Harga Batubara Gagal Mengikuti Tren Kenaikan Harga Minyak

Sabtu, 27 April 2019 | 15:52 WIB
Harga Batubara Gagal Mengikuti Tren Kenaikan Harga Minyak
[]
Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah China memangkas impor batubara masih menjadi sentimen negatif bagi harga komoditas energi ini. Bahkan, jika biasanya harga batubara dan harga minyak berjalan seiring, kini trennya justru berbalik.

Kemarin, harga batubara kontrak pengiriman Mei 2019 di ICE Futures melemah 1,59% menjadi US$ 86,5 per metrik ton. Dalam sepekan, harga si hitam sudah ambruk 1,70%.

Menurut Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar, dalam jangka panjang harga batubara cenderung dalam tren bearish. Bahkan posisinya sulit untuk kembali ke atas US$ 90 per metrik ton. Padahal tahun lalu, harga batubara bisa stabil di atas US$ 100 per metrik ton.

Harga batubara tertekan gara-gara aksi pemerintah China yang berniat memangkas impor batubara hingga 12 juta ton sampai akhir tahun nanti. Pelaku pasar khawatir permintaan komoditas ini bakal semakin turun. Maklum, negeri Tembok Besar tersebut merupakan importir batubara terbesar di dunia.

Keputusan tersebut diambil lantaran pemerintah China ingin menggenjot produksi batubara dalam negeri. Targetnya pun tak main-main. Pemerintah China berharap tambahan produksi mencapai 100 juta ton.

Rupanya, langkah ini menjadi sentimen negatif bagi negara eksportir batubara, seperti Australia dan Indonesia. Maklum, kedua negara ini sama-sama rajin mengekspor batubara ke China. Bahkan tujuan utama ekspor batubara Australia adalah China.

Sentimen ini juga membuat harga batubara tetap tertekan di saat harga minyak justru menguat. Padahal, selama ini harga minyak berjalan lazimnya beriringan dengan harga batubara.

Per pukul 19.00 WIB kemarin, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juni 2019 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 64,14 per barel. Artinya, sepanjang tahun ini, harga minyak sudah melesat 34,56%. Sementara harga batubara justru anjlok 11,87%.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menambahkan, kampanye negatif terhadap batubara turut menyulitkan posisi batubara. “Emisi batubara menjadi isu negatif global sehingga bahan bakar dengan pembakaran bersih lebih menarik untuk pembangkit listrik,” kata dia.

Hal ini tampaknya sejalan dengan ramalan Natural Resources Defense Council (NRDC) yang memperkirakan harga batubara tahun ini akan melemah. NRDC bahkan mengimbau aktivitas industri, khususnya listrik, tidak lagi menggunakan batubara demi mencegah pencemaran lingkungan. Beberapa negara di Eropa pun sudah menargetkan tidak akan menggunakan pembangkit listrik berbahan batubara selepas 2024.

Pasar batubara global sebenarnya masih cukup besar, khususnya di wilayah Asia. Produsen batubara pun kini mulai mencari alternatif pasar baru guna menutupi turunnya permintaan dari China.

Salah satu yang diincar adalah Jepang. Memang, negeri Matahari Terbit ini mulai meningkatkan permintaan batubara setelah terjadi kebocoran pada pembangkit listrik tenaga nuklir.

Sebenarnya sentimen batubara tak melulu negatif. Buktinya, bea cukai China sempat merilis impor batubara jenis coking coal mengalami kenaikan 53% pada Maret lalu.

Untuk pekan depan, pasar bakal fokus pada perundingan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Jika negosiasi dagang selesai, kemungkinan ekonomi China akan membaik. Hal ini diharapkan menjadi sentimen positif bagi batubara.

