Indonesia Waspadai Imbas Perang Dagang AS-China

Senin, 10 Juni 2019 | 08:20 WIB
Indonesia Waspadai Imbas Perang Dagang AS-China
[]
Reporter: Grace Olivia | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Dunia mempertahankan proyeksinya atas pertumbuhan Indonesia. World Bank menilai ekonomi Indonesia akan stabil selama 2020-2021, dengan pertumbuhan sebesar 5,2% di tahun ini. Pekan lalu, Bank Dunia merevisi proyeksi atas pertumbuhan global di tahun ini menjadi 2,6%, dari sebelumnya 2,9%.

Revisi itu tertuang dalam laporan Global Economic Prospects June 2019: Heightened Tensions, Subdued Investments. Dasar Bank Dunia menurunkan proyeksi ekonomi dunia tahun 2019 adalah potensi perlambatan perdagangan internasional dan sektor manufaktur, serta investasi yang lebih buruk dari perkirakan sebelumnya. Bank Dunia memprediksi pertumbuhan perdagangan global pada 2019 hanya di kisaran 2,6% atau terendah sejak krisis finansial tahun 2008.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, kondisi ini terjadi akibat eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang memburuk. Alhasil, menurut dia, Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) maupun Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) membuat skenario terburuk di 2019. "Downside risk sudah terjadi tapi ini berbeda sekali tone-nya. Akhir tahun lalu belum seperti ini," kata Sri Mulyani, pekan lalu.

Sejatinya pelaku ekonomi dunia sempat berharap terjadinya kesepakatan dagang antara AS-China sehingga tensi sengketa dagang mereda. Namun, negosiasi tak berujung positif sehingga kedua negara ekonomi raksasa tersebut kini lagi-lagi saling menaikkan tarif.

Indonesia, kata Sri Mulyani, tetap mewaspadai hal ini. Sebab yang dihadapi ke depan bukan sekadar ancaman dari kedua pihak, melainkan dampak implementasi tarif.

Kenaikan tarif di dua raksasa ekonomi dunia ini akan berdampak terhadap perekonomian global pada di kuartal kedua, ketiga, dan keempat. Sedangkan dampak kepada Indonesia adalah penurunan ekspor. Namun, Menkeu optimistis ekonomi Indonesia di paruh kedua tahun ini bakal membaik, dan investasi akan meningkat pasca pemilu.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani berharap, Indonesia justru bisa memanfaatkan momentum dari perang dagang ini untuk mengundang masuknya investasi. "Pemerintah harus menjaga statement, karena investor ini hanya tinggal menunggu waktu saja," katanya.

Sebab kinerja konsumsi di dalam negeri akan meningkat pasca pemilu. Ia juga yakin investasi akan tumbuh lebih baik pada semester II nanti.

Bagikan

Berita Terbaru

Menakar Kemungkinan PADI Keluar dari FCA Berkat Perbaikan Harga dan Likuiditas
| Kamis, 02 Oktober 2025 | 17:40 WIB

Menakar Kemungkinan PADI Keluar dari FCA Berkat Perbaikan Harga dan Likuiditas

Saham PADI sudah mulai memperlihatkan perbaikan dalam aspek rata-rata harga, nilai transaksi, dan volume transaksi sahamnya.

Kupas Polemik BBM: Batasi Tambahan Impor Selangit Hingga Deadlock Dengan Pertamina
| Kamis, 02 Oktober 2025 | 17:29 WIB

Kupas Polemik BBM: Batasi Tambahan Impor Selangit Hingga Deadlock Dengan Pertamina

Sampai dengan hari ini proses business to business (B2B) belum mencapai titik setuju alias deadlock untuk pembelian BBM base fuel PT Pertamina.

ETF Solana Bakal Segera Disetujui, Simak Dampaknya ke Pasar Kripto
| Kamis, 02 Oktober 2025 | 17:02 WIB

ETF Solana Bakal Segera Disetujui, Simak Dampaknya ke Pasar Kripto

Pasar akan naik jelang persetujuan ETF Solana oleh SEC, perlu diperhatikan potensi sell the news saat sudah disetujui.

Pengendali Jual 20% Kepemilikan RMKE, Harga Saham Ukir Rekor Terbaru
| Kamis, 02 Oktober 2025 | 15:00 WIB

Pengendali Jual 20% Kepemilikan RMKE, Harga Saham Ukir Rekor Terbaru

Pemegang saham pengendali PT RMK Energy Tbk (RMKE), PT RMK Investama, menjual 20% kepemilikannya di RMKE saat harga sahamnya ukir rekor baru.

Kembali Masuk Top Laggard, Invesco Hingga Goldman Sachs Pilih Lepas Saham BBCA
| Kamis, 02 Oktober 2025 | 14:00 WIB

Kembali Masuk Top Laggard, Invesco Hingga Goldman Sachs Pilih Lepas Saham BBCA

Goldman Sachs Group Inc melepas 77,97 juta saham BBCA  pada 30 September, menyisakan sebanyak 1,21 miliar saham BBCA yang masih dikempitnya.

BIPI Siapkan Sejumlah Strategi Ekspansi Ke Proyek Energi Hijau
| Kamis, 02 Oktober 2025 | 13:30 WIB

BIPI Siapkan Sejumlah Strategi Ekspansi Ke Proyek Energi Hijau

Unt.uk rencana jangka pendek, BIPI tengah membangun proyek pengolahan limbah menjadi energi yang saat ini masih dalam tahap studi kelayakan

Berharap Keajaiban Siklus Cuan Uptober di Pasar Kripto yang Kerap Membagikan Cuan
| Kamis, 02 Oktober 2025 | 12:34 WIB

Berharap Keajaiban Siklus Cuan Uptober di Pasar Kripto yang Kerap Membagikan Cuan

Memasuki Oktober, pelaku pasar di market kripto sedikit lebih optimisme, seiring tren historis yang kerap mengukir kinerja positif di periode ini.

Insentif PPN DTP Diperpanjang, Harga Emiten Properti Milik Aguan (PANI) Menggeliat
| Kamis, 02 Oktober 2025 | 12:14 WIB

Insentif PPN DTP Diperpanjang, Harga Emiten Properti Milik Aguan (PANI) Menggeliat

Sepanjang enam bulan ke belakang saham PANI menguat 63,82%, meski secara year to date (YtD) angkanya terkoreksi 19,62%.

Asa Taipan Dato Sri Tahir Injakkan Kaki di Gaza Hingga Perluas Bisnis Rumah Sakit
| Kamis, 02 Oktober 2025 | 11:48 WIB

Asa Taipan Dato Sri Tahir Injakkan Kaki di Gaza Hingga Perluas Bisnis Rumah Sakit

Tahir mengenang kunjungannya ke Palestina, tepatnya di Lebanon, sebelum pandemi Covid-19. Kala itu, suasana masih begitu cantik, penuh kehidupan.

Mengenal Peran Remisier atau Mitra Pemasaran PPE di Bisnis Sekuritas
| Kamis, 02 Oktober 2025 | 11:09 WIB

Mengenal Peran Remisier atau Mitra Pemasaran PPE di Bisnis Sekuritas

KSEI mencatat jumlah investor pasar modal per Agustus 2025 mencapai 18 juta SID, bertambah 3,15 juta (21,16%) dibanding akhir tahun 2024.

INDEKS BERITA

Terpopuler