Keanehan SVB

Jumat, 17 Maret 2023 | 08:00 WIB
Keanehan SVB
[]
Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tema ketidakstabilan masih membayangi industri finansial global. Pemicunya, memang masih tetap normalisasi kebijakan moneter serta ekonomi yang masih tersendat akibat pandemi. 

Persepsi yang kuat bahwa jagad finansial masih demam terlihat dari reaksi yang muncul begitu Silicon Valley Bank (SVB) gagal mengumpulkan modal. 
Cuma dalam hitungan hari setelah itu, SVB menghadapi penarikan dana besar-besaran dari deposannya, hingga berujung ke pengambilalihannya oleh regulator di AS.  

Apa terjadi dengan SVB, yang terbilang kelas "bank daerah" di Amerika Serikat (AS), ternyata bergaung ke berbagai belahan dunia.  Kecemasan meningkat lagi, hingga banyak indeks saham yang rontok.

Memang sih, sistim keuangan jaman sekarang sudah lintas negara. Namun tetap saja mengherankan, jika kegagalan sebuah bank yang sangat terspesialisasi di AS  bisa berdampak ke, katakan, portofolio investor di Jakarta.

Untuk menyadari setipis apa hubungan antara kejatuhan SVB dengan industri keuangan atau pasar modal di sini, ada baiknya kita mencermati dulu profil SVB. Dari sisi aset, SVB menempati peringkat ke enambelas di AS. 

Perusahaan rintisan, terutama yang terkait dengan teknologi merupakan pasar utama SVB. Bank ini merupakan penyalur kredit sekaligus penampung simpanan dari banyak startup.

Saat startup naik daun, SVB kebanjiran dana pihak ketiga. Nilai simpanan di bank tersebut melonjak empat kali lipat dari akhir 2017 menjadi US$ 189 miliar per akhir 2021.

Karena permintaan terhadap kredit dari startup tidak tumbuh setinggi dana yang ditempatkan, SVB pun memutar uang nasabah ke treasury. Di masa pengetatan, pilihan instrumen ini tak lagi menguntungkan. 

SVB bermaksud menutup ruginya dengan mengeluarkan saham baru. Aksi korporasi ini ternyata menjadi bumerang. Nasabah malah panik dan melakukan rush

Ini yang memicu otoritas di AS melakukan pengambilalihan bank tersebut. Nah, apa yang dilakukan oleh otoritas di AS juga layak menjadi catatan.

Memberlakukan aturan  tidak semudah merancangnya. Paska tsunami keuangan global 2008, regulator di AS mengajak koleganya di berbagai negara untuk tidak campur tangan saat menangani bank yang tidak sistemik alias tidak melakukan bailout.

Namun begitu SVB kolaps, prinsip ini ternyata dikhianati oleh pengawas perbankan di AS. 

Bagikan

Berita Terbaru

Defisit Anggaran 2025 Melebar dari Target
| Rabu, 02 Juli 2025 | 07:47 WIB

Defisit Anggaran 2025 Melebar dari Target

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, jika tidak dilakukan efisiensi anggaran, defisit bisa lebih lebar lagi

Sektor Manufaktur Kian Loyo, Laju Ekonomi Masih Lesu
| Rabu, 02 Juli 2025 | 07:35 WIB

Sektor Manufaktur Kian Loyo, Laju Ekonomi Masih Lesu

PMI Manufaktur Indonesia pada bulan Juni merupakan terendah sejak April 2025 dan sejak Agustus 2021 lalu

Manufaktur Lesu, IHSG Jeblok di Awal Semester II, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 02 Juli 2025 | 06:41 WIB

Manufaktur Lesu, IHSG Jeblok di Awal Semester II, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Level ini di bawah ekspektasi dan menunjukkan  PMI Indonesia di zona kontraksi selama tiga bulan terakhir. Ada kekhawatiran, permintaan menurun

Nilai Tukar Rupiah Terangkat Data Ekonomi
| Rabu, 02 Juli 2025 | 06:30 WIB

Nilai Tukar Rupiah Terangkat Data Ekonomi

Penguatan rupiah didukung sentimen risk-on yang menguat, didukung oleh data manufaktur China yang kembali ke level ekspansi.

Geopolitik Memanas, Harga Komoditas Energi Berfluktuasi
| Rabu, 02 Juli 2025 | 06:15 WIB

Geopolitik Memanas, Harga Komoditas Energi Berfluktuasi

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak WTI telah meningkat 9,9% dalam sebulan terakhir ke level US$ 65,71 per barel pada Selasa (1/7)

Anak Berbakti
| Rabu, 02 Juli 2025 | 06:10 WIB

Anak Berbakti

Jika menyangkut perusahaan publik, maka ada kepentingan investor individu sebagai pemegang saham yang juga harus diperhatikan.

Penyaluran FLPP Menyasar 120.976 Unit Rumah
| Rabu, 02 Juli 2025 | 06:05 WIB

Penyaluran FLPP Menyasar 120.976 Unit Rumah

Adapun target penyaluran FLPP sepanjang tahun ini adalah sebesar 220.000 unit dan target teranyar 350.000 unit. 

Menimbang Rotasi Saham Paling Seksi
| Rabu, 02 Juli 2025 | 06:05 WIB

Menimbang Rotasi Saham Paling Seksi

Arah rotasi sektor ke depan berpotensi terjadi dari saham yang telah outperform terhadap IHSG menuju saham di sektor yang masih laggards. ​

Kinerja PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Tertekan Harga Jual dan Permintaan
| Rabu, 02 Juli 2025 | 06:00 WIB

Kinerja PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Tertekan Harga Jual dan Permintaan

Kinerja PT Bukit Asam Tbk (PTBA) masih masam lantaran permintaan  melemah serta tren transisi ke energi hijau

Prodia Ekspansi Layanan Terapi Sel Punca
| Rabu, 02 Juli 2025 | 06:00 WIB

Prodia Ekspansi Layanan Terapi Sel Punca

Prodia membeli 30% kepemilikan saham di perusahaan afiliasi ProStem sebagai upaya untuk mengoptimalkan ekspansi di bisnis terapi sel punca.

INDEKS BERITA

Terpopuler