Harga Batubara Melemah, Prospek Saham Delta Dunia Makmur (DOID) Masih Menarik

Selasa, 25 Juni 2019 | 06:50 WIB
Harga Batubara Melemah, Prospek Saham Delta Dunia Makmur (DOID) Masih Menarik
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) cukup menantang, seiring tren penurunan harga batubara. Ancaman perlambatan kinerja emiten saham batubara ini sudah terlihat sejak kuartal I-2019 lalu.

Laba bersih Delta Dunia tergerus 86,98% di kuartal satu menjadi US$ 1,36 juta. Padahal, emiten ini membukukan pertumbuhan pendapatan 17,64% secara year on year (yoy) menjadi US$ 213,91 juta.

Analis Senior Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio menyebutkan, penurunan harga batubara membuat beberapa pemilik tambang batubara memutuskan mengurangi kegiatan eksplorasi. Kondisi ini mengganggu bisnis DOID sebagai penyedia layanan jasa pertambangan.

Situasi ini yang menyebabkan laba bersih emiten ini turun. "Secara tak langsung performa harga batubara jadi penggerak kinerja DOID," ujar dia.

Untungnya, operasional Delta Dunia masih oke. Ini terbukti dari kenaikan produksi volume pengupasan lapisan tanah atau overburden removal (OB) sebesar 16,87% (yoy) jadi 97 juta bank cubic meter (bcm) pada kuartal I-2019.

Bahkan, manajemen Delta Dunia sebelumnya memperkirakan volume OB akan di atas 30 juta bcm per bulan sepanjang kuartal II-2019. Ryan Daniel, Analis Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia, menyebut, pertumbuhan volume OB yang positif dapat menolong kinerja Delta Dunia di kuartal berikutnya.

Dia menganggap, Delta Dunia belum menunjukkan performa keuangan memuaskan. “Lantaran laba bersih DOID turun cukup dalam. "Dari hasil di kuartal I-2019, kami menurunkan proyeksi laba bersih untuk DOID di 2019 dan 2020 masing-masing 14% dan 13%," papar Ryan dalam risetnya.

Ini artinya laba bersih Delta Dunia bisa menjadi US$ 87 juta di 2019 dan US$ 97 juta di tahun 2020. Sedangkan proyeksi pendapatan Delta Dunia tahun 2019 mencapai US$ 889 juta dan US$ 956 juta di tahun 2020.

Meski begitu, Bertoni menilai, perlu usaha keras agar kinerja Delta Dunia membaik sampai akhir 2019. Apalagi, iklim industri batubara masih kurang mendukung.

Harga batubara di ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman Agustus 2019 berada di level terendah tahun ini, yakni US$ 69,7 per ton per 19 Juni lalu. Delta Dunia sudah berupaya meminimalisir dampak lesunya harga batubara dunia.

Emiten ini melakukan efisiensi berupa pengurangan pembelian aset bergerak dalam pekerjaan tambang serta meningkatkan pemeliharaan alat berat lama. "Efisiensi aset dapat mengurangi beban pengeluaran perusahaan," ujar Bertoni.

Delta Dunia juga tengah melakukan negosiasi perpanjangan kontrak jasa penambangan batubara dengan sejumlah pelanggan. Salah satunya dengan PT Kideco Jaya Agung, anak usaha PT Indika Energy Tbk, dan PT Berau Coal.

Menurut Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji, perpanjangan kontrak dengan Kideco dan Berau Coal dapat meningkatkan profitabilitas jangka panjang Delta Dunia. Usaha ini juga memungkinkan Delta Dunia memiliki bisnis yang lebih berkelanjutan di masa depan.

Nafan tetap menyarankan beli saham DOID dengan target harga Rp 620 per saham. Bertoni dan Ryan juga merekomendasikan beli dengan target harga masing-masing di Rp 800 dan Rp 1.550. Senin (24/6) harga DOID stagnan di Rp 510 per saham.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Rupiah Masih Belum Keluar dari Tekanan
| Sabtu, 26 April 2025 | 06:15 WIB

Rupiah Masih Belum Keluar dari Tekanan

Rupiah di pasar spot berada di level Rp 16.829 per Jumat (25/4), menguat 0,26% dari hari sebelumnya.

Prodia Bidik Layanan Pemeriksaan Kesehatan
| Sabtu, 26 April 2025 | 06:15 WIB

Prodia Bidik Layanan Pemeriksaan Kesehatan

Prodia lewat anak usaha Prodia Diagnostic Line mulai mengoperasikan pabrik reagen baru untuk antisipasi permintaan medical check up. 

Indonesia Berpeluang Jadi Destinasi Investasi Migas
| Sabtu, 26 April 2025 | 06:10 WIB

Indonesia Berpeluang Jadi Destinasi Investasi Migas

Ada sejumlah hal yang harus diperhatikan pemerintah untuk menarik minat investasi mitas seperti nilai keekonomian, iklim investasi serta politik.

Sepertiga ke Jamban
| Sabtu, 26 April 2025 | 06:07 WIB

Sepertiga ke Jamban

Ingat, kelak, tak ada bukti kesuksesan program makan bergizi gratis (MBG) kecuali anak-anak yang tumbuh sehat dan cerdas.

Emas Batangan Jadi Investasi Favorit Presiden Direktur PT Hartadinata Abadi Tbk
| Sabtu, 26 April 2025 | 04:23 WIB

Emas Batangan Jadi Investasi Favorit Presiden Direktur PT Hartadinata Abadi Tbk

Sandra Sunanto, Presiden Direktur PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) memilih kondisi yang stabil, kehati-hatian, dan memiliki nilai jangka panjang

Kementerian ESDM Mengumumkan Lima Kandidat Dirjen Migas
| Sabtu, 26 April 2025 | 04:23 WIB

Kementerian ESDM Mengumumkan Lima Kandidat Dirjen Migas

Kelima kandidat Dirjen Migas Kementerian ESDM berasal dari kalangan internal yang keputusannya menunggu Keppres.

Siloam Hospitals (SILO) Menangkap Peluang Penerapan KRIS
| Sabtu, 26 April 2025 | 04:23 WIB

Siloam Hospitals (SILO) Menangkap Peluang Penerapan KRIS

SILO melihat program KRIS sebagai peluang positif yang dapat mendorong pertumbuhan, khususnya bagi rumah sakit yang melayani pasien JKN.

Harga Emas Terkoreksi Tipis di Akhir Pekan
| Sabtu, 26 April 2025 | 04:23 WIB

Harga Emas Terkoreksi Tipis di Akhir Pekan

Pada Jumat (25/4) harga emas di pasar spot berada di US$ 3.298,3 terkoreksi 1,38% dibandingkan sehari sebelumnya.  

Strategi Bank Hadapi Gejolak Rupiah
| Sabtu, 26 April 2025 | 04:23 WIB

Strategi Bank Hadapi Gejolak Rupiah

Untuk menghilangkan kerentanan itu, maka reindustrialisasi yang menghasilkan ekspor dan substitusi impor menjadi kunci.

Fundamental Ekonomi Masih Rentan Membikin Rupiah Tertekan
| Sabtu, 26 April 2025 | 04:23 WIB

Fundamental Ekonomi Masih Rentan Membikin Rupiah Tertekan

Nilai tukar rupiah  sulit keluar dari tekanan. Meskipun dolar Amerika Serikat (AS) tengah tertekan akibat ketidakpastian kebijakan tarif.

INDEKS BERITA

Terpopuler