Lagi, Asosiasi Meminta Pemerintah Berantas Impor Tekstil Ilegal

Senin, 17 April 2023 | 13:10 WIB
Lagi, Asosiasi Meminta Pemerintah Berantas Impor Tekstil Ilegal
[ILUSTRASI. JAKARTA,03/05-TEKSTIL SELUDUPAN. Menteri Keuangan Sri Mulyani merilis hasil pengungkapan Ditjen Bea dan Cukai yang membongkar kasus penyelundupan ekspor tekstil melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (3/5). KONTAN/Fransiskus Simbolon/03/05/2017]
Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia  (APSyFI) kembali meminta pemerintah untuk serius berantas impor tekstil ilegal yang makin marak dan dilakukan secara terbuka. Ketua Umum APSyFI Rdma Gita Wirawasta menyatakan bahwa banjirnya barang tekstil impor kian menekan kinerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT) hingga rata-rata utilisasinya dari hulu ke hilir kini hanya di kisaran 50%.

Redma menyatakan, berdasarkan hitungan APSyFI, pertahunnya ada sekitar 300-400 ribu ton impor TPT ilegal senilai Rp 35 triliun, baik dalam bentuk pakaian, kain maupun benang masuk ke tanah air secara ilegal. “Sekitar 1.400 kontainer perbulan masuk lewat Pelabuhan-pelabuhan utama di Jawa dan sebagian lewat Sumatra,” terang Redma, Senin (17/4). 

Dia menambahkan, bahwa sekitar 210 ribu ton, berasal dari China, sisanya dari Korea, Taiwan, India, Vietnam, Bangladesh dan Thailand. “Kita bisa lihat secara jelas data dari Trade Map yang catatan ekspor TPT China ke Indonesia lebih besar dibanding catatan impor kita dari China," jelas Redma.

Redma menjelaskan bahwa perbedaan data ini disebabkan oleh praktik impor borongan, under invoice, pelarian HS dan rembesan gudang berikat.

Baca Juga: Duh, Lampu Kuning Bisnis Tekstil Mulai Berkedip

“Praktik ini secara leluasa dan terbuka dilakukan oleh perusahaan jasa under name bekerjasama dengan oknum bea cukai dilapangan, sehingga dengan mudah masuk lewat jalur hijau, bahkan tanpa perlu persetujuan impor,” tegasnya.

Selanjutnya ia menyoroti Persetujuan Impor TPT terkait Permendag Nomor 25 Tahun 2022 yang dianggapnya masih banyak kebocoran. Ia mengatakan pihaknya mendapat laporan masih banyaknya perusahaan yang melakukan pelanggaran dan diberikan izin impor berlebih baik oleh Kemenperin untuk API-P maupun untuk oleh Kemendag untuk API-U. “Izin impor yang diberikan tidak transparan, para pelanggar tidak pernah ditindak, malah izin impornya terus nambah” ungkap Redma.

Sementara di sisi lain, banjirnya impor ilegal ini menekan utilisasi industri TPT ke titik yang cukup rendah hingga menelan korban. Terakhir di awal April kemarin adalah PT. Tuntex Garment yang bangkrut dan mem-PHK sekitar 1.163 karyawannya.

Baca Juga: Produk Tekstil Impor Ilegal Membanjiri Pasar, APSyFI Sampaikan Sejumlah Rekomendasi

Dewan Kehormatan HIPMI Jawa Barat, Cecep Daryus mengatakan bahwa Industri TPT Nasional masih berada dalam masa kritis sejak akhir 2022 lalu, termasuk di Jawa Barat. “Akhir tahun lalu kan sudah banyak yang dirumahkan, kalau kondisi seperti ini terus akan bertambah lagi” cetusnya.
,
Cecep meminta pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat tidak lepas tangan atas kejadian ini. “Memang kondisi pasar ekspor kan menjadi salah satu alasan, tapi pasar domestik kita kan sangat besar dan harus dijaga,” ungkapnya.

