Jelang Pertemuan OPEC+ untuk Bahas Pasokan, Minyak Tergelincir
KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Harga minyak mentah dunia dalam perdagangan Jumat tersandung oleh kemungkinan OPEC+ meningkatkan produksi untuk meredakan kekhawatiran pasokan, menyusul lonjakan harga gas dunia.
Kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), yang merupakan acuan di Amerika Serikat (AS), tergelincir 5 sen menjadi $74,98 per barel pada sesi perdagangan Jumat pagi waktu Asia. Namun jika dihitung dalam periode enam pekan berturut-turut, instrumen derivatif itu masih membukukan penguatan.
Kontrak berjangka untuk minyak mentah Brent turun 7 sen, atau 0,1%, menjadi $78,24 per barel. Dalam periode sepekan, kontrak komoditas ini masih mencatat kenaikan kecil, memperpanjang tren kenaikan mingguan hingga empat kali berturut-turut.
Baca Juga: Ini upaya Pertamina untuk peningkatan kinerja Blok Mahakam
Pasar kini menanti hasil pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dipimpin Rusia, atau biasa disebut OPEC+. Dalam pertemuan yang dijadwalkan pada Senin mendatang, mana produsen akan membahas apakah akan melampaui kesepakatan yang kini berlaku, untuk meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari (bpd) pada bulan November dan Desember.
Empat sumber OPEC+ mengatakan, aliansi kemungkinan mengerek produksi, tanpa rincian volume atau tanggal. Skenario itu dipersiapkan mengingat harga minyak saat ini sudah mendekati kisaran tertinggi selama tiga tahun terakhir. Apalagi, OPEC+ sudah ada mendapat tekanan dari konsumen untuk memasok lebih banyak minyak.
"Pertemuan OPEC+ mendatang pada hari Senin akan sangat penting untuk arah harga minyak minggu depan. Peningkatan produksi di atas 400.000 barel per hari akan meringankan tekanan dalam jangka pendek," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.
Baca Juga: Harga minyak ditutup stabil setelah laporan China siap membeli lebih banyak pasokan
Kecemasan Pemerintahan Amerika Serikat (AS) terhadap kenaikan harga minyak masuk dalam agenda pertemuan antara penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, awal pekan ini, demikian pernyataan Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki.
Kenaikan harga gas alam di pasar global mendorong banyak pembangkit listrik untuk beralih ke bahan bakar minyak atau solar, hingga mengungkit harga minyak lebih tinggi lagi. Tren semacam itu terlihat di Pakistan, Bangladesh dan kawasan Timur Tengah .
"Ini menunjukkan bahwa kita akan melihat permintaan minyak yang kuat dalam beberapa bulan mendatang, yang berarti pasar minyak yang tertopang di kisaran tinggi hingga akhir tahun," demikan pernyataan analis komoditas ING dalam catatannya.
Selanjutnya: Sebut Harga Sudah Menarik, Gramercy Tingkatkan Eksposur di Obligasi Evergrande