Ingin Kerek Harga Sahamnya, Alibaba Tingkatkan Lagi Nilai Buyback

Selasa, 22 Maret 2022 | 12:10 WIB
Ingin Kerek Harga Sahamnya, Alibaba Tingkatkan Lagi Nilai Buyback
[ILUSTRASI. Layar menampilkan pendiri Alibaba Jack Ma dalam seremoni pencatatan saham Alibaba di HKEX, di Hong Kong, China, 26 November 2019. Zhang Wei/CNS via REUTERS.]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Alibaba pada Selasa (22/3) menaikkan nilai program pembelian kembali sahamnya menjadi US$ 25 miliar, atau setara Rp 358,9 triliun. Raksasa e-commerce China itu mengerek nilai buyback hingga mencapai rekor, untuk membangkitkan kembali harga sahamnya yang babak belur tertekan pengetatan aturan dan kecemasan terhadap pelambatan pertumbuhan China.

Pengumuman kenaikan program buyback itu membuntuti rally saham-saham sektor teknologi di bursa lokal. Sebelumnya, Wakil Perdana Menteri China Liu He mengatakan bahwa Beijing akan meluncurkan lebih banyak langkah untuk meningkatkan ekonomi serta langkah-langkah kebijakan yang menguntungkan untuk pasar modal.

Ini adalah peningkat nilai program pembelian kembali saham kedua yang dilakukan Alibaba Group Holding Ltd dalam setahun terakhir. Alibaba telah menaikkan nilai buyback dari US$ 10 miliar menjadi US$ 15 miliar pada Agustus lalu.

Harga saham perusahaan telah anjlok lebih dari 50% sepanjang tahun lalu.

Baca Juga: Bank AS Proses Pembayaran Rusia untuk Kupon Obligasi yang Jatuh Tempo Awal Pekan Ini

"Pembelian kembali saham yang meningkat menggarisbawahi kepercayaan kami pada potensi pertumbuhan jangka panjang dan berkelanjutan Alibaba dan penciptaan nilai," kata Deputy Chief Financial Officer Toby Xu.

"Harga saham Alibaba tidak secara memadai mencerminkan nilai perusahaan, mengingat kesehatan keuangan dan rencana ekspansi kami yang kuat."

Saham Alibaba naik 4,5% di Hong Kong setelah berita tersebut. Pada penutupan perdagangan Senin di bursa Amerika Serikat, saham Alibaba turun 4,3%.

Alibaba berada di bawah tekanan sejak akhir 2020 ketika sang pendiri, Jack Ma, secara terbuka mengkritik sistem regulasi China.
Pihak berwenang kemudian menghentikan rencana IPO dari kelompok keuangannya Ant Group. Tidak hanya itu, Beijing juga mengganjar Alibaba dengan denda $2,8 miliar akibat perilaku anti-persaingan. Berbagai kejadian itu menempatkan saham Alibaba dalam tren penurunan yang berkepanjangan.

Baca Juga: Menyadari Ancaman Rusia, Uni Eropa Susun Aturan Baru untuk Memperkuat Diri

Meningkatnya persaingan dari para pesaing, melambatnya konsumsi, dan pasar e-commerce yang matang juga telah memukul kinerjanya.

Dalam rilis pendapatan terakhirnya, Alibaba membukukan pertumbuhan pendapatan 10% tahun-ke-tahun, kuartal paling lambat sejak go public pada tahun 2014 dan pertumbuhan pertama kali turun di bawah 20%.

Perusahaan saat ini sedang bersiap untuk memberhentikan puluhan ribu staf, Reuters melaporkan pada bulan Maret.

Alibaba mengatakan telah membeli kembali sekitar $9,2 miliar sahamnya yang terdaftar di AS pada 18 Maret di bawah programnya, yang awalnya dijadwalkan berlangsung hingga akhir tahun ini.

Program senilai $25 miliar saat ini akan efektif untuk periode dua tahun hingga Maret 2024.

