IMF: Prospek Ekonomi Bisa Lebih Lesu daripada Skenario Awal

Senin, 15 April 2019 | 06:15 WIB
IMF: Prospek Ekonomi Bisa Lebih Lesu daripada Skenario Awal
[]
Reporter: Grace Olivia | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. International Monetary Fund (IMF) memperingkatkan kemungkinan ekonomi dunia lebih lesu daripada perkiraan semula. Salah satu pemicunya adalah tingkat utang global saat ini yang kian meningkat, dan otomatis, semakin berisiko.

Kepala Departemen Moneter dan Pasar Modal IMF Tobias Adrian menyebut, saat ini tingkat utang pemerintah maupun korporasi global terus meningkat Kondisi ini membuat sistem keuangan dan perekonomian global makin rentan. Di Amerika Serikat (AS) misalnya, rasio utang perusahaan non keuangan terhadap produk domestik bruto (PDB) 2018 berada pada tingkat rekor tertinggi 73%.

Menurut IMF kerentanan sistem keuangan dan perekonomian, meningkat di negara maju maupun berkembang. Jika ini terus berlanjut, maka akan menambah dampak perlambatan ekonomi global.

Adrian menyarankan negara emerging market membatasi ketergantungan utang luar negeri jangka pendek, dan memastikan cadangan mata uang asing dan buffer fiskal memadai. Sebab, investasi portofolio meningkat.

"Negara-negara bisa menggunakan nilai tukar fleksibel untuk menyerap guncangan," kata Adrian di laporan Global Financial Stability Report, yang dikutip Minggu (14/4).
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov turut mengingatkan pemerintah Indonesia akan adanya beban utang di dalam negeri yang membesar. Apalagi, per Februari 2019, rasio utang pemerintah pusat menembus 30,33% terhadap PDB.

Meski rasio utang terhadap PDB masih jauh di bawah batas aman, kemampuan APBN untuk membayar utang dalam jangka panjang semakin berat.  Hal ini terlihat dari rasio utang terhadap belanja pemerintah pusat yang terus meningkat, dari 11% pada tahun 2014 menjadi 17% saat ini.

Belum lagi utang jatuh tempo di bawah setahun semakin banyak. Tahun 2014, utang jatuh tempo di bawah setahun hanya 5,6%. Tahun lalu, porsi tersebut naik menjadi 8,4%. "Itu juga akan menyebabkan pemerintah harus memberikan insentif berupa yield yang lebih tinggi," kata Abra.

Bagikan

Berita Terbaru

Tarik Ulur Prospek Saham INDY, Reli Masih Bertumpu Cerita Tambang Emas
| Selasa, 16 Desember 2025 | 10:00 WIB

Tarik Ulur Prospek Saham INDY, Reli Masih Bertumpu Cerita Tambang Emas

Dengan level harga yang sudah naik cukup tinggi, saham PT Indika Energy Tbk (INDY) rentan mengalami aksi ambil untung.

Laba Kuartalan Belum Moncer, Saham Solusi Sinergi Digital (WIFI) Jadi Lumer
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:21 WIB

Laba Kuartalan Belum Moncer, Saham Solusi Sinergi Digital (WIFI) Jadi Lumer

Secara month-to-date, saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI)  sudah mengalami penurunan 5,09%. ​

Pemegang Saham Pengendali Surya Permata Andalan (NATO) Berpindah Tangan
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:16 WIB

Pemegang Saham Pengendali Surya Permata Andalan (NATO) Berpindah Tangan

Emiten perhotelan, PT Surya Permata Andalan Tbk (NATO) mengumumkan perubahan pemegang saham pengendali.

KKGI Akan Membagikan Dividen Tunai Rp 82,8 Miliar
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:11 WIB

KKGI Akan Membagikan Dividen Tunai Rp 82,8 Miliar

Besaran nilai dividen ini mengacu pada laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk KKGI per akhir 2024 sebesar US$ 40,08 juta. 

Arah Suku Bunga Bergantung pada Pergerakan Rupiah
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:06 WIB

Arah Suku Bunga Bergantung pada Pergerakan Rupiah

Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menahan suku bunga acuannya pada bulan ini, namun tetap ada peluang penurunan

Menanti Cuan Bagus dari Rally Santa Claus
| Selasa, 16 Desember 2025 | 08:46 WIB

Menanti Cuan Bagus dari Rally Santa Claus

Saham-saham big caps atau berkapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia berpotensi terpapar fenomena reli Santa Claus.

Korporasi Kembali Injak Rem Utang Luar Negeri
| Selasa, 16 Desember 2025 | 08:42 WIB

Korporasi Kembali Injak Rem Utang Luar Negeri

Utang luar negeri Indonesia per akhir Oktober 2025 tercatat sebesar US$ 423,94 miliar               

Nasib Rupiah di Selasa (16/12) Menanti Data Ekonomi
| Selasa, 16 Desember 2025 | 07:00 WIB

Nasib Rupiah di Selasa (16/12) Menanti Data Ekonomi

Pada Senin (15/12), kurs rupiah di pasar spot turun 0,13% menjadi Rp 16.667 per dolar Amerika Serikat (AS).

Obligasi Korporasi Tetap Prospektif di Era Bunga Rendah
| Selasa, 16 Desember 2025 | 06:30 WIB

Obligasi Korporasi Tetap Prospektif di Era Bunga Rendah

Penerbitan surat utang korporasi pada tahun 2025 melonjak ke rekor tertinggi sebesar Rp 252,16 triliun hingga November.

 Harbolnas Mendongkrak Transaksi Paylater Perbankan
| Selasa, 16 Desember 2025 | 06:30 WIB

Harbolnas Mendongkrak Transaksi Paylater Perbankan

Momentum Harbolnas yang berlangsung menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) mendorong permintaan layanan paylater

INDEKS BERITA

Terpopuler