Ingin Redam Perlambatan Ekonomi, PBOC Tingkatkan Fasilitas Pinjaman 1 Tahun ke Bank

Senin, 16 Agustus 2021 | 11:46 WIB
Ingin Redam Perlambatan Ekonomi, PBOC Tingkatkan Fasilitas Pinjaman 1 Tahun ke  Bank
[ILUSTRASI. Seorang wanita berjalan melintas di depan kantor bank sentral China (PBOC), 3 Februari 2020. REUTERS/Jason Lee/File Photo GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Bank sentral China (PBOC), Senin (16/8), menyuntikkan dana segar bernilai miliaran yuan melalui pinjaman jangka menengah (MLF) ke dalam sistem keuangan. Kendati biaya pinjaman tidak berubah, pelaku pasar menafsirkan guyuran likuiditas itu sebagai upaya Beijing menopang perekonomiannya.

Meluasnya wabah varian Delta di seluruh negeri, bencana banjir, dan melambatnya momentum pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh data terbaru, bisa diartikan China membutuhkan lebih banyak langkah pelonggaran untuk meredam perlambatan, demikian penilaian para analis.

Bank Rakyat China (PBOC) menyalurkan dana melalui fasilitas pinjaman berjangka setahun senilai 600 miliar yuan (Rp 1.332 triliun) ke beberapa lembaga keuangan. Bunga fasilitas dipertahankan sebesar 2,95%, tidak berubah dari bunga yang diberlakukan untuk fasilitas terdahulu.

Bank sentral mengatakan penyaluran dana itu semata-mata untuk memenuhi permintaan likuiditas lembaga keuangan, sambil menjaga ketersediaan dana dalam jumlah memadai.

Baca Juga: Bursa Asia kompak melemah sambil menanti data ekonomi China

Langkah itu memperhitungkan bahwa lembaga keuangan dapat menggunakan sebagian dana yang dibebaskan dari pengurangan reserve requirement ratio (RRR) pada Juli, untuk membayar kembali pinjaman yang jatuh tempo di bulan ini, demikian pernyataan PBOC.

"Jumlah rollover lebih besar dari yang diharapkan. Tetapi ketergantungan pada likuiditas yang berasal dari pemotongan RRR sebelumnya untuk menutup keseimbangan membuat pasar sedikit kecewa, karena dana operasi pasar terbuka untuk jangka pendek tidak digunakan," kata Frances Cheung, ahli strategi harga di OCBC Bank.

"Lebih jauh ke depan, PBOC dapat memilih untuk terus membiarkan bank memberikan biaya pendanaan yang lebih rendah kepada klien mereka daripada memberikan penurunan suku bunga langsung. Dan karenanya, penurunan RRR tidak dapat dikesampingkan terutama di tengah semakin banyaknya MLF yang akan jatuh tempo dalam empat bulan ke depan, terlebih pada November dan Desember."

Beberapa pedagang obligasi juga mengatakan nilai MLF terbaru lebih besar daripada yang mereka perkirakan.

Total pinjaman MLF senilai 3,05 triliun yuan (Rp 6.771 triiliun) akan berakhir pada kuartal keempat tahun ini, menurut perhitungan Reuters berdasarkan data resmi.

Dalam pernyataan online yang sama, bank sentral mengatakan operasi Senin adalah perpanjangan MLF senilai 700 miliar yuan (Rp 1.554,1 triliun) yang jatuh tempo pada Selasa.

PBOC menyampaikan pemotongan kejutan untuk RRR bank pada bulan Juli, sekaligus menyoroti stabilitas kebijakan dalam laporan kebijakan moneter di kuartal kedua. Aksi itu meredam ekspektasi pasar untuk pelonggaran moneter yang lebih agresif termasuk penurunan suku bunga.

Baca Juga: Tunggu bunga acuan BI, begini prediksi IHSG pekan ini

"Selama sikap kebijakan moneter yang hati-hati tetap tidak berubah, tingkat MLF tidak akan mudah disesuaikan,” kata Wang Yifeng, analis senior di Everbright Securities. Ia menambahkan biaya MLF yang lebih rendah dapat mendorong lembaga keuangan untuk mendanai posisi leverage.

