Krisis Sektor Properti China Membatasi Penerbitan Junk Bond di Asia Pasifik pada 2022

Senin, 20 Desember 2021 | 21:36 WIB
Krisis Sektor Properti China Membatasi Penerbitan Junk Bond di Asia Pasifik pada 2022
[ILUSTRASI. Bursa Hong Kong terlihat tak beroperasi menyusul kegiatan pembatasan Covid-19 di distrik pusat keuangan di Hong Kong, China, 14 September 2020. REUTERS/Tyrone Siu]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - HONGKONG. Sektor properti China akan menghambat penawaran obligasi Asia berimbal hasil tinggi sepanjang paruh pertama tahun depan.

Para bankir investasi memperkirakan Investor akan lebih berhati-hati menempatkan uangnya setelah sejumlah emiten real estate Negeri Tembok Raksasa mengalami default.

Evergrande Group dan Kaisa Group merupakan dua perusahaan properti China yang melewatkan pembayaran obligasi di tahun ini.

Obligasi terbitan pengembang asal China menyumbang sebagian besar penawaran di high yield market Asia. Namun kesehatan keuangan para pengembang China di masa kini menyulut kecemasan para pemodal.

Baca Juga: Masalah Sektor Properti di China Menjalar ke sektor Lain, Termasuk Baja

Penerbitan efek yang kerap disebut junk bond itu di tahun ini jauh ke level terendahnya dalam tiga tahun terakhir.

Kegagalan emiten melunasi kewajibannya berbuntut pada penurunan peringkat kreditnya. Situasi itu mengguncang pasar utang imbal hasil tinggi di China, memicu arus dana keluar.

Di seluruh kawasan Asia-Pasifik, nilai penerbitan obligasi korporasi berimbal hasil tinggi sepanjang tahun ini mencapai US$ 50,4 miliar, dibandingkan dengan nilai di tahun sebelumnya, yaitu US$ 63,9 miliar

Menurut data Refinitiv, angka penerbitan di tahun ini merupakan yang terendah sejak 2018.

 Baca Juga: Taipan Properti di China Telah Kehilangan Kekayaan Rp 611,8 Triliun Tahun Ini

Di segmen kredit dengan kualitas lebih baik, pasar Asia Pasifik mengawali tahun ini dengan kuat. Ini membuka peluang nilai penerbitan tahun ini melampaui hasil di tahun sebelumnya.

China menyumbang sebagian besar penurunan regional, karena investor menutup kantong mereka lebih awal, untuk menghindari dampak dari aksi jual efek sektor properti selama kuartal terakhir.

“Hanya ada beberapa nama yang di atas kertas mampu menyemarakkan kembali pasar efek imbal hasil tinggi,” kata Ernst Grabowski, kepala sindikat utang kawasan Asia Pasifik di Morgan Stanley.

“Penerbit haruslah perusahaan yang terlihat sebagai tempat yang aman untuk membiakkan uang, mendapat dukungan dari banyak investor, dan memiliki likuiditas yang memadai.” 

Nilai penerbitan baru surat utang berimbah hasil tinggi dari perusahaan-perusahaan China dalam denominasi dolar maupun yuan turun menjadi US$ 3,2 miliar pada kuartal terakhir, dibandingkan US$ 9,7 miliar pada kuartal ketiga, data Refinitiv menunjukkan.

Untuk memecahkan kemacetan di pasar high yield, kesepakatan pertama seharusnya datang dari perusahaan stabil, yang mampu membuat investor percaya bahwa penerbitan itu akan membuka jalan bagi emiten lain, demikian pendapat para penasihat keuangan.

“Penerbitan baru dari sektor properti (China) saya pikir mungkin terjadi pada semester pertama, bahkan mungkin kuartal pertama," kata Avinash Thakur, kepala utang Asia Pasifik di Barclays.

Baca Juga: Otoritas China Audit Aset Evergrande dan Pemiliknya, Namun Tak Ada Rencana Jual Cepat

“Investor utang lebih fokus pada tingkat leverage di perusahaan China, Namun mereka merasa bahwa koreksi yang terjadi sekarang merupakan sesuatu yang terlambat.”

Penerbitan baru akan membawa tingkat bunga yang jauh lebih tinggi bagi perusahaan dibandingkan dengan kesepakatan awal tahun 2020 mengingat gejolak pasar, kata para bankir, yang seharusnya mendorong permintaan dari investor.

“Investor akan menyadari masih ada kredit bagus di Asia, dan ketika ada periode tidak ada aktivitas, banyak investor menimbun uang tunai yang harus mereka gunakan,” kata Philip Lee, partner di firma hukum DLA Piper.

Namun, bisa memakan waktu enam bulan untuk merintis pasar, katanya.

Bagikan

Berita Terbaru

Perbankan Perkuat Kapasitas dan Keamanan Sistem TI
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 11:11 WIB

Perbankan Perkuat Kapasitas dan Keamanan Sistem TI

Sejumlah bank memastikan layanan digital akan tetap andal dalam melayani nasabah selama momentum Nataru

SUPA Ngegas, Saham Bank Digital Lain Lemas
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 11:09 WIB

SUPA Ngegas, Saham Bank Digital Lain Lemas

Kehadiran PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdampak berbeda bagi saham bank digital lainnya.​

Efek Program MBG ke Ekonomi Terbatas
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 08:09 WIB

Efek Program MBG ke Ekonomi Terbatas

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) belum optimal menggerakkan ekonomi dan menciptakan kerja setelah setahun, kata CSIS, Paramadina, dan CELIOS. 

Sistem Coretax Stabil, Siap untuk Menguji SPT 2026
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 08:07 WIB

Sistem Coretax Stabil, Siap untuk Menguji SPT 2026

Untuk memastikan ketahanan sistem, pemerintah secara rutin melakukan stress test.                          

Konsumsi Dijaga, Ekonomi Tetap Moderat
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:48 WIB

Konsumsi Dijaga, Ekonomi Tetap Moderat

Langkah penundaan kenaikan pajak dan cukai bersifat jangka pendek untuk dorong konsumsi.                        

Pasar Kripto Lesu Bikin Trader Banting Setir, Cash is King dan Saham Jadi Pelarian
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:40 WIB

Pasar Kripto Lesu Bikin Trader Banting Setir, Cash is King dan Saham Jadi Pelarian

Data OJK menunjukkan transaksi kripto merosot, sementara nilai perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus meningkat.

Kaleb Solaiman, CFO Venteny Fortuna Memilih Saham dalam Berinvestasi
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:30 WIB

Kaleb Solaiman, CFO Venteny Fortuna Memilih Saham dalam Berinvestasi

Bagi Kaleb Solaiman, Group CFO Venteny Fortuna Tbk, investasi adalah disiplin jangka panjang dan memerlukan riset mendalam

Mendorong Literasi Keuangan Kaum Ibu
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:05 WIB

Mendorong Literasi Keuangan Kaum Ibu

Literasi keuangan dari kaum ibu termasuk juga perempuan lainnya bisa melindungi keluarga dari kejahatan finansial.​

Darurat Pengelolaan Sampah
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:00 WIB

Darurat Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah tidak cuma tanggung jawab pusat lewat program PLTSa saja, pemerintah daerah juga wajib mengelola sampah dari hulu.

Abadi Lestari Indonesia (RLCO) Menadah Berkah dari Sarang Walet
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:00 WIB

Abadi Lestari Indonesia (RLCO) Menadah Berkah dari Sarang Walet

Mengupas profil dan strategi bisnis PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) setelah mencatatkan saham di BEI 

INDEKS BERITA

Terpopuler