Harga Logam Mulia Masih Prospektif Berkat Otomotif

Kamis, 04 April 2019 | 08:17 WIB
Harga Logam Mulia Masih Prospektif Berkat Otomotif
[]
Reporter: Amalia Fitri, Yusuf Imam Santoso | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga sebagian besar komoditas logam mulia melesat sepanjang kuartal I-2019 ini. Penyebabnya kebijakan dovish The Federal Reserve di awal tahun ini serta berkurangnya pasokan.

Paladium mencetak kenaikan harga paling tinggi di tiga bulan pertama 2019. Jumat (29/3), harga paladium kontrak pengiriman Juni 2019 di New York Mercantile Exchange mencapai US$ 1.341,80 per ons troi, naik 13,54% sepanjang kuartal I-2019.

Harga platinum juga positif. Di tiga bulan pertama 2019, harga platinum menanjak 6,03%. Akhir Maret lalu, harga platinum kontrak pengiriman Juli 2019 di New York Mercantile Exchange ada di US$ 845,10 per ons troi.

Sementara, emas yang selama ini jadi andalan logam mulia malah kurang bertenaga di awal tahun ini. Harga si kuning kontrak pengiriman Juni 2019 di Commodity Exchange sepanjang kuartal I lalu hanya naik 0,33% menjadi senilai US$ 1.298,50 per ons troi.

Tapi harga perak di triwulan pertama tahun ini justru loyo. Per Jumat (29/3), harga perak kontrak pengiriman bulan Mei 2019 di Commodity Exchange anjlok 3,30% jadi US$ 15,11 per ons troi.

Para analis menilai harga komoditas logam mulia tahun ini masih dalam tren positif. Berikut ulasannya.

- Emas

Awal tahun 2019, harga emas cenderung fluktuatif. Isu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China sempat menekan harga emas. Pasalnya, pelaku pasar lebih memilih masuk ke aset lindung nilai alias safe haven lain, seperti dollar AS.

Harga emas mulai rebound setelah The Fed menyampaikan proyeksi ekonomi serta menegaskan rencana kebijakan suku bunga yang cenderung hati-hati. Perlambatan ekonomi global ikut menyokong harga emas.

Analis Rifan Financindo Berjangka Puja Purbaya Sakti mengatakan, perlambatan ekonomi membuat sejumlah bank sentral memilih menimbun emas. The World Gold Council melaporkan, bank sentral Rusia dan China gencar menambah cadangan emas sejak 2016.

Hasilnya, harga emas sempat menyentuh level tertinggi di tahun ini pada 20 Februari lalu, yakni sebesar US$ 1.354,40 per ons troi.

Namun Puja melihat, harga emas bisa terkoreksi bila perundingan dagang AS dan China berlanjut positif. "Emas terus melanjutkan pergerakan bearish dan kehilangan daya tarik karena investor mulai percaya diri memilih investasi aset berisiko," tutur Puja.

Ia memprediksi harga emas di kuartal II-2019 akan bergerak di kisaran US$ 1.163,05–US$ 1.446,05 per ons troi

- Paladium

Harga paladium terus meroket. Berkurangnya pasokan serta permintaan yang terus naik untuk industri otomotif membuat harga paladium semakin perkasa.

Namun, jelang akhir kuartal satu, harga paladium merosot. Penyebabnya, penjualan mobil di AS turun.

Fiat Chrysler Automobiles NV dan Toyota Motor Corp melaporkan, pengiriman mobil ke Negeri Paman Sam pada Maret 2019 lebih rendah dari Maret 2018. Ini membuat pasar menilai pasokan paladium tak lagi kurang.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Wibowo menyebut, selama ini kenaikan permintaan menjadi sentimen pendorong terbesar harga paladium. Kenaikan permintaan terbesar datang dari kawasan Eropa yang sedang memperkuat standar emisi kendaraannya.

Wahyu optimistis, walau penjualan mobil di AS turun, paladium masih dalam tren bullish tahun ini. Di kuartal II-2019, Wahyu memperkirakan, harga paladium bergerak dalam rentang US$ 1.000–US$ 1.600 per ons troi.