Wahyu masih memprediksi harga batubara pekan depan bergerak di kisaran US$ 87,00–US$ 89,30 per metrik ton.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Saham-Saham Paling Banyak Dibeli Asing di Bulan Maret 2025, Ada Pergantian Pengendali
| Rabu, 02 April 2025 | 18:40 WIB

Saham-Saham Paling Banyak Dibeli Asing di Bulan Maret 2025, Ada Pergantian Pengendali

Vlume net sell asing mencapai 2,59 miliar saham. Saham-saham bank kelas kakap dan sejumlah saham tambang menjadi sasaran jual investor asing.

Volume Turun, Nilai Aset Saham Investor Asing Justru Naik pada Maret 2025
| Rabu, 02 April 2025 | 16:44 WIB

Volume Turun, Nilai Aset Saham Investor Asing Justru Naik pada Maret 2025

Investor asing mencatat net sell 2,59 miliar saham di BEI sepanjang bulan Maret 2025. Dari sisi nilai, aset saham asing justru naik.

Potensi Kinerja Indah Kiat (INKP) di Tengah Fluktuasi Harga Pulp Global
| Rabu, 02 April 2025 | 13:00 WIB

Potensi Kinerja Indah Kiat (INKP) di Tengah Fluktuasi Harga Pulp Global

Kontributor pendapatan masih didominasi dari ekspor pihak ketiga senilai US$1,76 miliar, denan ekspor berelasi menyumbang US$ 42,11 juta.

Menengok Prospek Pasar DME di Indonesia
| Rabu, 02 April 2025 | 11:00 WIB

Menengok Prospek Pasar DME di Indonesia

Penggunaan DME di Indonesia pada 2023 masih didominasi untuk kebutuhan aerosol propellant dengan pangsa pasar mencapai 24%.

Penjualan Mobil Meningkat Sebelum Harga Naik Akibat Tarif Trump
| Rabu, 02 April 2025 | 10:30 WIB

Penjualan Mobil Meningkat Sebelum Harga Naik Akibat Tarif Trump

Produsen mobil termasuk General Motors Co. dan Hyundai Motor Co. melaporkan kenaikan penjualan mobil di Amerika Serikat (AS) 

Kinerja Komoditas Emas Masih Merajai Sepanjang Maret, Aset Kripto Paling Keok
| Rabu, 02 April 2025 | 09:00 WIB

Kinerja Komoditas Emas Masih Merajai Sepanjang Maret, Aset Kripto Paling Keok

Permintaan safe haven yang semakin tinggi seiring ketidakpastian ekonomi di tengah tarif Trump membuat harga emas terus menanjak. 

Kasus Robot Trading Net89 dan Beda Pendapat Korban & Kejaksaan soal Cara Penyelesaian
| Rabu, 02 April 2025 | 09:00 WIB

Kasus Robot Trading Net89 dan Beda Pendapat Korban & Kejaksaan soal Cara Penyelesaian

Pihak korban yang diwakili oleh Onny menuntut agar penyelesaian kasus Net89 tetap diselesaikan menggunakan pendekatan restorative justice (RJ).

Profit 33,04% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Mengkerut (2 April 2025)
| Rabu, 02 April 2025 | 08:33 WIB

Profit 33,04% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Mengkerut (2 April 2025)

Harga emas Antam (2 April 2025) ukuran 1 gram masih Rp 1.819.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 33,04% jika menjual hari ini.

Ramadan dan Idulfitri Tak Kuat Angkat Pertumbuhan Ekonomi
| Rabu, 02 April 2025 | 08:14 WIB

Ramadan dan Idulfitri Tak Kuat Angkat Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2025, berpotensi berada di bawah angka 5% year on year (yoy)

Tiga Tahun Beruntun Bisnis Ketenagalistrikan MEDC Bukukan Rugi, Begini Ceritanya
| Rabu, 02 April 2025 | 08:00 WIB

Tiga Tahun Beruntun Bisnis Ketenagalistrikan MEDC Bukukan Rugi, Begini Ceritanya

Pada segmen IPP Hidro dan Energi Terbarukan, di saat pendapatannya melonjak justru rugi bersihnya malah membengkak.

INDEKS BERITA

Terpopuler