Harga Batubara Fluktuatif, Harum Energy (HRUM) Pasang Target Konservatif
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun ini, PT Harum Energy Tbk membidik produksi batubara sebesar 5 juta ton. Target tersebut naik tipis 4,17% dibandingkan target tahun lalu sebesar 4,8 juta ton.
Target pertumbuhan produksi Harum Energy terbilang konservatif. Pasalnya, untuk menentukan volume produksi yang lebih besar, emiten berkode saham HRUM di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini masih melihat kondisi pasar.
Direktur Utama PT Harum Energy Tbk, Ray Antonio Gunara mengemukakan, target produksi mencapai 5 juta ton merupakan proyeksi konsolidasi bersama anak usaha.
Untuk menentukan volume produksi batubara, pihaknya memang masih akan mempertimbangkan kondisi pasar, khususnya harga batubara yang terus berfluktuasi dengan tren penurunan. "Karena produksi sangat dipengaruhi faktor itu. Jika kondisinya baik, kami up, tapi jika harga melemah terus, ya kami cut, kami akan review lagi," ungkap Ray usai rapat umum pemegang saham luar biasa HRUM di Jakarta, kemarin.
Manajemen HRUM masih enggan memberikan realisasi produksi batubara pada tahun 2018. Satu hal yang pasti, produksi batubara sepanjang 2018 masih di bawah target sebesar 4,8 juta ton.
Alasannya, karena dua tambang baru Harum Energy yang digarap anak usahanya, yakni PT Karya Usaha Pertiwi (KUP) dan PT Santan Batubara (SB), telat melaksanakan produksi dari target semula pada Kuartal II 2018.
Tapi, Harum Energy berhasil mencatatkan penjualan batubara mencapai 5 juta ton sepanjang tahun lalu. Hal itu didorong tambahan batubara dari pembelian ke pihak ketiga. "Kami blending, beli dari pihak ketiga," ungkap Ray.
Hampir semua penjualan batubara HRUM menyasar pasar ekspor, sehingga sulit memenuhi kewajiban pasokan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) sebesar 25%. Alhasil, pada tahun lalu HRUM mesti transfer kuota agar tetap bisa memenuhi target DMO.
Rencana buyback
Tahun ini, PT Harum Energy Tbk (HRUM) belum berencana melakukan akuisisi tambang baru atau aksi korporasi lainnya. Namun, manajemen HRUM bakal membeli kembali saham (buyback) sebanyak 4,93%. Kelak, saham hasil buyback akan disimpan sebagai modal saham diperoleh kembali (treasury stock).
"Kenapa 4,93%? Karena buyback yang pertama dulu 5,07%, maksimum kan cuma boleh buyback 10%, sesuai peraturan," ungkap Direktur Utama HRUM, Ray Antonio Gunara. Aksi buyback juga untuk menurunkan biaya modal serta meningkatkan earnings per share (EPS) dan return on equity (ROE) secara berkelanjutan.
Hingga 30 September 2018, PT Karunia Bara Perkasa menguasai 74,05% saham HRUM, sementara investor publik 20,76%. Kemudian HRUM memiliki treasury stock dari buyback sebelumnya 5,07% dan sisa 0,12% saham milik PT Bara Sejahtera Abadi dan Dewan Komisaris.