Kinerja Reksadana Pasar Uang Tetap Prospektif

Minggu, 03 Maret 2024 | 13:45 WIB
Kinerja Reksadana Pasar Uang Tetap Prospektif
[ILUSTRASI. Reksadana.]
Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Hendrika

KONTAN.CO.ID - Tahun lalu, kinerja reksadana pasar uang menghadapi berbagai tantangan. Bukan hanya faktor yang bersumber dari domestik, tetapi juga faktor-faktor global.

Berbagai faktor tersebut mulai dari inflasi tinggi yang mendorong kebijakan kenaikan suku bunga, perlambatan ekonomi global, risiko geopolitik, hingga ketidakpastian politik.
 
Meski begitu, reksadana pasar uang masih mampu menorehkan kinerja yang positif. Tahun lalu, PT Infovesta Utama mencatat, indeks return reksadana pasar uang 4,06%.
 
Dari bermacam produk reksadana pasar uang yang ada, terdapat beberapa produk yang mencatatkan kinerja mengesankan. Sebut saja, Capital Money Market Fund yang masuk dalam lima besar untuk setiap kategori, baik reksadana pasar uang periode satu tahun, tiga tahun,   maupun lima tahun.
 
Berdasarkan data Infovesta, kinerja Capital Money Market Fund hingga 31 Desember 2023 mencatatkan return sebesar 5,39% untuk periode 1 tahun, 15,50% untuk 3 tahun dan 31,52% untuk 5 tahun.
 
Reksadana Insight Money turut mencatatkan kinerja yang baik untuk periode tiga tahun. Produk racikan Insight Investments Management ini mencetak return sebesar 16,81% dalam tiga tahun.
 
Ada juga Sucorinvest Sharia Money Market Fund yang menunjukkan kinerja baik di reksadana pasar uang periode lima tahun. Produk ini menghasilkan return 29,73% dalam lima tahun.
 
Masih prospektif
 
Tahun ini, kinerja reksadana pasar uang diyakini masih positif di tengah volatilitas pasar. Reksadana pasar uang pun diproyeksi masih tetap menarik sebagai salah satu instrumen investasi yang bisa investor pertimbangkan sebagai sarana diversifikasi.
 
Bukan tanpa tantangan. Ada potensi penurunan suku bunga pada semester kedua 2024. Camar menjelaskan, suku bunga yang lebih rendah akan berdampak pada tingkat imbal hasil deposito dan kupon penerbitan efek utang yang lebih rendah. Tapi, penurunan suku bunga bisa berdampak positif pada kenaikan harga obligasi korporasi maupun pemerintah ke depan.
 
Gama Yuki, Fixed Income and Money Money Market Fund Manager Sucorinvest Asset Management, menambahkan, masih terdapat risiko dari ketidakpastian arah suku bunga Amerika Serikat. Pergerakan suku bunganya masih melihat kondisi perekonomian dari negeri Paman Sam. 
 
Dia melihat, The Fed berencana menurunkan suku bunga tahun ini. "Jika hal ini terjadi, seharusnya dapat membantu rally di bond market kembali," ujar Gama.
Sedang faktor yang memengaruhi kinerja positif pasar uang adalah ada dukungan investor dalam negeri, khususnya dari Bank Indonesia (BI), di pasar obligasi yang masih baik. Inflasi yang terjaga serta rupiah yang cukup kuat pun ikut membantu kinerja pasar obligasi tahun ini.
 
Berikut ini strategi dari reksadana saham jawara.
 
  • Capital
Head of Investment Capital Asset Management Wisnu Karto menerangkan, Capital Money Market Fund menghasilkan return yang baik lantaran strategi investasinya yang mengoptimalkan return dan likuiditas. Dengan mengkombinasikan deposito dan obligasi jatuh tempo kurang dari satu tahun.
 
Lalu, selektif memilih bank, dengan memperhatikan kesehatan finansial dan likuiditas juga kualitas kredit. "Minimal rating obligasi korporasi harus investment grade, memberikan yield yang menarik dan memiliki kualitas kredit yang baik," tegasnya.
 
Untuk tahun ini, Capital bakal meningkatkan bobot obligasi kurang dari satu tahun di semester pertama. "Peningkatan bobot obligasi di awal tahun dilakukan seiring ekspektasi akan diturunkannya BI rate pada semester kedua tahun ini," beber Wisnu.
 
  •  Insight
Menurut Camar Remoa, Chief Investment Officer Insight Investments Management, keunggulan  Insight Money adalah fleksibilitas alokasi aset "Komposisi portofolio Insight Money minimum 0% dan maksimum 100% pada efek pasar uang atau efek utang tenor kurang dari satu tahun, dan deposito," katanya.
 
Strategi yang Insight lakukan adalah lebih fokus pada obligasi korporasi dengan kategori investment grade, yang diterbitkan emiten dengan kedibilitas yang baik dan memberikan return atraktif. Disertai dengan diversifikasi sektor untuk mengurangi tingkat risiko investasi.
 
Portofolio Insight Money yang memiliki durasi pendek pun memberikan potensi kinerja yang relatif stabil, terukur, dan berpotensi relatif kecil pengaruhnya dari perubahan suku bunga.
Dalam pemilihan aset dan meracik portofolio, Insight menempatkan sebagian besar dananya pada obligasi korporasi tenor pendek-menengah yang akan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Sisanya di deposito bank untuk menjaga likuiditas.
 
Insight Money berkomitmen mempertahankan strategi yang sama di 2024, mengingat tingginya volatilitas yang mungkin terjadi di masa mendatang. Mereka tetap memprioritaskan peningkatan portofolio obligasi korporasi dengan mempertimbangkan faktor-faktor eksternal, seperti potensi perlambatan ekonomi global dan peluang kebijakan moneter bank sentral. Juga, risiko domestik seperti pergantian pemerintahan.
 
