KONTAN.CO.ID - SIDNEY. Bisnis penerbangan sedang melandai akibat larangan hingga pembatasan bepergian di banyak negara, seiring pandemi Covid-19. Namun kondisi itu tak menghalangi keinginan investor melirik bisnis penerbangan.
Baru-baru ini, konsorsium investor di Australia mengajukan penawaran pembelian Sydney Airport Holdings Pty Ltd, operator bandar udara (bandara) terbesar di Negeri Kanguru. Konsorsium investor itu terdiri dari dari manajer investasi IFM Investors, dana pensiun QSuper dan Global Infrastructure Partners.
Merujuk laporan Reuters, Senin (5/7), konsorsium investor mengajukan penawaran A$ 22,26 miliar atau setara dengan sekitar US$ 16,7 miliar untuk memboyong saham Sydney Airport.
Mereka berani mengajukan nilai sebesar itu karena masih melihat bisnis penerbangan memiliki masa depan cerah di masa mendatang.
Jika berhasil, transaksi ini menjadi nilai akuisisi terbesar kedelapan secara global tahun ini. Nilai akuisisi atas Sydney Airport juga berpotensi menjadi transaksi pembelian bandara terbesar kedua setelah akuisisi Bandara Heathrow Inggris di tahun 2006 yang senilai US$ 30,2 miliar.
Pasar saham pun langsung bereaksi atas rencana ini. Harga saham Sydney Airport melesat 38% menjadi A$ 8,04 per saham, pada perdagangan Senin (5/7).
Agenda akuisisi Sydney Airport merupakan strategi manajer investasi dan dana pensiun memoles investasinya. Di tengah rendahnya suku bunga, mereka berharap bisa mengejar hasil lebih tinggi dari bisnis bandara.
Lagi pula sejauh ini, IFM Investors, sudah memiliki sejumlah saham operator bandara lain seperti di Melbourne, Brisbane, Perth dan Adelaide. Sementara QSuper juga memiliki saham operator Bandara Heathrow.
Bisnis penerbangan secara global perlahan-lahan mulai membaik. Data dari asosiasi bandara internasional atau Airports Council International (ACI) World menunjukkan tren perbaikan jumlah penumpang secara kuartalan dari tahun 2020 hingga tahun ini. ACI World juga memproyeksikan bandara global membutuhkan investasi US$ 2,4 triliun untuk mengantisipasi tren kenaikan penumpang udara hingga tahun 2040.