Ingin Galang Lagi Kerjasama Ekonomi dengan Asia Pasifik, AS Janjikan Kerangka Baru

Jumat, 19 November 2021 | 11:26 WIB
Ingin Galang Lagi Kerjasama Ekonomi dengan Asia Pasifik, AS Janjikan Kerangka Baru
[ILUSTRASI. Ilustrasi Opini - TPP: Maju Kena Mundur Kena]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Kerangka kerjasama ekonomi Indo-Pasifik yang direncanakan Amerika Serikat (AS) akan bersifat inklusif dan fleksibel, dan tidak akan terstruktur seperti kesepakatan perdagangan bebas pada umumnya, demikian pernyataan Menteri Perdagangan AS, Gina Raimondo, Kamis (18/11).

Dalam telekonferensi selama kunjungan ke Malaysia, Raimondo mengatakan diskusi tentang kerangka kerja tersebut sedang dalam tahap awal. Ia menambahkan, pembahasan melibatkan beberapa bidang utama termasuk ekonomi digital, ketahanan rantai pasokan, infrastruktur, kontrol ekspor, dan energi bersih.

“Kami sama sekali tidak membayangkan ini menjadi perjanjian perdagangan tradisional,” ujar dia, seraya menambahkan bahwa AS akan mengembangkan kerangka kerja dengan sekutu dalam beberapa bulan mendatang.

Melalui e-mail, seorang juru bicara Kementerian Perdagangan AS, mengatakan bahwa belum ada proposal resmi yang sudah dibuat, tentang apa yang akan dimasukkan dalam kerangka kerja. Struktur hukum dari kerjasama ekonomi itu juga belum diusulkan.

Baca Juga: BI tahan suku bunga acuan, simak proyeksi pergerakan rupiah selanjutnya

"Kami berharap itu akan dikembangkan dalam proses konsultasi yang akrab, dan melalui keterlibatan yang kuat dengan sejumlah pemangku kepentingan, terutama Kongres, karena kami terus menentukan tujuan dan hasil yang diinginkan untuk kerangka kerja tersebut," kata juru bicara itu.

Pada hari Rabu, Raimondo mengatakan kerangka kerjasama ekonomi Indo-Pasifik dapat diluncurkan pada awal tahun depan. Dan, kunjungannya ke negara-negara Asia adalah untuk meletakkan dasar bagi kemitraan potensial.

AS menuai kritik atas strategi yang diambil mantan Presiden Donald Trump dengan menarik diri dari kesepakatan perdagangan di kawasan tersebut pada 2017. Padahal, kesepakatan yang sekarang bernama Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik itu, awalnya merupakan usulan dari AS.

Baca Juga: Rupiah spot dibuka menguat tipis ke Rp 14.211 per dolar AS pada hari ini (19/11)

Sebelumnya pada hari Kamis, AS dan Malaysia mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa kedua negara berencana untuk menandatangani perjanjian pada awal 2022 untuk meningkatkan transparansi, ketahanan dan keamanan dalam rantai pasokan sektor semikonduktor dan manufaktur.

Kesepakatan itu muncul ketika Malaysia berupaya mengatasi kekurangan chip semikonduktor setelah pasokan terganggu karena pembatasan yang diberlakukan untuk membendung lonjakan kasus COVID-19 tahun ini.

Industri perakitan chip Malaysia, yang menyumbang lebih dari sepersepuluh dari perdagangan global senilai lebih dari $20 miliar, telah memperingatkan bahwa kelangkaan akan berlangsung setidaknya dua tahun.

Raimondo mengatakan kedua pemerintah melakukan diskusi luas dengan industri semikonduktor pada hari Kamis, termasuk untuk memotong redundansi dalam investasi dan untuk meningkatkan pasokan.

Selanjutnya: Berlawanan dengan Tren Global, Jepang Guyur Stimulus Baru

 

Bagikan

Berita Terbaru

Maybank Marathon: Berlari Sembari Menghapus Jejak Karbon
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 17:06 WIB

Maybank Marathon: Berlari Sembari Menghapus Jejak Karbon

Ajang olahraga marathon kini bukan hanya sekadar lomba lari. Ajang olahraga ini juga menjadi sarana menghapus jejak karbon

Suku Bunga Acuan Dipangkas 4 Kali, Namun Kredit Tidak Ada Penurunan Berarti
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 13:00 WIB

Suku Bunga Acuan Dipangkas 4 Kali, Namun Kredit Tidak Ada Penurunan Berarti

Sepanjang tahun 2025 ini, Bank Indonesia telah memangkas suku bunga acuan sebanyak total empat kali.

Jalan-Jalan ala Pariwisata Berkelanjutan
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 12:46 WIB

Jalan-Jalan ala Pariwisata Berkelanjutan

Tahun 2024 menjadi tahun kebangkitan pariwisata global dan Indonesia. Di tengah pertumbuhan, ada tantangan menyambut tren wisata berkelanjutan.

 
Mengejar Bayangan
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 12:42 WIB

Mengejar Bayangan

Konon, potensi penerimaan negara berupa pajak maupun non-pajak sangat besar dari shadow economy di negeri ini.

Sidang Korupsi Asabri 29 Agustus Seret 10 MI, Salah Satunya Milik Petinggi Danantara
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 07:10 WIB

Sidang Korupsi Asabri 29 Agustus Seret 10 MI, Salah Satunya Milik Petinggi Danantara

Sebanyak 10 perusahaan Manajer Investasi jalani sidang perdana kasus korupsi Asabri sebagai terdakwa di Pengadilan Tipikor, 29 Agustus mendatang.

Era Suku Bunga Rendah, Prospek Emiten Sektor Properti dan Konstruksi Bisa Cerah
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 06:22 WIB

Era Suku Bunga Rendah, Prospek Emiten Sektor Properti dan Konstruksi Bisa Cerah

Secara historis, harga saham emiten properti memiliki korelasi negatif yang tinggi dengan arah suku bunga BI.

Dampak Penurunan BI Rate : Selamat Datang Era Imbal Hasil Berinvestasi Mini
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 06:16 WIB

Dampak Penurunan BI Rate : Selamat Datang Era Imbal Hasil Berinvestasi Mini

Imbal hasil atau kupon yang ditawarkan pada seri ini merupakan yang terendah dibandingkan SBN ritel lain sepanjang tahun 2025.

Tekanan Rekor Defisit Transaksi Berjalan & Faktor The Fed, Rupiah Dalam Tren Melemah
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 06:09 WIB

Tekanan Rekor Defisit Transaksi Berjalan & Faktor The Fed, Rupiah Dalam Tren Melemah

Dari internal, kurs rupiah juga masih terbebani rekor defisit transaksi berjalan yang terbesar sejak tahun 2020..

Peluang dari Janji Transportasi Publik Hemat Energi
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 05:23 WIB

Peluang dari Janji Transportasi Publik Hemat Energi

Pemerintah sudah punya peta jalan untuk mewujudkan transportasi publik ramah lingkungan. Tapi, penetrasi kendaraan listrik masih rendah.

Peluang Besar Asuransi Perluas Pelindungan dari Olahraga
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 05:23 WIB

Peluang Besar Asuransi Perluas Pelindungan dari Olahraga

Gaya hidup sehat seperti olahraga yang makin populer, membuka ruang baru bagi industri asuransi untuk memperluas perlindungan mereka.

INDEKS BERITA

Terpopuler