KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pembukaan kembali aktivitas masyarakat di dunia pasar saham Indonesia justru bergerak sideways di tahun 2023. Padahal, bursa di belahan dunia lain justru banyak yang menguat.
Penguatan itu di tengah dengan harapan adanya recovery dari sisi ekonomi dan valuasi yang lebih murah karena jatuh lebih dalam dibandingkan bursa kita di masa pendemi Covid 19 kemarin. Lalu bagaimana dengan reksadana berbasis dollar Amerika Serikat (AS) yang investasinya ke saham di luar negeri?
Bila kita bicara tentang instrumen dollar AS yang tersedia bagi reksadana di Indonesia belum banyak, umumnya saat ini adalah deposito dollar AS.
Sama seperti deposito rupiah, deposito dollar AS juga mendapat jaminan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS).
Adapun suku bunga penjamina sebesar 2,25% dan bunganya kena pajak penghasilan 20%. Alternatif berikutnya yaitu obligasi dollar AS yang mampu memberikan kupon mulai dari 3%.
Menariknya untuk investasi pada obligasi negara Republik Indonesia yang berbasis dollar AS pajaknya 0% alias tidak terkena pajak sama sekali.
Untuk investor yang menginginkan potensi kinerja lebih tinggi dapat melirik reksadana syariah global yang boleh hingga 100% investasi di luar negeri.
Saat ini terdapat 24 reksadana saham syariah global berdenominasi dollar. Adapun dana kelolaan per akhir Juli 2023 kemarin sebesar US$ 880 juta. Atau bila dihitung dengan patokan kurs sebesar Rp 15.300 per dollar AS, menjadi sekitar Rp 13,4 triliun.
Baca Juga: Tipe Investor Jelang Pemilu 2024, Anda Tipe yang Mana?
Jumlah ini masih relatif kecil dibandingkan total dana kelolaan reksadana saham dalam rupiah yang mencapai Rp 100,3 triliun. Namun pertumbuhannya tinggi karena pada awal tahun 2020 tahun dana kelolaan baru mencapai US$ 514 juta atau tumbuh 75%.
Selain itu tentunya reksadana dollar memiliki tujuan investasi yang berbeda dengan reksadana rupiah. Secara rata-rata kinerja year to date (ytd) untuk reksadana syariah global adalah 7,7%.
Sebagai perbandingan untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode yang sama cenderung sideways hanya 0,9%. Sementara untuk Indeks Dow Jones tercatat berhasil tumbuh sekitar 5,43%.
Artinya reksadana saham syariah global berbasis dollar AS jauh mengalahkan kinerja rata-rata saham dalam negeri dan juga saham-saham di AS.
Walau hampir semua di kelola secara aktif namun BNP Paribas DJIM Global Technology Titans 50 Syariah USD dikelola secara pasif mengikuti indeks
DJIM Global Technology Titans 50 dan justru memiliki kinerja paling baik. Strategi ini mungkin dapat dicontoholeh para manajer investasi lainnya.
Harap diingat reksadana dollar mengandung risiko nilai tukar yaitu risiko yang ditimbulkan dari perubahan kurs. Kerugian yang lebih dalam dapat terjadi ketika melakukan pembelian rupiah yang didapatkan dapat lebih rendah saat rupiah sedang menguat.
Baca Juga: Sentimen Perlambatan Ekonomi Global Membuat Saham Berbasis ESG Semakin Marak di BEI
Atau potensi kerugian kurs ketika dikonversi ulang ke dollar AS dapat lebih rendah jika dollar AS sedang menguat.
Sebagai gambaran nilai tukar dollar AS terhadap rupiah di akhir tahun lalu adalah sebesar Rp 15.700 per dollar AS. Sedangkan saat ini mencapai Rp 15.300 per dollar AS. Atau rupiah terapresiasi sekitar 2,5%.
Berinvestasi pada reksadana jenis ini menarik meski tentu saja dibutuhkan pemahaman risiko yang lebih ekstra. Baik untuk para investor dan juga dari sisi pengelolaan oleh para manajer investasi.
Mengingat potensi risiko investasi di luar negeri jelas lebih kompleks dibandingkan investasi di dalam negeri.
Investasi dalam valuta asing cocok bagi investor yang memang membutuhkan dana dalam mata uang tersebut. Misalnya untuk biaya pendidikan anak ke luar negeri.
Salah satu hal yang menarik dari global sharia fund adalah reksadana ini dapat masuk ke sektor teknologi yang saat ini masih relatif kecil di dalam negeri. Sehingga dapat dijadikan diversifikasi untuk investasi saham dalam negeri yang besar pada sektor keuangan
Investor yang memutuskan untuk berinvestasi diharapkan sudah memiliki tujuan dan time frame investasi serta memahami risiko yang terkandung di dalamnya.