Kisah Parker Conrad yang Sempat Gagal Berbisnis, Tapi Lalu Jadi Miliarder (1)
KONTAN.CO.ID - BANYAK orang sulit bangkit pasca bisnisnya terpuruk. Tapi tidak bagi Parker Conrad, Founder sekaligus CEO Rippling, platform sumber daya manusia berbasis cloud asal Amerika Serikat (AS). Conrad berhasil meraih kesempatan kedua untuk menggapai kesuksesan dalam berbisnis.
Conrad sempat menghebohkan AS, gara-gara perusahaannya yang bernama Zenefits. Ia mendirikan startup human resources tersebut pada 2015. Kala membangun Zenefits, usia Conrad masih terbilang muda, yaitu baru menginjak 32 tahun.
Hanya dalam waktu tiga tahun, Zenefits sukses menjadi idola para investor kakap yang tergabung di Silicon Valley. Dalam waktu singkat, valuasi Zenefits telah mencapai US$ 4,5 miliar. Nilai valuasi ini cukup tinggi untuk perusahaan baru.
Kala itu, Forbes sempat menulis Zenefits sebagai startup terpanas. Majalah tersebut juga memprediksi Conrad bisa segera menjadi miliarder. Sayangnya, apa yang terjadi secara instan memang terkadang tak akan bertahan lama.
Baca Juga: Kisah Bob Faith Membangun Jaringan Bisnis Real Estate di Pasar Global (1)
Di 2016, Zenefits mengalami skandal. Izin operasi perusahaan ini ditemukan tidak sesuai aturan. Securities & Exchange Commision AS bahkan sampai melakukan penyelidikan atas kasus yang terjadi di Zenefits.
Conrad akhirnya terpaksa mengundurkan diri dari posisi pucuk di startup tersebut. Kasus ini membuat Conrad dihinggapi rasa frustrasi.
Kala itu, Conrad hanya mengisi waktu menganggurnya dengan menonton film Star Wars secara berlebihan. "Saya bersembunyi di rumah, seperti ingin bunuh diri dan tidak berbicara dengan siapapun," katanya.
Tapi enam minggu kemudian, Conrad kembali menemukan kepercayaan diri. Dia memutuskan memulai sebuah perusahaan baru, meskipun Zenefits sedang terguncang. Pada April 2016, Conrad mendirikan Rippling.
Kini, bisnis Conrad berjalan mulus. Saat ini Rippling memiliki valuasi sekitar US$ 8,2 miliar. Forbes menasbihkan Conrad sebagai salah satu miliarder dunia dengan kekayaan mencapai US$ 1,8 miliar.
(Bersambung)