Jalan Tol Jasa Marga (JSMR) Bertambah, Simak Rekomendasi Sahamnya

Jumat, 01 Februari 2019 | 07:52 WIB
Jalan Tol Jasa Marga (JSMR) Bertambah, Simak Rekomendasi Sahamnya
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program pembangunan infrastruktur yang masif memicu peningkatan aktivitas bisnis PT Jasa Marga Tbk. Buktinya, panjang jalan tol yang dikelola emiten berkode JSMR ini bertambah.

Secara kumulatif, sepanjang 2018 lalu, JSMR telah mengoperasikan jalan tol sepanjang 978 kilometer (km). Jumlah ini meningkat 48% (yoy) ketimbang tahun sebelumnya yang baru 660 km.

Peningkatan tersebut didorong oleh sejumlah proyek jalan tol baru, dengan total panjang tol yang telah rampung 323,94 km dan bisa beroperasi di 2018. Analis Ciptadana Sekuritas Asia Fahressi Fahalmesta mengatakan, capaian ini tergolong positif. Sebab, target awal jalan tol baru yang dapat beroperasi di tahun lalu hanya 317,9 km.

Secara umum, penambahan jalan tol yang dikelola oleh JSMR dapat memberi dampak positif bagi kinerja JSMR secara jangka panjang. Namun untuk jangka pendek, tekanan akan dirasakan oleh JSMR.

Menurut dia, kehadiran jalan tol baru dapat menimbulkan risiko berupa keuntungan yang tidak maksimal di masa awal operasional. Bahkan, tidak menutup kemungkinan jalan tol baru tersebut malah mendatangkan kerugian.

"Laba bersih JSMR bisa tertekan karena mayoritas tol yang dikelola perusahaan baru beroperasi dan belum bisa memberikan kinerja yang matang dalam waktu dekat," ungkap dia, Kamis (31/1).

Hal ini tak lepas dari masih minimnya kendaraan yang melintas di jalan tol baru itu. Di sisi lain, belum maksimalnya konektivitas antara jalan tol dengan jalan di sekitarnya juga jadi penghambat keuntungan operasional JSMR.

Perlu dana besar

Analis Sinarmas Sekuritas Anthony Angkawijaya menambahkan, ekspansi besar JSMR membutuhkan dana belanja modal yang besar. Kabarnya, perusahaan pelat merah ini menyiapkan capital expenditure sebesar Rp 30 triliun pada tahun ini.

Perusahaan ini pun masih menggeber proyek jalan tol baru. Tingginya nilai capex dapat mendongkrak beban pendapatan JSMR di masa mendatang.

Anthony memperkirakan, beban pendapatan JSMR bisa mencapai Rp 4,75 triliun di 2019 dan meningkat di tahun menjadi Rp 5,21 triliun. "Siklus capex yang besar dari JSMR bisa berlanjut sampai tahun 2020," tulis dia dalam riset 4 Januari lalu.

Dia juga memprediksi, tingginya capex dan kebutuhan pembiayaan JSMR lainnya berpotensi mendorong nilai debt to equity ratio (DER) ke level 2,2 kali pada tahun ini. Untungnya, emiten plat merah ini tergolong lihai dalam menggunakan pembiayaan alternatif. Contohnya dengan menerbitkan reksadana penyertaan terbatas, dana investasi infrastruktur (DINFRA), dan sekuritisasi aset.

Ini membuat Fahressi tetap menyarankan beli saham JSMR dengan target harga Rp 5.600 per saham. Prediksi dia, pendapatan JSMR mencapai Rp 10,94 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 2,04 triliun di akhir tahun ini.

Sementara itu, Anthony memberi rekomendasi netral untuk JSMR dengan target harga Rp 4.900 per saham. Analis Mirae Aset Sekuritas Giovanni Dustin merekomendasikan hold dengan target harga Rp 5.300 per saham.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Siasat Jababeka (KIJA) Memacu Kawasan Industri Terintegrasi
| Jumat, 19 September 2025 | 08:25 WIB

Siasat Jababeka (KIJA) Memacu Kawasan Industri Terintegrasi

Kehadiran dry port terbukti memberikan kemudahan arus logistik dengan memangkas biaya distribusi, mempercepat proses, dan meningkatkan efisiensi.