“Kami tidak berpikir pembuat kebijakan sudah memiliki keinginan untuk melakukan pelonggaran yang signifikan di seluruh kebijakan makronya. Tetapi kami berharap pembuat kebijakan tertarik untuk menghindari perlambatan tajam dan lebih bersedia mengambil langkah-langkah untuk mendukung pertumbuhan di Semester 2 daripada di Semester 1. " kata Louis Kuijs, kepala Ekonomi Asia di Oxford Economics.

China akan mengumumkan acuan suku bunga dasar pinjaman untuk Agustus pada hari Jumat, yang secara longgar juga berkaitan dengan bunga MLF.

Selanjutnya: Pekan Lalu Modal Asing Hengkang Rp 5 Triliun

 

Bagikan

Berita Terbaru

Kejayaan Jati dan Bisnis Furnitur yang Terancam Babak Belur
| Minggu, 06 Juli 2025 | 05:39 WIB

Kejayaan Jati dan Bisnis Furnitur yang Terancam Babak Belur

Ancaman tarif resiprokal ke Amerika Serikat, hingga banjir produk furnitur impor, menjadi tantangan industri.

Melaba dari Usaha Minuman Matcha
| Minggu, 06 Juli 2025 | 05:34 WIB

Melaba dari Usaha Minuman Matcha

Belakangan, olahan matcha digemari masyarakat. Peluang ini ditangkap pelaku usaha yang menuai omzet hingga ratusan juta

PR Perlindungan Investor
| Minggu, 06 Juli 2025 | 05:31 WIB

PR Perlindungan Investor

Nyoman terkejut karena dia merasa cuma mengorder 9 lot, namun mengapa bisa berubah menjadi 16.541 lot?

IHSG Turun 0,47% Sepekan, Intip Saham-Saham Top Gainers dan Top Losers Bursa
| Minggu, 06 Juli 2025 | 04:00 WIB

IHSG Turun 0,47% Sepekan, Intip Saham-Saham Top Gainers dan Top Losers Bursa

IHSG ditutup melemah ke 6.865,19 pada perdagangan terakhir, 4 Juli 2025 setelah melemah 0,47% dalam sepekan mulai 30 Juni 2025.

Akuisisi Tahap Pertama KRYA Terlaksana, Investor Asal Hongkong Lanjut Due Dilligence
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 18:00 WIB

Akuisisi Tahap Pertama KRYA Terlaksana, Investor Asal Hongkong Lanjut Due Dilligence

Akuisisi PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA) oleh sejumlah perusahaan yang bergerak di bisnis kendaraan listrik mulai terlaksana.

Sentimen Harga Emas dan Infrastruktur Pabrik Bawa Kinerja BRMS Melonjak
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 17:17 WIB

Sentimen Harga Emas dan Infrastruktur Pabrik Bawa Kinerja BRMS Melonjak

Kinerja emiten tambang PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) diprediksi semakin cemerlang hingga 2027 mendatang.

Sejumlah Emiten Diuntungkan Melalui Deregulasi Kebijakan Impor
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 17:01 WIB

Sejumlah Emiten Diuntungkan Melalui Deregulasi Kebijakan Impor

Kebijakan deregulasi impor memberi ruang memperlancar rantai pasok bahan baku, komponen produksi, hingga barang konsumsi tertentu.

Menilik Peluang dan Risiko Penguatan Rupiah di Semester II 2025
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 16:41 WIB

Menilik Peluang dan Risiko Penguatan Rupiah di Semester II 2025

Tantangan terhadap rupiah juga cukup besar dengan data PMI yang terkontraksi dan proyeksi defisit anggaran yang lebih tinggi menjadi 2,78%.

Volume Batubara dan Curah Hujan Tinggi, Kinerja UNTR Diproyeksi Turun
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 16:25 WIB

Volume Batubara dan Curah Hujan Tinggi, Kinerja UNTR Diproyeksi Turun

Tekanan harga batubara berasal dari akumulasi turunnya permintaan impor dari China sebanyak 5% year on year (YoY).

Menebak Motivasi Haji Isam di Hulu Ternak Ayam dari Pembelian Anak Usaha KFC (FAST)
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 15:05 WIB

Menebak Motivasi Haji Isam di Hulu Ternak Ayam dari Pembelian Anak Usaha KFC (FAST)

Pernyataan mengenai percepatan pelaksanaan proyek-proyek strategis, di dalam tujuan transaksi 15% saham FAST, memancing sas sis sus di pasar saham

INDEKS BERITA

Terpopuler