Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah

Senin, 17 Oktober 2022 | 07:10 WIB
Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah
[]
|

KONTAN.CO.ID - Selain pertumbuhan ekonomi, dua indikator utama perekonomian kita adalah inflasi dan nilai tukar mata uang. Keduanya berhubungan erat karena berkaitan dengan rupiah dan sama-sama menjadi tugas utama Bank Indonesia (BI) untuk menjaganya. Bedanya, yang satu terkait penurunan nilai rupiah di dalam negeri dan lainnya nilai rupiah di luar negeri.

Paling sedih jika tekanan terhadap rupiah terjadi bersamaan seperti saat ini, yaitu inflasi melesat dari target, saat nilai tukar rupiah merosot. Inflasi Indonesia diperkirakan menuju 7% hingga akhir tahun, sementara kurs rupiah turun 7,9% dari Rp 14.242 per dollar Amerika Serikat (AS) di awal tahun menjadi Rp 15.472 per dollar AS.

Jika sudah begini, kita pun teringat tahun susah di 2008, tatkala inflasi mencapai 11% dan kurs rupiah turun 33% dari sekitar Rp 9.000 jadi Rp 12.000 per dollar AS. Apalagi tahun 1998 yang penuh derita dengan inflasi 70% dan depresiasi rupiah 83% dari Rp 2.500 menjadi Rp 15.000 saat itu.

Namun kali ini kita tidak sendiri. Lihatlah kawasan Eropa yang tahun ini mengalami inflasi tertinggi dalam tiga sampai empat dekade terakhir, berbarengan dengan merosotnya kurs euro dan poundsterling ke titik terendahnya.

Euro yang sempat bernilai US$ 1,60 per euro turun ke posisi terlemahnya dalam 20 tahun di US$ 0,96 per euro. Poundsterling tidak kalah terpuruk, merosot dari US$ 1,36 di awal 2022 menjadi US$ 1,04 akhir bulan lalu. Ini merupakan rekor terburuknya sepanjang masa. Saat jayanya, poundsterling pernah setara US$ 2,86 di tahun 1957 dan sempat ke kisaran US$ 2 di 2007 sebelum turun perlahan.

Baca Juga: Bunga KPR Naik, Nasabah Jangan Panik

Dekatnya hubungan kurs rupiah dan inflasi membuat merosotnya rupiah akan menyebabkan inflasi (imported inflation) melesat seperti tahun 1998. Sementara inflasi yang tinggi terhadap negara-negara lain akan membuat kurs rupiah semakin melemah, sesuai dengan teori paritas daya beli.

Sama seperti nilai tukar, inflasi mempengaruhi banyak sendi kehidupan. Inflasi mempengaruhi bunga bebas risiko (BI rate) yang pada gilirannya akan menentukan suku bunga tabungan, kredit, obligasi, diskonto dan yield. Bunga diskonto dan yield baru pada akhirnya membuat valuasi semua aset berubah, termasuk saham.

Dalam menyusun anggaran tahunan, baik tingkat makro (negara) maupun mikro (perusahaan), asumsi mengenai tingkat inflasi dan nilai tukar juga mutlak diperlukan, karena sangat menentukan banyak pos dalam anggaran.

Ada banyak definisi inflasi. Yang paling sederhana mengatakan inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa atau penurunan daya beli dari uang. Inflasi terjadi ketika harga-harga semakin tinggi atau ketika kita memerlukan uang yang lebih banyak untuk membeli barang yang sama.

Definisi yang paling saya suka adalah yang diberikan Prof Sri Edi Swasono, dosen ekonomi makro saya. Inflasi terjadi ketika Anda pergi ke pasar dengan sekantong uang dan pulang membawa sekerangjang barang. Tapi besoknya Anda pergi ke pasar yang sama membawa sekeranjang uang dan cuma membawa pulang sekantong barang.

Baca Juga: Wake Up Call: Efek Break-Even di Pasar Saham

Definisi inflasi yang lengkap, yang tidak hanya melihat akibatnya (kenaikan harga dan penurunan daya beli) tetapi juga sebabnya, diberikan kamus Webster 1983 dan disempurnakan kamus American Heritage tahun 2000. Inflasi adalah kenaikan harga barang konsumsi terus menerus atau penurunan daya beli uang terus menerus, yang disebabkan kenaikan mata uang beredar dan utang melebihi proporsi barang dan jasa yang tersedia.

Ketika bicara inflasi, kita umumnya langsung memikirkan efek negatifnya, inflasi akan merugikan semua orang tanpa kecuali dan sama besar. Yang benar, tidak semua orang terpengaruh dengan tingkatan yang sama. Inflasi sangat merugikan mereka yang berpenghasilan tetap, terutama para pensiunan, pekerja kasar, sektor informal, dan pekerja tidak tetap. Angka kemiskinan tentu akan naik.

Kelompok yang dirugikan lainnya adalah mereka yang memberi pinjaman, termasuk para penabung di bank. Seseorang yang menyimpan atau mendepositokan uangnya di bank dengan mendapatkan bunga bersih sebesar 4% p.a. akan mengalami return riil -3% jika inflasi tahunan adalah 7%.

Bicara inflasi, tahukah Anda jika inflasi tahunan tertinggi hingga jutaan persen pernah terjadi di Jerman saat kalah perang dunia pertama? Seseorang yang meminjamkan sejumlah uang yang cukup untuk membeli sebuah mobil di sana pada awal tahun 1923, ketika dikembalikan pada akhir tahun, uang itu hanya cukup untuk membeli sebuah kotak korek api.

