Lelang SBN Laku, Private Placement Mini

Jumat, 26 April 2019 | 07:11 WIB
Lelang SBN Laku, Private Placement Mini
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) melalui private placement cenderung melambat di empat bulan pertama tahun ini. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sejak awal tahun hingga 23 April lalu baru ada empat seri SBN yang diterbitkan lewat mekanisme private placement. Total nilainya sebesar Rp 5,64 triliun.

Padahal, di kuartal IV-2018, pemerintah cukup gencar menerbitkan SBN lewat private placement. Tercatat ada delapan seri SBN dengan total nilai Rp 12 triliun.

Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra menjelaskan, rendahnya frekuensi dan nilai private placement SBN lebih disebabkan oleh target dan realisasi penerbitan SBN yang tergolong tinggi melalui lelang. Ini seiring kebijakan front loading pemerintah, yang lebih menggenjot penerbitan SBN di semester pertama.

Sebagaimana diketahui, di kuartal I-2019 lalu, pemerintah menargetkan penerbitan SBN lewat lelang sebesar Rp 185 triliun. Ternyata, realisasinya mencapai Rp 221,62 triliun. "Wajar pemerintah tidak sering melakukan private placement. Apalagi sejauh ini investor masih antusias masuk ke lelang reguler dengan nilai penawaran yang besar," terang dia, Rabu (24/4).

Kondisi berbeda terjadi di kuartal IV-2019, di mana lelang SBN reguler berlangsung hingga November. Alhasil, kelompok investor institusi yang belum sempat memenuhi syarat penempatan dana di SBN mengajukan private placement ke pemerintah.

Tenor panjang

Penurunan private placement SBN sejatinya tidak mempengaruhi pergerakan yield atau harga surat utang negara (SUN) di pasar sekunder. Pasalnya, seri-seri yang diterbitkan umumnya jarang diperdagangkan di pasar sekunder, seperti seri non acuan atau seri yang jarang diikutkan dalam lelang reguler.

Justru, kondisi pasar obligasi domestik yang pada akhirnya menentukan proses private placement. "Saat yield SUN turun, maka posisi tawar pemerintah dalam memenangkan yield dan penyesuaian syarat-syarat private placement kepada investor akan meningkat," ungkap ekonom Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana.

Made menyebut, di tengah tren penurunan yield SUN, pemerintah, berbekal posisi tawar yang kuat, cenderung mengabulkan permintaan private placement SBN untuk seri-seri tenor panjang. Pemerintah berkesempatan memperoleh dana yang lebih besar dari investor lewat penerbitan SBN tenor panjang, melalui p rivate placement.

Sejauh ini investor cenderung jarang memperdagangkan SBN yang diterbitkan melalui private placement di pasar sekunder. Artinya, investor tersebut lebih condong menahan hingga jatuh tempo. "Hanya bila ada kebutuhan mendesak saja baru investor melakukan perdagangan," tutur Made.

Bagikan

Berita Terbaru

Emas Batangan Jadi Investasi Favorit Presiden Direktur PT Hartadinata Abadi Tbk
| Sabtu, 26 April 2025 | 04:23 WIB

Emas Batangan Jadi Investasi Favorit Presiden Direktur PT Hartadinata Abadi Tbk

Sandra Sunanto, Presiden Direktur PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) memilih kondisi yang stabil, kehati-hatian, dan memiliki nilai jangka panjang

Kementerian ESDM Mengumumkan Lima Kandidat Dirjen Migas
| Sabtu, 26 April 2025 | 04:23 WIB

Kementerian ESDM Mengumumkan Lima Kandidat Dirjen Migas

Kelima kandidat Dirjen Migas Kementerian ESDM berasal dari kalangan internal yang keputusannya menunggu Keppres.

Siloam Hospitals (SILO) Menangkap Peluang Penerapan KRIS
| Sabtu, 26 April 2025 | 04:23 WIB

Siloam Hospitals (SILO) Menangkap Peluang Penerapan KRIS

SILO melihat program KRIS sebagai peluang positif yang dapat mendorong pertumbuhan, khususnya bagi rumah sakit yang melayani pasien JKN.

Harga Emas Terkoreksi Tipis di Akhir Pekan
| Sabtu, 26 April 2025 | 04:23 WIB

Harga Emas Terkoreksi Tipis di Akhir Pekan

Pada Jumat (25/4) harga emas di pasar spot berada di US$ 3.298,3 terkoreksi 1,38% dibandingkan sehari sebelumnya.  

Strategi Bank Hadapi Gejolak Rupiah
| Sabtu, 26 April 2025 | 04:23 WIB

Strategi Bank Hadapi Gejolak Rupiah

Untuk menghilangkan kerentanan itu, maka reindustrialisasi yang menghasilkan ekspor dan substitusi impor menjadi kunci.

Fundamental Ekonomi Masih Rentan Membikin Rupiah Tertekan
| Sabtu, 26 April 2025 | 04:23 WIB

Fundamental Ekonomi Masih Rentan Membikin Rupiah Tertekan

Nilai tukar rupiah  sulit keluar dari tekanan. Meskipun dolar Amerika Serikat (AS) tengah tertekan akibat ketidakpastian kebijakan tarif.

Kesenjangan Kekayaan di Dunia Meningkat, Indonesia Salah Satunya
| Sabtu, 26 April 2025 | 04:23 WIB

Kesenjangan Kekayaan di Dunia Meningkat, Indonesia Salah Satunya

Banyaknya orang kaya yang memindahkan kekayaan ke Singapura membuat kesenjangan kekayaan di negara itu makin melebar

Pengembang Berjibaku Halau Kelesuan Daya Beli
| Sabtu, 26 April 2025 | 04:23 WIB

Pengembang Berjibaku Halau Kelesuan Daya Beli

Sejumlah pengembang mulai berancang-ancang menyiapkan rencana bisnis dengan menyiapkan dana capex dan proyek-proyek baru.

Pemerintah Bakal Mengejar Pajak Hingga ke Sektor Ilegal
| Sabtu, 26 April 2025 | 04:23 WIB

Pemerintah Bakal Mengejar Pajak Hingga ke Sektor Ilegal

Sektor-sektor yang akan diincar pemerintah diantaranya illegal fishing, penebangan liar dan tambang liar.

Teladan Prima Agro (TLDN) Terus Memupuk Pertumbuhan
| Sabtu, 26 April 2025 | 04:23 WIB

Teladan Prima Agro (TLDN) Terus Memupuk Pertumbuhan

Pada tahun lalu, TLDN mencatatkan pendapatan senilai Rp 4,21 triliun. Jumlah itu tumbuh 5% dibandingkan pendapatan 2023 senilai Rp 4 triliun.

INDEKS BERITA

Terpopuler