- Platinum

Senasib dengan paladium, harga platinum juga mendapat sokongan dari permintaan sektor otomotif yang cukup besar. Analis Asia Trade Point Futures Cahyo Dewanto menuturkan, penggunaan platinum sebagai konverter emisi mesin diesel benar-benar menyokong harga komoditas yang satu ini

"Paladium harganya mahal, sehingga banyak yang beralih ke platinum," jelas Cahyo. Namun, kenaikan harga platinum pelan karena terjegal aturan pengetatan standar emisi kendaraan di Eropa.

Untuk kuartal II-2019, Cahyo melihat harga platinum melonjak karena perbaikan manufaktur China. Karena itu, dia memprediksi harganya bergerak antara US$ 790,00–US$ 830,00 per ons troi.

- Perak

Harga perak kurang bertenaga karena harga emas juga cenderung loyo. Apalagi, posisi perak tidak seperti si kuning yang merupakan aset lindung nilai pilihan. Alhasil, harga perak pun sulit untuk rebound.

Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim menambahkan, permintaan bagi logam mulia yang satu ini belum signifikan karena adanya perlambatan ekonomi. Karena itu, dia memprediksi, harga perak di triwulan kedua tahun ini bergerak fluktuatif dalam kisaran US$ 14,683–US$ 16,09 per ons troi.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Meski BI Rate Dipangkas 150 Basis Poin, Bunga Kredit Baru Turun 15 Basis Poin
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 13:31 WIB

Meski BI Rate Dipangkas 150 Basis Poin, Bunga Kredit Baru Turun 15 Basis Poin

BI rate turun agresif, tapi bunga kredit masih tinggi. Transmisi kebijakan moneter ke perbankan berjalan lambat pada tahun ini.

Fase Konsolidasi & Efek Profit Taking, Inflow ETF Bitcoin dan Ethereum Terus Menurun
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 09:21 WIB

Fase Konsolidasi & Efek Profit Taking, Inflow ETF Bitcoin dan Ethereum Terus Menurun

Penurunan dana ETF kripto belakangan ini juga lebih mencerminkan sikap hati-hati investor menjelang akhir tahun.

Bisnis Pengelolaan Dana Nasabah Tajir di Bank Semakin Bersinar
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:55 WIB

Bisnis Pengelolaan Dana Nasabah Tajir di Bank Semakin Bersinar

Bisnis wealth management atau pengelolaan dana nasabah tajir perbankan terus menunjukkan pertumbuhan positif.​

Permintaan Masih Lemah, Kredit Korporasi Goyah
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:50 WIB

Permintaan Masih Lemah, Kredit Korporasi Goyah

​Permintaan kredit perbankan di segmen debitur korporasi masih lemah karena pelaku usaha korporasi masih wait and see

Prospeknya Seksi, Setelah TOBA & MHKI, SPMA juga Bakal Masuk Bisnis Pengolahan Limbah
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:30 WIB

Prospeknya Seksi, Setelah TOBA & MHKI, SPMA juga Bakal Masuk Bisnis Pengolahan Limbah

Untuk memuluskan agenda ekspansi, SPMA bakal menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 30 Oktober 2025. ​

Timah (TINS) Cari Mitra Penambangan di Laut
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:20 WIB

Timah (TINS) Cari Mitra Penambangan di Laut

Inisiatif tersebut diharapkan dapat mendorong partisipasi pelaku usaha sekaligus memastikan pengelolaan SDA dilakukan secara bertanggung jawab.

Produsen Optimistis Bisa Capai Target
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:16 WIB

Produsen Optimistis Bisa Capai Target

Asus Indonesia sangat optimistis dapat menuntaskan target penjualan 1 juta unit laptop hingga akhir 2025,

Tren Gerai Restoran Siap Saji Mulai Bergeser
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:14 WIB

Tren Gerai Restoran Siap Saji Mulai Bergeser

Perubahan strategi gerai cepat saji yang kini lebih banyak bermigrasi ke lokasi suburban dan food court

Ekosistem Industri Udang Indonesia Terguncang
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:11 WIB

Ekosistem Industri Udang Indonesia Terguncang

Industri udang nasional terdampak tarif tinggi Trump dan isu pencemaran radioaktif sehingga mengguncang ekosistem udang dari hulu hingga hilir

Penambang Nikel Ingin Aturan DHE Diperlonggar
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:07 WIB

Penambang Nikel Ingin Aturan DHE Diperlonggar

Bagi perusahaan yang mengekspor produk olahan seperti ferronickel dan stainless steel, aturan sekarang cukup memberatkan.

INDEKS BERITA