Kawan Serupa Lawan

Jumat, 25 April 2025 | 05:11 WIB
Kawan Serupa Lawan
[ILUSTRASI. Jurnalis KONTAN Tedy Gumilar. (Ilustrasi KONTAN/Indra Surya)]
Tedy Gumilar | Senior Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjadi musuh Amerika mungkin berbahaya, tetapi menjadi teman Amerika itu fatal. Pernyataan terkenal ini disebut pernah dilontarkan mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Henry Kissinger. Sejarah lantas membuktikan ucapan Kissinger menjadi faktual di banyak negara yang menganggap AS sebagai teman maupun yang diperlakukan sebagai musuh oleh Paman Sam. 

Perang dagang global yang ditabuh Presiden AS Donald Trump kembali menjadi bukti. China yang dianggap musuh, produk-produknya dikenai tarif resiprokal secara sepihak hingga 245 persen. Sementara negara lain yang mengidentifikasikan dirinya sebagai teman AS, atau setidaknya tak bermusuhan, juga tak luput hingga terpaksa mengemis meminta negosiasi. 

Ya, mengemis adalah istilah yang jauh lebih halus dibanding pernyataan Trump di depan Komite Kongres Nasional Republik (8/4/2025). "These countries are calling us up, kissing my ass...," ujar Trump yang disambut gelak tawa hadirin.

Semua pemerintah mungkin tak mau disebut mengemis, apalagi sampai melakukan yang dikatakan Trump. Namun, dalam konteks Indonesia, yang kekuatan dan keberaniannya tak sebesar China, negosiasi jadi pilihan yang terpaksa diambil karena paling minim risiko. 

Cuma perlu digarisbawahi, langkah ini harusnya diperlakukan sebagai strategi jangka pendek demi semata menghindar dari efek negatif tarif resiprokal yang diusung Donald Trump. Sebab AS memang tidak akan pernah berhenti menekan dan memaksakan dominasinya kepada negara kawan atau lawan, siapapun presidennya.

Hal penting lainnya, kesepakatan apapun yang diambil dengan AS, tidak boleh menjauhkan hubungan Indonesia dengan negara lain. Apalagi sampai dipaksa mengambil posisi bermusuhan.

Lebih dari itu, perang dagang global mesti jadi momentum untuk memperbaiki pondasi ekonomi nasional, dengan mengutamakan kemandirian dan kedaulatan. Merombak birokrasi yang kotor dan berbiaya mahal, pemberantasan pungli, dan menjaga konsistensi kebijakan perlu jadi prioritas demi meningkatkan iklim usaha serta menjaga kepercayaan investor.

Diversifikasi mitra dagang internasional untuk melepas ketergantungan terhadap negara tertentu adalah opsi penting. Namun, menjaga pasar lokal sembari mendorong daya saing produsen dalam negari adalah kewajiban utama yang tak boleh lagi diabaikan.

Selanjutnya: Daya Beli Melemah, Kredit Modal Kerja Ikut Melambat

Bagikan

Berita Terbaru

Pantai Indah Kapuk Dua (PANI) Sebar Dividen Rp 67,53 Miliar
| Senin, 19 Mei 2025 | 22:05 WIB

Pantai Indah Kapuk Dua (PANI) Sebar Dividen Rp 67,53 Miliar

Jumlah dividend payout ratio ini setara 10,81% dari laba bersih PANI tahun buku 2024 sebesar Rp 625,99 miliar.​

Pemerintah Ingin Tekan Impor BBM, Pertamina Dongkrak Kapasitas Kilang
| Senin, 19 Mei 2025 | 19:14 WIB

Pemerintah Ingin Tekan Impor BBM, Pertamina Dongkrak Kapasitas Kilang

Produksi BBM Kilang Pertamina Internasional pada tahun 2024 tercatat mencapai lebih dari 245 juta barel.

 Pemegang Saham CLEO, Bersiap Dapat Saham Bonus dari Keluarga Tanoko
| Senin, 19 Mei 2025 | 18:52 WIB

Pemegang Saham CLEO, Bersiap Dapat Saham Bonus dari Keluarga Tanoko

Manajemen PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) berencana membagikan saham bonus yang berasal dari tambahan modal disetor (agio saham).

Investor Lokal Ambil Alih Gerai GS Supermarket
| Senin, 19 Mei 2025 | 10:55 WIB

Investor Lokal Ambil Alih Gerai GS Supermarket

Produk-produk yang akan dijual pada merek baru ritel GS Supermarket setelah diambil alih akan sama yakni tetap berhubungan Korea Selatan.

ESG SSMS: Menjaga Biaya Sekaligus Menjaga Lingkungan
| Senin, 19 Mei 2025 | 10:26 WIB

ESG SSMS: Menjaga Biaya Sekaligus Menjaga Lingkungan

Strategi PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) untuk mengendalikan cost berlanjut di tahun 2025. Akankah berimbas pada investasi ESG?

ESG TLKM: Semakin Lincah Terapkan ESG dengan Strategi Anyar
| Senin, 19 Mei 2025 | 10:21 WIB

ESG TLKM: Semakin Lincah Terapkan ESG dengan Strategi Anyar

PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) lebih lincah menerapkan ESG untuk bisnis berkelanjutan. Simak implementasi brand ESG barunya.

Profit 28,74%  Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik (19 Mei 2025)
| Senin, 19 Mei 2025 | 08:59 WIB

Profit 28,74% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik (19 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (19 Mei 2025) 1 gram Rp 1.894.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 28,74% jika menjual hari ini.

Diversifikasi Bisnis ke Sektor Logam hingga Kuasi Reorganisasi akan Dorong Saham BUMI
| Senin, 19 Mei 2025 | 08:45 WIB

Diversifikasi Bisnis ke Sektor Logam hingga Kuasi Reorganisasi akan Dorong Saham BUMI

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tengah mengincar tambang bauksit dan pabrik alumina di Kalimantan Barat, dan tambang emas di Australia

Usai Bangun Bandara, Gudang Garam (GGRM) Suntik Dana ke Proyek Tol Kediri-Tulungagung
| Senin, 19 Mei 2025 | 08:21 WIB

Usai Bangun Bandara, Gudang Garam (GGRM) Suntik Dana ke Proyek Tol Kediri-Tulungagung

Jalan Tol Kediri-Tulungagung yang dibangun anak usaha GGRM memiliki total panjang 44,17 km dengan masa konsesi 50 tahun.

Kinerja Laba Bersih Emiten di Kuartal I-2025 Bervariasi, Sektor Mana yang Unggul?
| Senin, 19 Mei 2025 | 08:10 WIB

Kinerja Laba Bersih Emiten di Kuartal I-2025 Bervariasi, Sektor Mana yang Unggul?

Tekanan yang mulai berkurang, terutama dari global sebagai efek perang dagang berpotensi membantu kinerja emiten.

INDEKS BERITA

Terpopuler