Cecep mengingatkan peran industri TPT sebagai jaring pengaman sosial ekonomi bagi Indonesia. “Kalau pemerintah lepas tangan terhadap masalah impor-impor ini, ekonomi kita lambat laun akan rontok,” ucapnya.

Bagikan

Berita Terbaru

Menanti Tuah Window Dressing di Pekan Pendek, Cermati Saham-Saham Ritel Ini
| Selasa, 23 Desember 2025 | 11:58 WIB

Menanti Tuah Window Dressing di Pekan Pendek, Cermati Saham-Saham Ritel Ini

Saham ritel berpotensi bangkit di sisa 2025. Simak proyeksi pertumbuhan laba 2026 dan rekomendasi saham ACES, MIDI, hingga ERAA.

Niharika Yadav: Inflasi Medis Masih Jadi Tantangan ke Depan
| Selasa, 23 Desember 2025 | 11:40 WIB

Niharika Yadav: Inflasi Medis Masih Jadi Tantangan ke Depan

Penerapan sejumlah regulasi baru dan tingginya inflasi medis akan mempengaruhi bisnis asuransi jiwa di Indonesia di 2026

Laba Melonjak 51% tapi Saham DSNG Justru Tergelincir, Saatnya Masuk Atau Wait & See?
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:17 WIB

Laba Melonjak 51% tapi Saham DSNG Justru Tergelincir, Saatnya Masuk Atau Wait & See?

Prospek kinerja DSNG di 2026 dinilai solid berkat profil tanaman sawit muda dan permintaan CPO yang kuat.

OJK dan KSEI Meluncurkan Integrasi Sistem Perizinan Reksadana
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:15 WIB

OJK dan KSEI Meluncurkan Integrasi Sistem Perizinan Reksadana

Langkah ini  untuk menyederhanakan proses, meningkatkan kepastian layanan, dan memperkuat tata kelola pendaftaran produk investasi reksadana. 

Anak Usaha DOID Perpanjang Kontrak DOID di Tambang Blackwater, Nilainya Segini
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:11 WIB

Anak Usaha DOID Perpanjang Kontrak DOID di Tambang Blackwater, Nilainya Segini

Kontrak tersebut terkait tambang Blackwater. Perpanjangan kontrak yang diperoleh pada 21 Desember 2025 tersebut bernilai sekitar A$ 740 juta. 

Emiten Semen Bisa Pulih Secara Bertahap, Simak Rekomendasi Sahamnya
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:45 WIB

Emiten Semen Bisa Pulih Secara Bertahap, Simak Rekomendasi Sahamnya

Emiten sektor semen berpeluang memasuki fase pemulihan pada 2026 setelah melewati tahun yang menantang.

Tax Holiday Deras, Investasi IKN Terkuras
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:43 WIB

Tax Holiday Deras, Investasi IKN Terkuras

Tercatat 290 perusahaan memperoleh tax holiday, dengan 102 perusahaan telah beroperasi dan merealisasikan investasi sebesar Rp 480 triliun.

Produksi Nikel di 2026 Dibatasi, Saham NCKL, INCO, HRUM, hingga ANTM Makin Seksi
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:43 WIB

Produksi Nikel di 2026 Dibatasi, Saham NCKL, INCO, HRUM, hingga ANTM Makin Seksi

Kebijakan pemangkasan produksi nikel oleh Pemerintah RI diharapkan mendongkrak harga sehingga akan berefek positif ke emiten.

ASII Masih Melirik Peluang Bisnis di Sektor Kesehatan
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:42 WIB

ASII Masih Melirik Peluang Bisnis di Sektor Kesehatan

Hingga saat ini, total investasi Grup Astra di bidang jasa kesehatan telah mencapai sekitar Rp 8,6 triliun.

Likuiditas Melimpah, Riil Masih Lemah
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:39 WIB

Likuiditas Melimpah, Riil Masih Lemah

Kenaikan M2 lebih banyak ditopang oleh peningkatan uang kuasi, terutama simpanan berjangka dan tabungan di perbankan. ​

INDEKS BERITA

Terpopuler