Pada saat itu, untuk mendapatkan kehangatan, masyarakat tidak sayang membakar uang kertas yang dimilikinya. Cerita lainnya, ada sebuah gerobak yang penuh dengan bergepok-gepok uang kertas. Lalu datanglah sang pencuri. Ternyata yang diambil adalah gerobaknya, sementara uangnya ditinggalkan karena tidak ada nilainya.

Baca Juga: Wake Up Call: Waran Terstruktur, Investasi Baru di Bursa

Meski demikian, tidak semua orang dirugikan karena inflasi. Sejatinya, ada juga kelompok yang diuntungkan.

Kelompok pertama adalah mereka yang sedang berutang. Mereka yang mengambil kredit atau KPR syariah berbunga tetap dan perusahaan yang merilis obligasi akan merasakan beban utang dan angsurannya semakin ringan karena telah terjadi penurunan nilai uang. Jika Anda memperoleh bunga tetap KPR sebesar 6% p.a. saat inflasi menembus dua digit, Anda akan untung dan bank rugi karena mematok suku bunga pinjaman yang tetap.

Yang juga masuk kelompok yang diuntungkan dengan inflasi adalah mereka yang mempunyai harta tetap seperti rumah, gedung, tanah dan toko. Pemilik rumah kos, rumah kontrakan, dan toko biasanya ikut menaikkan harga sewa jika terjadi inflasi. Harga tanah dan properti juga naik mengikuti inflasi.

Sama seperti inflasi, ada juga pihak yang diuntungkan melemahnya rupiah, yaitu para eksportir walau yang lain hanya bisa gigit jari. 

Bagikan

Berita Terbaru

Pasar Modal Indonesia 2025 Didominasi Investor Muda dan Ritel
| Rabu, 31 Desember 2025 | 20:14 WIB

Pasar Modal Indonesia 2025 Didominasi Investor Muda dan Ritel

Hingga 24 Desember 2025, KSEI mencatat jumlah investor pasar modal telah menembus 20,32 juta Single Investor Identification (SID).

Produsen Menahan Diri, Konsumen Mulai Optimistis: Gambaran Ekonomi 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 19:01 WIB

Produsen Menahan Diri, Konsumen Mulai Optimistis: Gambaran Ekonomi 2025

Ekonomi Indonesia menunjukkan dua wajah yang berbeda. Produsen mulai bersikap lebih hati-hati saat keyakinan konsumen mulai membaik.

IHSG Menguat 22,13%, Asing Net Sell Rp 17,34 Triliun Pada 2025, Prospek 2026 Membaik
| Rabu, 31 Desember 2025 | 17:27 WIB

IHSG Menguat 22,13%, Asing Net Sell Rp 17,34 Triliun Pada 2025, Prospek 2026 Membaik

IHSG menguat 22,13% di 2025, ditutup 8.646,94, didorong investor lokal. Asing net sell Rp 17,34 triliun.

Saham ESSA Terkoreksi ke Area Support, Simak Prospek ke Depan
| Rabu, 31 Desember 2025 | 15:00 WIB

Saham ESSA Terkoreksi ke Area Support, Simak Prospek ke Depan

ESSA mulai menunjukkan sinyal yang semakin konstruktif dan menarik bagi investor dengan profil risiko lebih agresif.

2025, Kesepakatan Merger Akuisisi Sektor Keuangan Indonesia Capai Rp 9,21 triliun
| Rabu, 31 Desember 2025 | 14:05 WIB

2025, Kesepakatan Merger Akuisisi Sektor Keuangan Indonesia Capai Rp 9,21 triliun

Kesepakatan merger dan akuisisi di sektor keuangan melesat 56,3% secara tahunan, di saat total aktivitas merger dan akuisisi turun

Saham-Saham Paling Cuan dan Paling Jeblok Saat IHSG Naik 22% pada 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:50 WIB

Saham-Saham Paling Cuan dan Paling Jeblok Saat IHSG Naik 22% pada 2025

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 22,13% sepanjang tahun 2025. IHSG ditutup pada level 8.646,94 pada perdagangan terakhir.

Nilai Kesepakatan Merger dan Akuisisi di Indonesia Merosot 72,1% di 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:01 WIB

Nilai Kesepakatan Merger dan Akuisisi di Indonesia Merosot 72,1% di 2025

Nilai kesepakatan merger dan akuisisi yang terjadi sepanjang 2025 mencapai US$ 5,3 miliar, atau setara sekitar Rp 88,46 triliun

Berhasil Breakout Resistance, Yuk Intip Prospek Saham Humpuss Maritim (HUMI)
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:00 WIB

Berhasil Breakout Resistance, Yuk Intip Prospek Saham Humpuss Maritim (HUMI)

Kombinasi pola pergerakan harga, indikator teknikal, serta strategi manajemen risiko menjadi faktor kunci yang kini diperhatikan pelaku pasar.

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026
| Rabu, 31 Desember 2025 | 11:00 WIB

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026

Fokus pemerintah pada belanja sosial, program gizi, serta stabilisasi harga kebutuhan pokok diyakini dapat memperbaiki likuiditas masyarakat.

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol
| Rabu, 31 Desember 2025 | 09:01 WIB

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol

Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 89 Tahun 2025                   

INDEKS BERITA

Terpopuler