Pemulihan Harga Komoditas di Semester Kedua Mendorong Saham Emiten Energi
| Jumat, 19 September 2025 | 08:06 WIB

Pemulihan Harga Komoditas di Semester Kedua Mendorong Saham Emiten Energi

Kenaikan harga saham emiten di sektor energi lebih merepresentasikan ekspektasi investor terhadap prospek jangka menengah-panjang,

Paperocks Indonesia (PPRI) Prediksi Kinerja Tahun Ini Tak Sesuai Target Awal
| Jumat, 19 September 2025 | 08:05 WIB

Paperocks Indonesia (PPRI) Prediksi Kinerja Tahun Ini Tak Sesuai Target Awal

Faktor utama yang menekan laju industri kemasan adalah melemahnya daya beli akibat penurunan permintaan, ditambah maraknya pemain baru.

Permintaan Masih Lesu, Pemulihan Kinerja Semen Indonesia (SMGR) Diproyeksi Lambat
| Jumat, 19 September 2025 | 08:02 WIB

Permintaan Masih Lesu, Pemulihan Kinerja Semen Indonesia (SMGR) Diproyeksi Lambat

Efek berbagai stimulus di sektor properti yang digelontorkan pemerintah tidak akan instan ke industri semen.

Aturan TKDN Baru Berpotensi Mendongkrak Investasi Motor Listrik
| Jumat, 19 September 2025 | 07:45 WIB

Aturan TKDN Baru Berpotensi Mendongkrak Investasi Motor Listrik

Regulasi ini memberikan insentif berupa tambahan nilai TKDN minimal 25% bagi perusahaan yang membenamkan investasi di dalam negeri.

Pasar Obligasi Menyambut Penurunan Suku Bunga Bank Sentral
| Jumat, 19 September 2025 | 07:43 WIB

Pasar Obligasi Menyambut Penurunan Suku Bunga Bank Sentral

Pelaku pasar fokus mencermati sejauh mana pelonggaran moneter akan mempengaruhi likuiditas dan harga obligasi dalam beberapa minggu mendatang.

The Fed Pangkas Suku Bunga, Indonesia Bukan Tujuan Prioritas Aliran Modal Asing
| Jumat, 19 September 2025 | 07:41 WIB

The Fed Pangkas Suku Bunga, Indonesia Bukan Tujuan Prioritas Aliran Modal Asing

Sejak Juli 2025 sampai pertengahan September 2025 sudah tercatat arus masuk dana asing bersih ke SBN.

Sektor Pertambangan Melicinkan Bisnis Pelumas
| Jumat, 19 September 2025 | 07:20 WIB

Sektor Pertambangan Melicinkan Bisnis Pelumas

Potensi pasar pelumas di Indonesia masih menjanjikan. Maka tak heran apabila sejumlah produsen terus melicinkan ekspansi bisnis pelumas.

Profit Taking  di Bursa Saham Berpotensi Berlanjut
| Jumat, 19 September 2025 | 07:14 WIB

Profit Taking di Bursa Saham Berpotensi Berlanjut

Pemicu pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah aksi sell on news tentang pemangkasan bunga acuan The Fed. 

DSSA Terbitkan Surat Utang Rp 1,5 Triliun untuk Bayar Utang dan Ekspansi Data Center
| Jumat, 19 September 2025 | 07:08 WIB

DSSA Terbitkan Surat Utang Rp 1,5 Triliun untuk Bayar Utang dan Ekspansi Data Center

Sebagian dana sukuk akan digunakan untuk ekspansi bisnis yang berfokus pada pengembangan pusat data (data center) SSDP.

INDEKS BERITA

Terpopuler