Laba Manis Indika Energy (INDY) Hasil Diversifikasi Bisnis

Jumat, 07 Oktober 2022 | 04:25 WIB
Laba Manis Indika Energy (INDY) Hasil Diversifikasi Bisnis
[]
Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indika Energy Tbk serius merangsek ke luar segmen batubara. Perusahaan ini memang agresif menggelar diversifikasi ke komoditas mineral, energi terbarukan hingga kendaraan listrik. Cara ini bisa memoles prospek kinerja emiten bersandi saham INDY ini ke depan.

Pada akhir September 2022, INDY mengakuisisi PT Perkasa Investama Mineral senilai Rp 74,9 miliar melalui PT Indika Mineral Investindo. Langkah ini melebarkan sayap INDY ke bisnis pertambangan dan pengolahan bauksit.

Sebelumnya, INDY telah mengambil langkah melepas kepemilikan di PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) dan mendivestasi PT Petrosea Tbk (PTRO). INDY berupaya mengejar target karbon netral pada tahun 2050 dan menargetkan mengantongi porsi 50% pendapatan dari bisnis non-batubara pada 2025.

Baca Juga: Kideco Raih Penghargaan Subroto 2022 untuk Pembayar PNBP Tertinggi dan Inovasi Energi

Research Analyst Reliance Sekuritas Lukman Hakim memandang, divestasi di tengah harga batubara yang meroket tinggi dapat meningkatkan value portofolio INDY. Target mengurangi porsi pendapatan dari batubara juga diterjemahkan dengan ekspansi ke segmen bauksit yang industrinya tak jauh berbeda.

Ini membuat INDY masih memiliki outlook positif. "Terlebih ke depannya penerapan faktor environmental, social and governance semakin meningkat," kata Lukman.

Memang, proses transisi tidak bisa berjalan instan. Tahun ini, INDY masih menghirup angin segar dari lonjakan harga batubara. Lukman menaksir, INDY bisa membukukan kinerja positif, ditopang bisnis batubara yang dijalani PT Kideco Jaya Agung.

Lukman menyebut, anak usaha INDY tersebut mengalami penurunan produksi batubara dibandingkan 2021. Tapi kinerjanya terdorong lonjakan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP).

Motor listrik

Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih juga berpendapat, pendapatan dari non-batubara INDY bisa mencapai 50% di tahun 2025. Hingga semester I-2022, porsi batubara memang masih dominan. Sekitar 90% pendapatan INDY ditopang penjualan batubara, di mana 85% penjualan batubara untuk ekspor. 

Baca Juga: Indika Energy (INDY) Jajaki Kerja Sama Terkait Kendaraan Listrik Dengan Foxconn

Bisnis batubara hingga akhir 2022 masih menjadi sektor menarik. "Ini karena tingginya harga batubara dan melesatnya permintaan domestik maupun global," kata Ratih.

Ratih menyoroti, sejumlah inisiatif INDY mengembangkan bisnis berkelanjutan juga akan mendorong kinerja di masa depan. Lewat Indika Logistic & Support Services (ILSS), INDY tengah bergabung dalam konsorsium operator di pelabuhan Patimban, Jawa Barat dengan kontrak 40 tahun hingga 2061.

Di sektor tambang mineral, INDY juga menggarap proyek emas Awak Mas di Sulawesi Selatan, yang akan beroperasi di tahun 2025. Lalu, INDY berekspansi ke segmen Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan rencana pemasangan panel mencapai 500 MW di tahun 2025. 

INDY juga meluncurkan motor listrik Alva One (ALVA), melalui PT Ilectra Motor Group (IMG). Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti melihat strategi diversifikasi dan ekspansi yang dijalankan INDY memang berorientasi jangka panjang. Namun, langkah ini diambil dalam momentum yang tepat.

Misalnya peluncuran motor listrik ALVA di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS), sejalan dengan program pemerintah yang gencar mempromosikan pengembangan ekosistem EV di Indonesia. "Ini menunjukkan INDY mampu melihat peluang di saat ekosistem EV tengah didorong secara global maupun domestik," ujar Desy.

Di tahun ini, kinerja INDY masih akan membara oleh panasnya pasar batubara. Desy memproyeksikan pendapatan INDY bisa mencapai US$ 3,9 miliar, dengan laba bersih senilai US$ 401,4 juta hingga akhir tahun 2022.

