Kecemasan Inflasi di AS Menekan Indeks Saham di Asia Pasifik

Rabu, 12 Mei 2021 | 09:51 WIB
Kecemasan Inflasi di AS Menekan Indeks Saham di Asia Pasifik
[ILUSTRASI. Logo MSCI tampak dalam ilustrasi yang dibuat pada 20 Juni 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham Asia, Rabu (13/5) tenggelam hingga mendekati posisi terendahnya selama sebulan terakhir. Investor berspekulasi lonjakan harga komoditas dan meningkatnya tekanan inflasi di Amerika Serikat (AS) akan memicu kenaikan bunga acuan lebih cepat daripada perkiraan sebelumnya, sekaligus kenaikan imbal hasil obligasi.

Indeks MSCI, yang menjadi acuan untuk bursa Asia-Pasifik di luar Jepang, melemah 0,1%. Pada penutupan Selasa, indeks itu terpangkas 1,6%, yang merupakan penurunan harian terbesar sejak 24 Maret.

“Tidak ada alasan penurunan yang jelas. Tampaknya ini kombinasi dari ketakutan inflasi yang muncul kembali dan beberapa pelaku pasar bergerak lebih tinggi di sepanjang spektrum nilai, memotong eksposur mereka terhadap apa pun dengan penilaian yang diperluas,” kata Marios Hadjikyriacos, analis investasi untuk XM.

Baca Juga: Harga emas terkoreksi, dipicu kenaikan yield US Treasury

Berada di kisaran 683,8 poin, indeks regional tidak terlalu jauh dari rekor tertingginya, yaitu 745,89 yang disentuh pada Februari lalu. Angka itu juga mencerminkan pertumbuhan 3% selama tahun ini. Di tahun 2020 dan 2019, MSCI membukukan kenaikan masing-masing 19% dan hampir 16%.

Di bursa Jepang, indeks Nikkei menguat 0,6%. Sedang saham Australia tergelincir 0,4%, dan Kospi di bursa efek Korea Selatan terpangkas 0,1%.

Beberapa analis mengatakan fakta bahwa sebagian besar aksi jual terjadi di saham sektor teknologi merupakan pertanda bahwa investor hanya menjauh dari permainan yang lebih spekulatif, daripada sepenuhnya kehilangan kepercayaan terhadap prospek ekonomi.

“Melihat apa yang diobral, koreksi ini seakan menenangkan kekhawatiran atas terjadinya bubble,” tutur Hadjikyriacos. Dan, analis meragukan aksi jual akan meluas lebih jauh di saat dunia mengalami kebijakan yang longgar dan berlimpah insentif fiskal.

Di Wall Street, saham teknologi kembali menjadi pecundang terbesar, yang memaksa indeks acuan Dow Jones Industrial Average tergelincir 1,4%, sementara S&P 500 terpangkas 0,9%. Namun indeks Nasdaq, yang berfokus ke sektor teknologi, mampu membalikan sebagian besar penurunan awal yag mencapai 2%.

Semua mata sekarang tertuju pada laporan indeks harga konsumen AS yang akan dirilis Kementerian Tenaga Kerja negeri itu pada hari ini. Saat ini, pasar berekspektasi inflasi akan bergerak lebih cepat.

Imbal hasil obligasi tetap berada di kisaran yang ketat. Imbal hasil obligasi pemerintah AS dengan tenor 10-tahun naik tipis menjadi 1,6306%. Posisi itu masih jauh dari level  yang tercetak sebelum pandemi virus korona, yaitu 2%

Indeks dollar AS, yang mengukur nilai tukar greenback terhadap enam valuta utama, menguat tipis menjadi 90,219, setelah menyentuh level terendahnya selam dua bulan terakhir, yaitu 89,979.

Baca Juga: Wall Street kompak melemah, dipicu meluasnya aksi jual karena kekhawatiran inflasi

Sedang valuta dari negara yang merupakan pemasok sumber daya alam utama, seperti Kanada, berdiri kokoh di tengah kenaikan harga komoditas. Dollar Kanada bertahan di kisaran tertingginya selama 3,5 tahun terakhir, yaitu CAD 1,2078.

