Kendati masih ekspansi, sektor manufaktur tumbuh melambat di Oktober

Rabu, 07 November 2018 | 07:40 WIB
Kendati masih ekspansi, sektor manufaktur tumbuh melambat di Oktober
[]
Reporter: Sumber: Harian KONTAN | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID -  Nikkei dan IHS Markit menyatakan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia untuk Oktober 2018 sebesar 50,5, turun dari bulan sebelumnya, yaitu 50,7. Penurunan tipis ini mencerminkan kegiatan manufaktur yang agak melambat.

Meski mencatat pertumbuhan marginal alias tak jauh dari ambang batas ekspansi 50, Indonesia berhasil menduduki peringkat ketiga teratas di  ASEAN. Posisi Indonesia lebih baik dari Malaysia (49,2) dan Thailand (48,9) yang justru mengalami penurunan. Bahkan, Myanmar (48,0) dan Singapura (43,3) mencatat penurunan cukup tajam pada indeks manufakturnya.

Menurut Nikkei, penurunan PMI Manufaktur Indonesia disebabkan oleh melesunya permintaan seiring dengan turunnya pemesanan barang baru dan penjualan ekspor sepanjang Oktober 2018. Bahkan, pemesanan barang baru mengalami penurunan terdalam sejak Januari karena penurunan ekspor yang tajam.

"Sektor manufaktur Indonesia kehilangan momentum lanjutan pada awal kuartal keempat, mencerminkan tanda-tanda kondisi permintaan yang lebih lambat," ujar Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw dalam laporan Nikkei yang dikutip KONTAN, Selasa (6/11) kemarin.

Untungnya, lesunya permintaan, tak serta merta berdampak pada volume produksi. Sebab sepanjang Oktober, Nikkei melihat laju output manufaktur Indonesia mampu melanjutkan ekspansi yang moderat. Pabrik-pabrik Indonesia juga masih terlihat konsisten meningkatkan aktivitas pembelian barang sehingga berkontribusi pada peningkatan persediaan barang input.          

Namun, pelemahan kurs dan naiknya harga bahan baku memicu terjadinya inflasi harga input tercepat selama lebih dari tiga tahun. Proyeksi Nikkei, perusahaan kemungkinan akan menaikkan biaya output mereka pada tingkat tercepat sejak Oktober 2015.

Adapun sentimen bisnis tahun depan cukup positif sejalan dengan tingkat produksi yang terus meningkat. Harga penjualan yang lebih tinggi, produk baru, perluasan kapasitas yang direncanakan, pemasaran dan aktivitas promosi juga turut menjadi faktor pendorong aktivitas manufaktur dalam negeri.

Bagikan

Berita Terbaru

Tarik Ulur Prospek Saham INDY, Reli Masih Bertumpu Cerita Tambang Emas
| Selasa, 16 Desember 2025 | 10:00 WIB

Tarik Ulur Prospek Saham INDY, Reli Masih Bertumpu Cerita Tambang Emas

Dengan level harga yang sudah naik cukup tinggi, saham PT Indika Energy Tbk (INDY) rentan mengalami aksi ambil untung.

Laba Kuartalan Belum Moncer, Saham Solusi Sinergi Digital (WIFI) Jadi Lumer
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:21 WIB

Laba Kuartalan Belum Moncer, Saham Solusi Sinergi Digital (WIFI) Jadi Lumer

Secara month-to-date, saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI)  sudah mengalami penurunan 5,09%. ​

Pemegang Saham Pengendali Surya Permata Andalan (NATO) Berpindah Tangan
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:16 WIB

Pemegang Saham Pengendali Surya Permata Andalan (NATO) Berpindah Tangan

Emiten perhotelan, PT Surya Permata Andalan Tbk (NATO) mengumumkan perubahan pemegang saham pengendali.

KKGI Akan Membagikan Dividen Tunai Rp 82,8 Miliar
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:11 WIB

KKGI Akan Membagikan Dividen Tunai Rp 82,8 Miliar

Besaran nilai dividen ini mengacu pada laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk KKGI per akhir 2024 sebesar US$ 40,08 juta. 

Arah Suku Bunga Bergantung pada Pergerakan Rupiah
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:06 WIB

Arah Suku Bunga Bergantung pada Pergerakan Rupiah

Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menahan suku bunga acuannya pada bulan ini, namun tetap ada peluang penurunan

Menanti Cuan Bagus dari Rally Santa Claus
| Selasa, 16 Desember 2025 | 08:46 WIB

Menanti Cuan Bagus dari Rally Santa Claus

Saham-saham big caps atau berkapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia berpotensi terpapar fenomena reli Santa Claus.

Korporasi Kembali Injak Rem Utang Luar Negeri
| Selasa, 16 Desember 2025 | 08:42 WIB

Korporasi Kembali Injak Rem Utang Luar Negeri

Utang luar negeri Indonesia per akhir Oktober 2025 tercatat sebesar US$ 423,94 miliar               

Nasib Rupiah di Selasa (16/12) Menanti Data Ekonomi
| Selasa, 16 Desember 2025 | 07:00 WIB

Nasib Rupiah di Selasa (16/12) Menanti Data Ekonomi

Pada Senin (15/12), kurs rupiah di pasar spot turun 0,13% menjadi Rp 16.667 per dolar Amerika Serikat (AS).

Obligasi Korporasi Tetap Prospektif di Era Bunga Rendah
| Selasa, 16 Desember 2025 | 06:30 WIB

Obligasi Korporasi Tetap Prospektif di Era Bunga Rendah

Penerbitan surat utang korporasi pada tahun 2025 melonjak ke rekor tertinggi sebesar Rp 252,16 triliun hingga November.

 Harbolnas Mendongkrak Transaksi Paylater Perbankan
| Selasa, 16 Desember 2025 | 06:30 WIB

Harbolnas Mendongkrak Transaksi Paylater Perbankan

Momentum Harbolnas yang berlangsung menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) mendorong permintaan layanan paylater

INDEKS BERITA

Terpopuler