Gara-gara Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi ASEAN Termasuk Indonesia dipangkas

Kamis, 25 Juli 2019 | 08:02 WIB
Gara-gara Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi ASEAN Termasuk Indonesia dipangkas
[]
Reporter: Adinda Ade Mustami, Bidara Pink | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perekonomian Indonesia masih dalam tekanan hingga tahun depan. Hal ini terjadi akibat risiko dari kelanjutan perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China yang belum ada kepastian kapan akan berakhir.

Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) dalam laporan edisi Juli 2019 memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara terbesar di Asia Tenggara atau ASEAN-5 yakni Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Filipina.

Jika semula mereka memprediksi lima negara ini tumbuh 5,1% tahun 2020, proyeksi anyar pertumbuhan di kawasan ini akan turun menjadi 5% tahun depan.

Lesunya pertumbuhan ekonomi global menjadi salah satu penyebabnya. Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan hanya 3,2% pada tahun ini dan 3,5% pada tahun 2020. Angka itu juga turun masing-masing 0,1% dari perkiraan sebelumnya.

Proyeksi pertumbuhan yang lebih rendah tersebut sejalan dengan memanasnya perang dagang AS-China, selain prospek no-deal Brexit. Hal ini menyebabkan perdagangan global melambat.

IMF mencatat, pertumbuhan perdagangan global hanya tumbuh 0,5% year on year (yoy) pada kuartal I-2019, yang merupakan laju pertumbuhan yang paling lambat sejak tahun 2012.

Hal itu berdampak pada kinerja ekspor dan impor dalam negeri. Sepanjang kuartal I-2019, nilai ekspor dan impor Indonesia masing-masing turun 8,5% yoy dan 7% yoy.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo pekan lalu juga memperkirakan ekonomi global bakal lebih melambat di semester II-2019. Sebab, perang dagang diperkirakan bakal berlanjut, hingga tahun depan.

Ia menduga perang tarif menjadi alat politik Donald Trump untuk mendapat dukungan pemilih pada Pemilu AS tahun depan.

Dampak perang dagang ini akan tercermin ke penurunan kinerja ekspor Indonesia. Di sisi lain hal ini juga mempengaruhi kondisi permintaan domestik.

Perang dagang juga mengakibatkan produksi sektor industri turun sehingga nilai investasi baru melemah.

Tak lebih dari 5,2%

Karena itu, BI memperkirakan, ekonomi Indonesia akhir tahun akan berada di bawah titik tengah kisaran 5%–5,4%. Artinya, ekonomi Indonesia akhir tahun akan tumbuh tak lebih dari 5,2%.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menambahkan, ekonomi global juga dipengaruhi kondisi geopolitik yang menyebabkan kenaikan harga minyak dunia.

"Bila harga minyak meroket, akan menahan pertumbuhan negara-negara ASEAN 5 karena kebanyakan negara adalah net importir, bukan net eksportir," kata Faisal kepada KONTAN.

Namun ia menilai ekonomi Indonesia masih relatif aman dibanding negara-negara lain yang lebih kecil size-nya. Sebab konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto (PBD) Indonesia.

Ia khawatir perang dagang bisa mempengaruhi pertumbuhan konsumsi. Apalagi, di kuartal kedua tahun ini penjualan ritel yang jadi indikator konsumsi rumah tangga, mengalami penurunan.

"Kami juga takut ada tekanan-tekanan lain yang datang di kuartal selanjutnya," tambah Faisal. Ia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 5,1%, lebih rendah dari proyeksi pemerintah sebesar 5,2%.

Bagikan

Berita Terbaru

Tarik Ulur Prospek Saham INDY, Reli Masih Bertumpu Cerita Tambang Emas
| Selasa, 16 Desember 2025 | 10:00 WIB

Tarik Ulur Prospek Saham INDY, Reli Masih Bertumpu Cerita Tambang Emas

Dengan level harga yang sudah naik cukup tinggi, saham PT Indika Energy Tbk (INDY) rentan mengalami aksi ambil untung.

Laba Kuartalan Belum Moncer, Saham Solusi Sinergi Digital (WIFI) Jadi Lumer
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:21 WIB

Laba Kuartalan Belum Moncer, Saham Solusi Sinergi Digital (WIFI) Jadi Lumer

Secara month-to-date, saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI)  sudah mengalami penurunan 5,09%. ​

Pemegang Saham Pengendali Surya Permata Andalan (NATO) Berpindah Tangan
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:16 WIB

Pemegang Saham Pengendali Surya Permata Andalan (NATO) Berpindah Tangan

Emiten perhotelan, PT Surya Permata Andalan Tbk (NATO) mengumumkan perubahan pemegang saham pengendali.

KKGI Akan Membagikan Dividen Tunai Rp 82,8 Miliar
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:11 WIB

KKGI Akan Membagikan Dividen Tunai Rp 82,8 Miliar

Besaran nilai dividen ini mengacu pada laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk KKGI per akhir 2024 sebesar US$ 40,08 juta. 

Arah Suku Bunga Bergantung pada Pergerakan Rupiah
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:06 WIB

Arah Suku Bunga Bergantung pada Pergerakan Rupiah

Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menahan suku bunga acuannya pada bulan ini, namun tetap ada peluang penurunan

Menanti Cuan Bagus dari Rally Santa Claus
| Selasa, 16 Desember 2025 | 08:46 WIB

Menanti Cuan Bagus dari Rally Santa Claus

Saham-saham big caps atau berkapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia berpotensi terpapar fenomena reli Santa Claus.

Korporasi Kembali Injak Rem Utang Luar Negeri
| Selasa, 16 Desember 2025 | 08:42 WIB

Korporasi Kembali Injak Rem Utang Luar Negeri

Utang luar negeri Indonesia per akhir Oktober 2025 tercatat sebesar US$ 423,94 miliar               

Nasib Rupiah di Selasa (16/12) Menanti Data Ekonomi
| Selasa, 16 Desember 2025 | 07:00 WIB

Nasib Rupiah di Selasa (16/12) Menanti Data Ekonomi

Pada Senin (15/12), kurs rupiah di pasar spot turun 0,13% menjadi Rp 16.667 per dolar Amerika Serikat (AS).

Obligasi Korporasi Tetap Prospektif di Era Bunga Rendah
| Selasa, 16 Desember 2025 | 06:30 WIB

Obligasi Korporasi Tetap Prospektif di Era Bunga Rendah

Penerbitan surat utang korporasi pada tahun 2025 melonjak ke rekor tertinggi sebesar Rp 252,16 triliun hingga November.

 Harbolnas Mendongkrak Transaksi Paylater Perbankan
| Selasa, 16 Desember 2025 | 06:30 WIB

Harbolnas Mendongkrak Transaksi Paylater Perbankan

Momentum Harbolnas yang berlangsung menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) mendorong permintaan layanan paylater

INDEKS BERITA

Terpopuler