP yang dimiliki perusahaan.
Tingginya volume produksi yang dimiliki oleh TINS juga menjadi batu sandungan tersendiri bagi emiten ini. Lantaran, saat ini harga timah global sedang turun.
Kemarin harga timah kontrak tiga bulanan di London Exchange Metal (LME) ada di level US$ 17.925 per metrik ton. Angka tersebut jauh di bawah harga pasaran timah pada kuartal pertama lalu, yang menembus US$ 21.000 per metrik ton.
Alwin menyatakan, TINS laba besar jika harga timah kembali ke US$ 21.000 per metrik ton. "Pelemahan harga saat ini hanya sementara saja, karena ada banyak faktor eksternal," cetus Alwin.
Dengan ganti teknologi, TINS bisa memproses bijih timah kadar rendah.