Harga Batubara Makin Melemah, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham Indika (INDY)

Jumat, 19 Juli 2019 | 05:36 WIB
Harga Batubara Makin Melemah, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham Indika (INDY)
[]
Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara yang terus anjlok memengaruhi kinerja PT Indika Energy Tbk (INDY). Setelah sempat menembus US$ 100 per ton pada Oktober tahun lalu, harga komoditas energi ini terus merosot. Rabu (17/7) lalu, harga batubara Newcastle kontrak pengiriman September 2019 ditutup di US$ 76,5 per ton, turun 20,85% sejak awal tahun.

Di kuartal satu lalu, pendapatan Indika turun 13% jadi US$ 700,72 juta. Laba bersih Indika bahkan longsor sektiar 79% jadi US$ 11,70 juta.

Moody's Investor Service menyebut, perkembangan regulasi terkait batubara di Indonesia dan Tiongkok berpotensi menekan harga batubara hingga 2020 nanti. Moody's memprediksi, Indika akan jadi salah satu perusahaan batubara yang terkena dampak signifikan dari penurunan harga batubara tersebut.

Analis Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia Janeman Latul mengatakan, pasokan batubara kalori rendah yang melimpah di pasar membuat kinerja INDY tertekan, sebagaimana terlihat pada kinerja kuartal satu lalu. "60% produksi batubara Indika adalah batubara berkalori rendah 4.200-4.500 kcal per kilogram," tulis Janeman dalam risetnya.

Membludaknya pasokan batubara kalori rendah ini sudah terjadi sejak akhir 2018 silam. Indeks harga batubara berkalori rendah turun 22% di periode September hingga Desember 2018.

Sejatinya, di tiga bulan pertama tahun ini, harga batubara kalori rendah sedikit membaik. Namun Janeman menilai harga batubara belum pulih di kuartal dua lalu. Alhasil, ia memperkirakan harga jual rata-rata atawa average selling price (ASP) batubara INDY bakal turun sekitar 10% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya menjadi US$ 47,6 per metrik ton.

Janeman menganalisa harga batubara baru akan pulih di 2020. Alasannya, pasokan batubara mulai ketat dan harga bisa naik ke level US$ 51,5 per metrik ton.

Analis Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy juga memperkirakan harga batubara akhir tahun ini tidak akan lebih tinggi dari tahun lalu. Karena itu, kinerja keuangan Indika juga tidak akan lebih tinggi dari tahun lalu.

Guna menjaga kinerja, Indika memacu produksi. Perseroan ini memasang target produksi batubara 34 juta ton tahun ini. "Peningkatan produksi jadi satu-satunya cara bagi perseroan untuk menjaga nilai keekonomian," kata Robertus, Kamis (18/7).

Meski tahun ini bisnis Indika masih tertekan, Janeman menilai dalam jangka panjang kinerja Indika akan positif. "Indika diuntungkan permintaan batubara kalori rendah yang banyak datang dari kawasan Asia," kata dia.

Janeman merekomendasikan beli saham Indika (INDY) dengan target harga Rp 2.000 per saham. Ia menilai valuasi saham Indika masih murah di antara perusahaan batubara global.

Analis Trimegah Sekuritas Willinoy Sitorus dan Analis Mandiri Sekuritas Ariyanto Kurniawan sama-sama merekomendasikan netral terhadap saham Indika. Target harga saham Indika dari Willinoy di Rp 1.800 dan Ariyanto di Rp 1.900 per saham.

Bagikan

Berita Terbaru

Jurus Kalbe Farma (KLBF) Kejar Cuan, Genjot Radiofarmaka hingga Pabrik Alkes
| Rabu, 17 Desember 2025 | 08:25 WIB

Jurus Kalbe Farma (KLBF) Kejar Cuan, Genjot Radiofarmaka hingga Pabrik Alkes

KLBF jaga dividen 50‑60% sambil menyiapkan produksi X‑Ray, dialyzer, dan kolaborasi CT Scan dengan GE.

Analisis Saham PPRE, Potensi Tekanan Jangka Pendek dan Prospek Fundamental
| Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB

Analisis Saham PPRE, Potensi Tekanan Jangka Pendek dan Prospek Fundamental

Tekanan yang dialami saham PT PP Presisi Tbk (PPRE) berpotensi berlanjut namun dinilai belum membalikkan tren.

Perlu Segmentasi Pasar Kedelai Lokal dan Impor
| Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB

Perlu Segmentasi Pasar Kedelai Lokal dan Impor

Segmentasi penggunaan kedelai lokal dan impor menjadi strategi kunci untuk menjaga keberlanjutan industri sekaligus menekan risiko inflasi pangan.

Incar Dana Rp 198 Miliar, Cahayasakti Investindo (CSIS) Gelar Rights Issue
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:46 WIB

Incar Dana Rp 198 Miliar, Cahayasakti Investindo (CSIS) Gelar Rights Issue

PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS) akan menerbitkan saham baru maksimal 522.800.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Harga Bahan Baku Melemah, Prospek Emiten Kertas Cerah
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:40 WIB

Harga Bahan Baku Melemah, Prospek Emiten Kertas Cerah

Pemulihan permintaan ekspor serta stabilnya pasar domestik menjadi penopang utama outlook kinerja emiten kertas pada 2026.

Prospek Emiten CPO Masih Belum Loyo
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:34 WIB

Prospek Emiten CPO Masih Belum Loyo

Di tengah tren penurunan harga CPO global, sejumlah emiten sawit tetap memasang target pertumbuhan kinerja pada 2026.

Anggaran MBG Sudah Terserap 81%
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB

Anggaran MBG Sudah Terserap 81%

Hingga saat ini sudah ada 741.985 tenaga kerja yang terlibat dalam melayani program makan bergizi gratis.

Bukit Uluwatu Villa (BUVA) Akuisisi Aset SMRA di Bali Senilai Rp 536,38 Miliar
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB

Bukit Uluwatu Villa (BUVA) Akuisisi Aset SMRA di Bali Senilai Rp 536,38 Miliar

Emiten yang berafiliasi dengan pengusaha Happy Hapsoro ini mengambil alih PT Bukit Permai Properti, anak usaha PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).

Arah IHSG Hari Ini Rabu (17/12), Antara BI Rate dan Loyonya Kurs Rupiah
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:29 WIB

Arah IHSG Hari Ini Rabu (17/12), Antara BI Rate dan Loyonya Kurs Rupiah

Tekanan kehati-hatian datang dari pergerakan rupiah yang melemah ke Rp16.685 per dolar AS di pasar spot pada saat indeks dolar AS melemah. 

Minat Investor Tinggi, Penawaran Saham IPO Superbank (SUPA) Oversubscribed
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:25 WIB

Minat Investor Tinggi, Penawaran Saham IPO Superbank (SUPA) Oversubscribed

Penawaran umum perdana saham (IPO) PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) kelebihan permintaan atau oversubscribed 318,69 kali.

INDEKS BERITA

Terpopuler