"Meskipun ketidakpastian masih melingkupi pasar, kami tetap optimistis terhadap kinerja Insight Money di tahun 2024. dengan mempertahankan durasi portofolio di bawah satu tahun, yang cenderung pendek," terang Camar.
 
  • Sucorinvest
Gama menjelaskan, Sucorinvest Sharia Money Market Fund bisa mencetak return bagus lantaran produk ini cukup aktif dalam menyesuaikan porsi investasi dalam berbagai kondisi ekonomi. Likuiditas menjadi hal yang reksadana ini kedepankan. Walhasil, hanya sedikit porsi yang bisa disesuaikan demi menjaga likuiditas.
 
"Ketika suku bunga mulai naik, kami mulai mengurangi porsi bonds, sehingga impact dalam penurunan obligasi bagi Sucorinvest Sharia Money Market Fund masih cukup terjaga," turut Gama.
 
Bukan hanya itu, Sucorinvest memanfaatkan deposito dengan rate yang cukup atraktif untuk menjaga kestabilan kinerja reksadana mereka.
 
Pada periode ini, Sucorinvest mengurangi porsi obligasi secara perlahan dari 70% jadi 50%-60%. Ini untuk menjaga penurunan pasar obligasi tidak terlalu memberi dampak besar bagi produk ini. Setelah kenaikan suku bunga sudah capai level maksimal, mereka mulai memindahkan beberapa deposito ke obligasi dengan yield menarik.
 
Untuk 2024, Sucorinvest menetapkan strategi yang sama. Yakni, porsi deposito 50%-60%. "Sisanya kami alokasikan ke obligasi tenor pendek di bawah satu tahun. Kami pun masih mencoba memanfaatkan porsi trading jika memang ada kesempatan yang cukup baik di market," ungkap Gama.    

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Berlangganan

Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan

-
Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000
Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Persaingan Makin Seru Pasca Merger EXCL dan FREN
| Jumat, 22 November 2024 | 06:30 WIB

Persaingan Makin Seru Pasca Merger EXCL dan FREN

PT XL Axiata Tbk (EXCL) mulai memasukkan pendapatan dari akuisisi pelanggan LINK  di kuartal IV 2024

Realisasi Kontrak Baru Wiajaya Karya Bangunan Gedung (WEGE) Rp 2,1 Triliun
| Jumat, 22 November 2024 | 06:20 WIB

Realisasi Kontrak Baru Wiajaya Karya Bangunan Gedung (WEGE) Rp 2,1 Triliun

Perolehan itu masih jauh di bawah target penerimaan kontrak baru tahun ini yang sebesar Rp 5 triliun.

Tambah Modal, Lippo Cikarang (LPCK) Menggelar Rights Issue
| Jumat, 22 November 2024 | 06:20 WIB

Tambah Modal, Lippo Cikarang (LPCK) Menggelar Rights Issue

Issue. Aksi korporasi ini dilakukan LPCK usai mengantongi restu pemegang saham dalam RUPSLB yang digelar pada Selasa lalu (19/11).

Dian Swastatika (DSSA) Terbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 3,5 Triliun
| Jumat, 22 November 2024 | 06:16 WIB

Dian Swastatika (DSSA) Terbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 3,5 Triliun

Emiten Grup Sinar Mas, PT Dian Swastatika menerbitkan obligasi serta sukuk mudharabah senilai Rp 3,5 triliun.

Daya Beli Masih Lesu, Prospek Emiten Resto Tak Lagi Lezat
| Jumat, 22 November 2024 | 06:13 WIB

Daya Beli Masih Lesu, Prospek Emiten Resto Tak Lagi Lezat

Setelah pemutusan hubungan kerja (PHK) di PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), hal serupa dilakukan PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA).

Emiten Melahap Cuan Dari Program Makan Bergizi Gratis
| Jumat, 22 November 2024 | 06:07 WIB

Emiten Melahap Cuan Dari Program Makan Bergizi Gratis

Program makan bergizi gratis dapat menjadi katalis positif bagi pertumbuhan kinerja keuangan para emiten. 

Bitcoin Cetak Rekor  Emas dan IHSG Tekor
| Jumat, 22 November 2024 | 06:00 WIB

Bitcoin Cetak Rekor Emas dan IHSG Tekor

Mengamankan portofolio investasi saat kondisi penuh ketidakpastian. Terpilihnya kembali Trump sebagai Presiden AS membawa gejolak ketidakpastian. 

Eksekusi Buyback Saham, Emiten Gelontorkan Dana Jumbo
| Jumat, 22 November 2024 | 05:59 WIB

Eksekusi Buyback Saham, Emiten Gelontorkan Dana Jumbo

Sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) menyiapkan dana jumbo untuk melakukan pembelian kembali atau buyback saham​.

Menjelang Akhir Pekan, IHSG Lemah, Rupiah Loyo, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini
| Jumat, 22 November 2024 | 05:35 WIB

Menjelang Akhir Pekan, IHSG Lemah, Rupiah Loyo, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini

Salah satu penyebab pelemahan itu lantaran rupiah terus melemah. Kemarin rupiah tutup di Rp 15.942 per dolar AS. 

Nusantara Infrastructure (META) Cuan di Bisnis Air Bersih
| Jumat, 22 November 2024 | 05:30 WIB

Nusantara Infrastructure (META) Cuan di Bisnis Air Bersih

META menunjukkan peningkatan kinerja signifikan dalam bisnis air bersih melalui fasilitas WTP di Serang dan Medan.

INDEKS BERITA

Terpopuler