Konsumsi atau Kerja?

Rabu, 28 Mei 2025 | 14:38 WIB
Konsumsi atau Kerja?
[ILUSTRASI. TAJUK - Djumyati Partawidjaja]
Djumyati Partawidjaja | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa bulan ini banyak orang yang mengeluh perekonomian di negeri ini sungguh sangat berat. Banyak bisnis yang tidak jadi ekspansi, banyak juga yang membubarkan bisnisnya setelah sekian tahun beroperasi di negeri ini. 

Akar masalahnya pun bermacam-macam, ada yang tidak mampu bersaing dengan pesaing bisnisnya, ada yang bisnisnya termakan model bisnis online. Ada lagi gara-gara pebisnis nakal yang memakai bisnisnya  sebagai “kedok” pencucian uang atau penggelapan kredit bank. 

Tak peduli apa masalahnya, bisnis-bisnis mangkrak ini membuat pengangguran meningkat. Sayangnya, sejak zaman konon, angka pengangguran di negeri ini tak pernah menjadi perhatian serius. Definisi yang sangat “ketat” untuk memasukkan seseorang dalam kategori pengangguran, membuat angka pengangguran kita selalu rendah. 

Menurut BPS, ada beberapa kategori pengangguran. Untuk menelisik data pengangguran, kategori pengangguran terbuka biasanya jadi acuan. Tapi tahukah Anda, data pengangguran terbuka di awal Mei ini 7,28 juta orang, hanya naik 80 ribu orang dibandingkan Mei 2024. Di periode yang sama, ada kenaikan penyerapan kerja 3,59 juta orang untuk menjadi 145,77 juta orang bekerja di Mei 2025.

Melihat angka ini, tentulah tidak ada masalah di negeri kita ini. Tapi nyatanya ada banyak pengusaha yang mengeluh penjualannya berat. Di sisi lain ada begitu banyak juga lulusan sarjana yang tidak bisa menemukan pekerjaan. Kalau pun ada yang mendapat pekerjaan, kebanyakan perusahaan hanya menawarkan sistem kontrak. Artinya dalam beberapa bulan mendatang, mereka bisa kembali berstatus pengangguran. 

Sepertinya pemerintah diam-diam sudah menyadari masalah ini. Tapi solusi yang diberikan masih setengah-setengah. Padahal perlu diingat, perekonomian di negeri ini sangat mengandalkan konsumsi domestik. Biasanya angka konsumsi domestik di Indonesia 55% dari GDP. Tapi pada waktu krismon 1998, konsumsi domestik melejit di atas 70%, jadi motor pertumbuhan dan pemulihan ekonomi.

Sekarang ini dalam beberapa bulan terakhir, konsumsi domestik kita di bawah 55% GDP. Upaya pemerintah untuk menaikkan daya beli masyarakat dengan berbagai macam subsidi tidak akan mengubah tren. Konsumsi domestik memang kunci, tapi perlu uang yang terdistribusi dengan baik. Warga negara ini pekerjaan yang baik bukan subsidi seumur hidup.

Selanjutnya: Pemotongan Suku Bunga BI dan Pelepasan Siloam Jadi Sentimen Positif Lippo Karawaci

Bagikan

Berita Terbaru

Setiawan Ichlas Sambut China Energy, Investor Ketenagalistrikan Kakap Asal China
| Kamis, 29 Mei 2025 | 15:26 WIB

Setiawan Ichlas Sambut China Energy, Investor Ketenagalistrikan Kakap Asal China

Dengan perolehan laba US$ 18 miliar, Zou Lei Chairman China Energy Investment Corporation optimistis akan ada investasi bagi Indonesia ke depan.

Perusahaan India, Emmsons Ungkap Niat Investasi di Proyek Hilirisasi Batubara DME
| Kamis, 29 Mei 2025 | 15:03 WIB

Perusahaan India, Emmsons Ungkap Niat Investasi di Proyek Hilirisasi Batubara DME

Emmsons membutuhkan banyak sekali dukungan dari pemerintah untuk merealisasikan investasi hilirisasi batubara ini.

Tidak Lagi Kendalikan BUMN, Kementerian BUMN Justru Tambah Dua Pejabat Deputi
| Kamis, 29 Mei 2025 | 13:51 WIB

Tidak Lagi Kendalikan BUMN, Kementerian BUMN Justru Tambah Dua Pejabat Deputi

Pejabat yang dilantik Erick Thohir adalah Deputi Bidang Keuangan dan Manajemen Risiko serta Deputi Bidang Penciptaan Nilai BUMN.

LPS Pangkas Tingkat Bunga Penjaminan, Saham dari Sektor-Sektor Ini Bakal Diuntungkan
| Kamis, 29 Mei 2025 | 12:05 WIB

LPS Pangkas Tingkat Bunga Penjaminan, Saham dari Sektor-Sektor Ini Bakal Diuntungkan

Pemangkasan tingkat bunga penjaminan (TBP) oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) diiharapkan bisa mendorong pertumbuhan kredit bank.

Tren Konsumsi Kopi tak Diimbangi Produksi, Indonesia Berisiko Jadi Net Importer
| Kamis, 29 Mei 2025 | 10:47 WIB

Tren Konsumsi Kopi tak Diimbangi Produksi, Indonesia Berisiko Jadi Net Importer

Selain produktivitas yang rendah, upaya peremajaan tanaman kopi yang sudah lama didengungkan juga belum berjalan baik.

Pembangunan Dimulai, Pabrik Bahan Baku Kalbe-Livzon Ditargetkan Beroperasi 2027
| Kamis, 29 Mei 2025 | 10:19 WIB

Pembangunan Dimulai, Pabrik Bahan Baku Kalbe-Livzon Ditargetkan Beroperasi 2027

Pabrik yang dibangun kongsi Kalbe Farma (KLBF) dengan Livzon Group akan memproduksi bahan baku obat, terutama untuk pasar ekspor.

Profit 28,4% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Kian Rendah (29 Mei 2025)
| Kamis, 29 Mei 2025 | 08:58 WIB

Profit 28,4% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Kian Rendah (29 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (29 Mei 2025) 1.874.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 28,4% jika menjual hari ini.

Kiat Agar Para Pensiunan Bisa Hidup dengan Tenang
| Kamis, 29 Mei 2025 | 08:09 WIB

Kiat Agar Para Pensiunan Bisa Hidup dengan Tenang

Perang dagang antara AS dan China masih simpang siur, sehingga penempatan dana pada instrumen saham kemungkinan bakal diturunkan lagi.

Akankah Rupiah Menguat ke Rp 16.000? Ini Prediksi Kiwoom Sekuritas Indonesia
| Kamis, 29 Mei 2025 | 07:28 WIB

Akankah Rupiah Menguat ke Rp 16.000? Ini Prediksi Kiwoom Sekuritas Indonesia

Lewat Monthly Market Outlook-nya, Kiwoom Sekuritas Indonesia memprediksi rupiah masih berpeluang menguat ke kisaran Rp 16.100–Rp 16.000.

Entitas Usaha PTBA ini Pernah Ungkap Mau IPO, Begini Bisnis dan Targetnya di 2025
| Kamis, 29 Mei 2025 | 06:00 WIB

Entitas Usaha PTBA ini Pernah Ungkap Mau IPO, Begini Bisnis dan Targetnya di 2025

Rencana IPO Satria Bahana Sarana merupakan bagian dari strategi jangka panjang PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

INDEKS BERITA

Terpopuler