Baca Juga: Intip Ekspansi Sejumlah Emiten ke Bisnis Energi Baru Terbarukan (EBT)

Sedangkan pada tahun depan, Desy memprediksi produksi batubara akan masuk dalam tren turun. Namun, permintaan masih tinggi hingga pertengahan tahun 2023.

Menimbang prospek tersebut, Desy memberikan rekomendasi buy saham INDY dengan target Rp 3.700. Ratih juga menyarankan buy saham INDY dengan target harga di Rp 3.520-Rp 3.720. 

Lukman pun menyematkan rekomendasi buy untuk INDY. Menurut dia, INDY masih memiliki valusi murah dibandingkan saham emiten produsen batubara lainnya dengan price to earnings ratio (PER) 3,49 kali. Dia memperkirakan INDY memiliki potensi upside dengan target Rp 3.990. 

Bagikan

Berita Terbaru

Restrukturisasi Garuda Indonesia Masuk Babak Baru, Simak Prospek GIAA Menuju 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 11:15 WIB

Restrukturisasi Garuda Indonesia Masuk Babak Baru, Simak Prospek GIAA Menuju 2026

Restrukturisasi finansial saja tidak cukup untuk mengembalikan kepercayaan pasar secara total terhadap GIAA.​

Agar Kinerja Lebih Seksi, TBS Energi Utama (TOBA) Menggelar Aksi Pembelian Kembali
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:27 WIB

Agar Kinerja Lebih Seksi, TBS Energi Utama (TOBA) Menggelar Aksi Pembelian Kembali

Perkiraan dana pembelian kembali menggunakan harga saham perusahaan pada penutupan perdagangan 23 Desember 2025, yaitu Rp 710 per saham.

Provident Investasi Bersama (PALM) Tetap Fokus di Tiga Sektor Investasi di 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:12 WIB

Provident Investasi Bersama (PALM) Tetap Fokus di Tiga Sektor Investasi di 2026

Tahun depan, PALM siap berinvetasi di sektor-sektor baru. Kami juga terbuka terhadap peluang investasi pada perusahaan tertutup.

Melalui Anak Usaha, Emiten Happy Hapsoro Ini Mencaplok Saham Kontraktor Hulu Migas
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:03 WIB

Melalui Anak Usaha, Emiten Happy Hapsoro Ini Mencaplok Saham Kontraktor Hulu Migas

HCM,  kontraktor kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi pada Wilayah Kerja Selat Madura berdasarkan production sharing contract dengan SKK Migas.

Okupansi Hotel Fluktuatif, DFAM Tancap Gas Garap Bisnis Katering
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:00 WIB

Okupansi Hotel Fluktuatif, DFAM Tancap Gas Garap Bisnis Katering

Penyesuaian pola belanja pemerintah pasca-efisiensi di tahun 2025 bisa membuat bisnis hotel lebih stabil.

Menjadi Adaptif Melalui Reksadana Campuran
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:20 WIB

Menjadi Adaptif Melalui Reksadana Campuran

Diversifikasi reksadana campuran memungkinkan investor menikmati pertumbuhan saham sekaligus stabilitas dari obligasi dan pasar uang 

Defensif Fondasi Keuangan, Agresif dalam Berinvestasi
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:15 WIB

Defensif Fondasi Keuangan, Agresif dalam Berinvestasi

Ekonomi dan konsumsi masyarakat berpotensi menguat di 2026. Simak strategi yang bisa Anda lakukan supaya keuangan tetap aman.

Cari Dana Modal Kerja dan Refinancing, Emiten Ramai-Ramai Rilis Surat Utang
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:02 WIB

Cari Dana Modal Kerja dan Refinancing, Emiten Ramai-Ramai Rilis Surat Utang

Ramainya rencana penerbitan obligasi yang berlangsung pada awal  tahun 2026 dipengaruhi kebutuhan refinancing dan pendanaan ekspansi.

Catat Perbaikan Kinerja di Kuartal III-2025, PANR Optimis Menatap Bisnis di 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:00 WIB

Catat Perbaikan Kinerja di Kuartal III-2025, PANR Optimis Menatap Bisnis di 2026

Faktor cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah memaksa wisatawan domestik memilih destinasi yang dekat.​

Bidik Peluang Aset Produktif, Agresif Terukur Meracik Portofolio 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 07:20 WIB

Bidik Peluang Aset Produktif, Agresif Terukur Meracik Portofolio 2026

Prospek investasi 2026 digadang lebih menjanjikan, meski risiko ketidakpastian belum sirna. Simak saran racikan portofolio 2026!

INDEKS BERITA

Terpopuler