Dollar Australia, proksi lain untuk harga komoditas, tidak jauh dari level tertingginya selama 10 pekan terakhir, yaitu AUD 0,7891. Posisi itu disentuhnya pada Senin (10/5).

Harga minyak terangkat oleh kekhawatiran kekurangan bensin setelah sistim pipa bahan bakar terbesar di AS padam gara-gara serangan siber. Minyak mentah AS naik 35 sen menjadi US$ 65,63 per barel. Minyak mentah Brent naik 32 sen menjadi US$ 68,87 per barel.

Harga emas di pasar spot melandai menjadi US$ 1.836.2 per ons.

Di pasar aset digital, Ether melayang mendekati rekor tertinggi yang disentuh pada hari Senin menjadi US$ 4.178,6. Nilai token digital dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua di dunia itu melonjak lebih dari 5,5 kali lipat sepanjang tahun ini.

Selanjutnya: Data Pekerjaan Baru Melandai, The Fed Pertahankan Kebijakan Longgar

 

 

Bagikan

Berita Terbaru

Penjualan Mobil Bekas Masih Tumbuh
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 05:45 WIB

Penjualan Mobil Bekas Masih Tumbuh

Adanya pertumbuhan penjualan mobil bekas setidaknya tergambar dari pembiayaan multifinance yang meningkat.

 Impor Komoditas Energi Butuh Hitungan Pasti
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 05:39 WIB

Impor Komoditas Energi Butuh Hitungan Pasti

Impor LPG, bahan bakar minyak, dan minyak mentah dari AS akan menambah beban fiskal karena jumlah subsidi membengkak

 Dari Finance Terjun ke Properti
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 05:33 WIB

Dari Finance Terjun ke Properti

Perjalanan karier Surina sebagai ahli keuangan hingga menjadi Direktur PT Indonesian Paradise Property Tbk

Indo Tambangraya Megah (ITMG) Ekspansi ke Bisnis PLTS Atap
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:21 WIB

Indo Tambangraya Megah (ITMG) Ekspansi ke Bisnis PLTS Atap

ITMG mengembangkan bisnis EBT melalui anak usahanya, PT ITM Bhinneka Power (IBP) dan PT ITM Energi Utama

Martina Berto (MBTO) Terus Mencari Peluang di Pasar Ekspor
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:21 WIB

Martina Berto (MBTO) Terus Mencari Peluang di Pasar Ekspor

MBTO sudah aktif menjajaki pasar luar negeri sejak 2011 silam, dan terus meningkatkan agresivitas ekspansi mereka.

Nego Trump Lagi Agar Tarif Bisa Nol Persen
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:21 WIB

Nego Trump Lagi Agar Tarif Bisa Nol Persen

Pemerintah ingin CPO hingga kayu manis dikenakan tarif bea masuk Amerika Serikat sebesar nol persen  

Lonjakan DPK Perbankan Tak Cerminkan Pemulihan Ekonomi
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:20 WIB

Lonjakan DPK Perbankan Tak Cerminkan Pemulihan Ekonomi

Di tengah isu likuiditas ketat yang kerap dikeluhkan oleh bankir, secara mengejutkan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan melesat pada Juni 2025. 

Peminat Insentif Pajak di IKN dan Daerah Mitra Masih Minim
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:20 WIB

Peminat Insentif Pajak di IKN dan Daerah Mitra Masih Minim

DJP sebut belum ada satu pun wajib pajak yang mengajukan tax holiday terkait financial center, pemindahan kantor pusat, serta super tax deduction

Adhi Karya (ADHI) Terus Mengejar Kontrak Baru
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:20 WIB

Adhi Karya (ADHI) Terus Mengejar Kontrak Baru

Mencatat perolehan kontrak baru sebesar Rp 3,5 triliun hingga akhir kuartal kedua tahun ini atau 30 Juni 2025.

Muhammadiyah Menjajaki Beli Saham KB Bank Syariah
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:15 WIB

Muhammadiyah Menjajaki Beli Saham KB Bank Syariah

Muhammadiyah masih berniat untuk memiliki Bank Umum Syariah (BUS) dan tengah menjajaki membeli KB Bank Syariah.

INDEKS BERITA