KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang 2019, PT Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO) memilih realistis dengan menargetkan kinerja stagnan. Meski demikian, produsen aneka produk saniter merek Toto tersebut tetap menyiapkan strategi bisnis demi memenuhi target yang sudah dicanangkan.
Surya Toto mengulik segmen pasar menengah ke bawah di dalam negeri. Dengan menyasar ceruk pasar itu, mereka yakin bisa lebih cepat menjual produknya. "Produk segmen bawah banyak kami jual di daerah Indonesia yang belum terjamah produk saniter," ungkap Hanafi Atmadiredja, Presiden Direktur PT Surya Toto Indonesia Tbk dalam paparan publik, Rabu (22/5).
Adapun sentimen positif pasar domestik adalah pembangunan sejumlah proyek infrastruktur. Sebut saja pengembangan moda raya transportasi (MRT) dan light rail transit (LRT) yang berpotensi besar menghidupkan sektor properti pada tahun ini.
Sementara untuk pasar ekspor, Surya Toto masih berjuang keras memasuki pasar Amerika Serikat (AS) dan China. Perang dagang kedua negara tersebut menyebabkan produk Surya Toto tidak diserap di AS maupun China pada tahun lalu.
Sepanjang tahun lalu, Surya Toto membukukan penjualan bersih Rp 2,23 triliun. Perinciannya, Rp 1,65 triliun penjualan domestik dan Rp 575,16 miliar penjualan ekspor. Kalau dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, penjualan domestik tumbuh 1,85% year-on-year (yoy), sedangkan penjualan ekspor tumbuh 3,78% (yoy). Alhasil, total penjualan Toto masih bisa naik 2,29% yoy.
Tidak ada capex
Namun menginjak kuartal pertama 2019, penjualan domestik maupun ekspor kompak turun. Alhasil, secara keseluruhan penjualan bersih Surya Toto menyusut 9,31% year on year (yoy) menjadi Rp 547,89 miliar.
Manajemen Surya Toto menaksir, penurunan kinerja tiga bulan pertama tahun ini masih terimbas oleh efek perang dagang AS dan China. Sementara di dalam negeri terdapat risiko politik setelah pemilihan umum (pemilu). "Maka kami memprediksi kinerja tahun ini sama seperti hasil tahun lalu yakni tidak naik dan tidak turun," kata Hanafi.
Tahun ini, Surya Toto juga tidak mengubah target bisnis atas komposisi penjualan domestik dan ekspor. Emiten tersebut memprediksi porsi penjualan 2019 masih akan sama seperti tahun lalu.
Sejalan dengan target kinerja stagnan, Surya Toto tidak berencana mengerek kapasitas produksi. Mereka masih mengandalkan tiga pabrik di Tangerang, Banten.
Tak ada pula alokasi dana belanja modal alias capital expenditure (capex) 2019. "Tahun ini hanya ada biaya operasional untuk mendanai pemeliharaan mesin yang jumlahnya hanya US$ 3 juta saja," tutur Setia Budi Purwadi, Direktur PT Surya Toto Indonesia Tbk.
Meski pertumbuhan kinerja keuangan tidak kencang, Surya Toto tak segan membagikan sebagian keuntungan 2018 sebagai dividen. Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) kemarin menyetujui pembagian dividen sebesar Rp 18 per saham. Sebelumnya, pada Desember tahun lalu mereka sudah membagikan dividen interim sebesar Rp 10 per saham. Jadwal pembagian dividen Rp 8 per saham akan dibayarkan pada Juni 2019.
Total pembayaran dividen Surya Toto mencapai Rp 185,76 miliar setara dengan 53,58% dari laba tahun berjalan 2018 sebesar Rp 346,69 miliar. Laba tahun lalu naik 24,29% ketimbang periode yang sama tahun 2017.