Kendati Terbantu Puasa-Lebaran, Kegiatan Usaha di Kuartal II Tak Seramai Tahun Lalu
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bulan Ramadan dan perayaan Idul Fitri mendorong kegiatan usaha di kuartal II-2019. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia (BI) menunjukkan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kuartal II-2019 mencapai 19,17%. Angka ini jauh lebih tinggi dari kuartal I-2019 yang sebesar 8,65%.
Namun, geliat usaha kuartal II-2019 ini lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. BI mencatat SBT di kuartal II-2018 mencapai 20,89%.
Peningkatan kegiatan usaha kuartal II tahun ini terjadi di sektor perdagangan, hotel dan restoran; pengolahan; keuangan, real estate, jasa perusahaan; serta jasa-jasa lainnya. Ini didorong tingginya permintaan saat Ramadan dan Lebaran.
Sejalan dengan peningkatan kegiatan usaha, rata-rata kapasitas produksi terpakai dan penggunaan tenaga kerja kuartal II-2019 mencapai 77,18%. Angka ini naik dari posisi kuartal I-2019 yang sebesar 76,10%.
Tingkat penggunaan tenaga kerja juga naik dengan SBT 2,47% di kuartal kedua tahun ini dari 2,37% di kuartal sebelumnya. Dari sisi keuangan, kondisi likuiditas dan rentabilitas dunia usaha pada triwulan II-2019 lebih baik, dengan akses terhadap kredit perbankan yang relatif mudah.
BI memperkirakan, ekspansi kegiatan usaha akan terus berlanjut, meskipun tidak setinggi periode sebelumnya. Hal ini tercermin dari SBT kegiatan usaha pada kuartal III-2019 yang hanya 16,19%.
Optimisme melemah
Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani menilai, lebih rendahnya geliat usaha kuartal kedua tahun ini dibanding kuartal I-2018 karena masih adanya dampak pemilihan umum (Pemilu). Ini membuat investor masih menahan diri.
Namun ia optimistis, kegiatan usaha ke depan semakin baik. Terutama di akhir tahun nanti sejalan dengan adanya faktor Natal dan tahun baru.
Sementara Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menduga, lebih rendahnya kegiatan dunia usaha kuartal II-2019 ketimbang periode yang sama 2018, karena keyakinan konsumen tak setinggi tahun ini. Hal ini, karena tingginya konsumsi tahun lalu terdorong gaji ke-13 dan Tunjangan Hari Raya (THR) oleh pegawai negeri.
Namun, Bhima memperkirakan industri tekstil dapat menjaga pertumbuhan dunia usaha pada kuartal III tahun ini. Menurutnya, stimulus industri tekstil berasal dari limpahan relokasi industri tekstil dari China ke Indonesia yang terjadi sejak kuartal I-2019.
Perusahaan tekstil China merelokasi pabrik ke Indonesia karena berharap mendapatkan tarif yang lebih murah saat masuk pasar Amerika. "Ada harapan industri pakaian jadi naik lagi," katanya.