Harga Komoditas Hingga Likuiditas Jadi Penghambat Kinerja Emiten Batubara

Kamis, 18 Juli 2019 | 05:34 WIB
Harga Komoditas Hingga Likuiditas Jadi Penghambat Kinerja Emiten Batubara
[]
Reporter: Benedicta Prima | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri pertambangan batubara terus diterpa sentimen negatif. Harga batubara yang rendah hingga regulasi di Indonesia dan China, menurut Moody's, jadi penyebab memburuknya kinerja emiten batubara.

Moody's menyebut, harga batubara masih akan tertekan hingga 2020. Akibatnya, kemampuan membayar utang dan kemampuan membayar bunga utang emiten tambang batubara bisa memburuk. Menurut analisa Moody's, ada enam perusahaan batubara di Indonesia yang berpotensi terkena ancaman tersebut.

Enam perusahaan tersebut antara lain PT Bayan Resources Tbk (BYAN), Golden Energy and Ressources Ltd, PT Adaro Energy Tbk (ADRO), Geo Energy Resources Limited, PT ABM Investama Tbk (ABMM), PT Indika Energy Tbk (INDY) dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI).

Adaro Energy mengakui, pasar batubara sepanjang semester II-2019 masih menantang. Sebab di tengah harga batubara yang bergejolak, permintaan batubara cenderung stabil. Kendati begitu, Head of Corporate Communication Division ADRO Febriati Nadira menjelaskan, hingga saat ini ADRO memiliki penopang kuat menghadapi ketidakpastian.

Ini terlihat dari utang bersih terhadap ekuitas yang pada kuartal I-2019 tercatat 0,1 kali. Sementara itu, utang bersih terhadap EBITDA 0,32 kali.

Harga rendah

Tahun ini, EBITDA ADRO diprediksi mencapai US$ 1 miliar hingga US$ 1,2 miliar. "Ini leverage belum menghitung cash on hand. Kalau ada cash on hand akan jadi lebih kecil. Jadi kami punya penyangga yang lebih dari cukup untuk menghadapi ketidakpastian pasar," jelas Febriati.

Dia menuturkan, semester II ini utang ADRO senilai US$ 96 juta akan dibayar menggunakan kas. Di kuartal I-2019, kas ADRO sekitar US$ 813,37 juta.

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga yakin masih memiliki kemampuan membayar utang. Utang BUMI saat ini di US$ 1,7 miliar-US$ 1,8 miliar, termasuk beban bunga.

BUMI akan membayar utang US$ 600 juta pada tahun 2021. "Lalu US$ 600 juta di tahun berikutnya," sebut Direktur BUMI Dileep Srivasta.

Moody's menilai, BUMI tidak memiliki kemampuan membayar utang dan bunga utang karena bergantung pada PT Kaltim Prima dan PT Arutmin Indonesia untuk membayar utang.

BUMI mengakui prospek industri batubara masih menantang. Di semester I-2019, penjualan BUMI mencapai setengah dari target akhir 2019, yaitu 88 juta-90 juta ton. "Harga jual rata-rata US$ 55 per ton," jelas Dileep.

Research Analyst Kresna Sekuritas Robertus Yanuar mengakui, prospek bisnis batubara tahun ini kurang bagus karena harga batubara turun. Selain itu, China sebagai konsumen terbesar di Asia terlibat perang dagang. "Investor juga menunggu kepastian perpanjangan PKP2B menjadi IUPK dan perkembangan AS-China," jelas dia.

Bagikan

Berita Terbaru

Perbankan Perkuat Kapasitas dan Keamanan Sistem TI
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 11:11 WIB

Perbankan Perkuat Kapasitas dan Keamanan Sistem TI

Sejumlah bank memastikan layanan digital akan tetap andal dalam melayani nasabah selama momentum Nataru

SUPA Ngegas, Saham Bank Digital Lain Lemas
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 11:09 WIB

SUPA Ngegas, Saham Bank Digital Lain Lemas

Kehadiran PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdampak berbeda bagi saham bank digital lainnya.​

Efek Program MBG ke Ekonomi Terbatas
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 08:09 WIB

Efek Program MBG ke Ekonomi Terbatas

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) belum optimal menggerakkan ekonomi dan menciptakan kerja setelah setahun, kata CSIS, Paramadina, dan CELIOS. 

Sistem Coretax Stabil, Siap untuk Menguji SPT 2026
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 08:07 WIB

Sistem Coretax Stabil, Siap untuk Menguji SPT 2026

Untuk memastikan ketahanan sistem, pemerintah secara rutin melakukan stress test.                          

Konsumsi Dijaga, Ekonomi Tetap Moderat
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:48 WIB

Konsumsi Dijaga, Ekonomi Tetap Moderat

Langkah penundaan kenaikan pajak dan cukai bersifat jangka pendek untuk dorong konsumsi.                        

Pasar Kripto Lesu Bikin Trader Banting Setir, Cash is King dan Saham Jadi Pelarian
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:40 WIB

Pasar Kripto Lesu Bikin Trader Banting Setir, Cash is King dan Saham Jadi Pelarian

Data OJK menunjukkan transaksi kripto merosot, sementara nilai perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus meningkat.

Kaleb Solaiman, CFO Venteny Fortuna Memilih Saham dalam Berinvestasi
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:30 WIB

Kaleb Solaiman, CFO Venteny Fortuna Memilih Saham dalam Berinvestasi

Bagi Kaleb Solaiman, Group CFO Venteny Fortuna Tbk, investasi adalah disiplin jangka panjang dan memerlukan riset mendalam

Mendorong Literasi Keuangan Kaum Ibu
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:05 WIB

Mendorong Literasi Keuangan Kaum Ibu

Literasi keuangan dari kaum ibu termasuk juga perempuan lainnya bisa melindungi keluarga dari kejahatan finansial.​

Darurat Pengelolaan Sampah
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:00 WIB

Darurat Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah tidak cuma tanggung jawab pusat lewat program PLTSa saja, pemerintah daerah juga wajib mengelola sampah dari hulu.

Abadi Lestari Indonesia (RLCO) Menadah Berkah dari Sarang Walet
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:00 WIB

Abadi Lestari Indonesia (RLCO) Menadah Berkah dari Sarang Walet

Mengupas profil dan strategi bisnis PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) setelah mencatatkan saham di BEI 

INDEKS BERITA

Terpopuler