Alibaba juga menunjuk Weijian Shan, ketua eksekutif grup investasi PAG, sebagai direktur independen untuk dewannya, dan mengatakan Borje Ekholm, CEO Ericsson, akan pensiun dari dewan Alibaba pada 31 Maret.

Bagikan

Berita Terbaru

Semakin Besar Berkat Perkembangan E-Commerce
| Minggu, 29 Juni 2025 | 11:00 WIB

Semakin Besar Berkat Perkembangan E-Commerce

Tren grocery delivery meningkatkan kebutuhan cold chain logistics. Lalu, seperti apa potensi pasar industri ini?   

Profit 26,59% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Tak Bergerak (29 Juni 2025)
| Minggu, 29 Juni 2025 | 10:17 WIB

Profit 26,59% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Tak Bergerak (29 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (29 Juni 2025) Rp 1.907.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 29,70% jika menjual hari ini.

Penjualan Lewat Agen Mulai Redup, Asuransi Cari Celah Lain
| Minggu, 29 Juni 2025 | 10:00 WIB

Penjualan Lewat Agen Mulai Redup, Asuransi Cari Celah Lain

Pendapatan premi dari tangan-tangan agen asuransi terus susut seiring dengan perkembangan teknologi digital.        

Bukan Penghasilan Besar, tapi Pengeluaran Cerdas
| Minggu, 29 Juni 2025 | 09:00 WIB

Bukan Penghasilan Besar, tapi Pengeluaran Cerdas

Membedakan kelas miskin, menengah dan kaya, bukan dari penghasilannya saja, tapi juga dari pengeluarannya.

Pinjam Modal dari Sekuritas, Alternatif bagi Investor Bermodal Cekak
| Minggu, 29 Juni 2025 | 08:05 WIB

Pinjam Modal dari Sekuritas, Alternatif bagi Investor Bermodal Cekak

Agar cuan, alih-alih boncos. Cermati syarat serta ketentuan fee, sebelum menggunakan "pinjaman modal" dari sekuritas.

Atasi Darurat Sampah dengan Penghasil Setrum
| Minggu, 29 Juni 2025 | 07:10 WIB

Atasi Darurat Sampah dengan Penghasil Setrum

Pemerintah kembali mengupayakan percepatan pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah atau PLTSa yang sempat mandek. 

Transformasi Bisnis Kopi, Bukan Sekadar Teman Begadang
| Minggu, 29 Juni 2025 | 05:15 WIB

Transformasi Bisnis Kopi, Bukan Sekadar Teman Begadang

Kedai kopi kini bukan sekadar tempat minum. Ia menjelma jadi ruang sosial, kantor sementara, tempat pelarian, hingga lad

 
Meracik Bisnis Minuman biar Tetap Manis
| Minggu, 29 Juni 2025 | 05:10 WIB

Meracik Bisnis Minuman biar Tetap Manis

Minuman boba dan es teh masih jadi favorit konsumen di Indonesia. Munculnya pemain baru di sektor ini mendorong pelaku u

Surono Subekti Masuk Daftar Pemegang Saham Brigit Biofarmaka di Tengah Koreksi Harga
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 16:30 WIB

Surono Subekti Masuk Daftar Pemegang Saham Brigit Biofarmaka di Tengah Koreksi Harga

Surono menjadi satu-satunya pemegang saham individu di luar afiliasi dan manajemen yang punya saham OBAT lebih dari 5%.

Menengok Portofolio Grup Djarum yang Baru Masuk ke Saham RS Hermina (HEAL)
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 15:00 WIB

Menengok Portofolio Grup Djarum yang Baru Masuk ke Saham RS Hermina (HEAL)

Grup Djarum pada 25 Juni 2025 mencaplok 3,63% PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), emiten yang mengelola jaringan Rumah Sakit Hermina.

INDEKS BERITA

Terpopuler