Loyo Digencet Dollar, Digembosi Suku Bunga

Rabu, 12 Oktober 2022 | 04:20 WIB
Loyo Digencet Dollar, Digembosi Suku Bunga
[]
Reporter: Aris Nurjani, Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah kian melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Posisi rupiah bahkan sudah berada di level terlemah sejak 29 April 2020. Para analis kompak menyebut, pelemahan rupiah disebabkan faktor eksternal. 

Kemarin, Selasa (11/10), kurs rupiah berada di Rp 15.358 per dollar AS. Artinya, rupiah telah melemah 7,68% terhadap dollar AS di sepanjang tahun ini. Posisi rupiah terhadap dollar AS berdasarkan non-deliverable forward (NDF) pun terlihat ada di posisi Rp 15.416 per dollar AS. 

Para analis menyebut, rencana The Fed yang akan mengerek bunga acuan pada November mendatang membuat dollar AS menjadi buruan investor. Kondisi ini membuat imbal hasil obligasi Amerika Serikat alias US Treasury tenor 10 tahun merangkak naik ke level tertinggi dalam 14 tahun terakhir. 

Baca Juga: Rupiah Tembus ke Level Rp 15.200 Per Dolar AS Hingga Akhir Tahun

Posisi yield US Treasury kemarin masih bertahan di kisaran 3,9%. Level ini memang belum menjadi level tertinggi baru namun sudah mendekati level tertinggi yang dicapai pada 28 September 2022 sebesar 3,97%. 

Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, The Fed diperkirakan kembali menaikkan bunga 75 bps menjadi 4% pada bulan depan. Ini artinya, spread dengan bunga acuan di Indonesia kian dekat. September lalu, Bank Indonesia menaikkan BI7DDR 50 bps menjadi 4,25%.

Fikri menambahkan, dari dalam negeri juga terjadi peningkatan kebutuhan valas jangka pendek. Efeknya tercermin dari penurunan cadangan devisa secara keseluruhan. 

Per September 2022, cadangan devisa Indonesia menurun dari US$ 132,28 miliar menjadi US$ 130,8 miliar. "Saya pikir, penurunan cadangan devisa hanya akan maksimal US$ 5 miliar pada bulan November. Untuk selanjutnya akan naik menjadi US$ 135 miliar di akhir Desember," jelas Fikri.  

Toh, menurut Fikri, kebutuhan valas dalam negeri masih akan manageable. Walaupun turun,  cadangan devisa masih di atas kebutuhan minimal yang disarankan Dana Moneter Internasional (IMF). 

Apalagi, Fikri menambahkan, jumlah dana untuk pembayaran utang korporasi dalam negeri sampai Agustus dalam tren penurunan. Aksi jual asing terhadap ekuitas dan surat berharga negara juga sudah berada di level terendah. Sehingga, ada potensi dana asing kembali masuk ke pasar dalam negeri. 

Baca Juga: Pelemahan Rupiah Makin Dalam, Eksportir Mendapat Untung?

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widowo menilai, cadangan devisa Indonesia yang berada di level terendah sejak Mei 2020 dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri dan stabilisasi rupiah. Meski begitu, Sutopo bilang, BI percaya diri bahwa cadangan devisa cukup untuk menutupi utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan impor dalam lima sampai tujuh bulan. 

Masih akan melemah

Analis DCFX Lukman Leong mengatakan, kenaikan suku bunga The Fed akan diikuti oleh BI. Menurut dia, BI bisa menaikkan bunga acuan  maksimal hingga 5,5% dan secara moderat menjadi 5%. Dengan tren bunga naik dia memperkirakan, rupiah akan melemah ke Rp 15.500-Rp 15.700 per dollar AS.

Namun, menurut Sutopo, BI  harus menjaga agar tidak suku bunga tidak naik secara berlebihan. Dia meyakini, BI akan menghitung matang sebelum memutuskan kebijakan moneter pada 20 Oktober mendatang "Kenaikan bunga berlebih bisa merembet seperti efek domino, UMKM tutup, bisnis kecil tutup, pengangguran bertambah, kredit macet, tumbangnya properti, dan resesi," ucap dia.

Namun, hitungan Lukman, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS justru berpeluang menuju ke Rp 16.000 pada tahun depan. Penyebabnya, BI tidak akan menaikkan bunga secara agresif.

 Analis Monex Investindo Futures Andian Wijaya juga memperkirakan, kurs  rupiah masih akan didera tren kenaikan suku bunga secara global dan kemungkinan inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar. Dia memperkirakan tren rupiah hingga akhir tahun masih akan melemah dan bergerak di kisaran Rp 15.500-Rp 15.800 per dollar AS

Sementara Fikri masih optimis, rupiah masih terjaga di Rp 15.200 per dollar AS hingga akhir tahun. Tahun depan, rupiah akan ada di kisaran Rp 15.450 per dollar AS. 

Baca Juga: Rupiah Diprediksi Lanjut Melemah Pada Rabu (12/10), Berikut Sentimennya

Bagikan

Berita Terbaru

Pemerintah Kebut Revisi Perpres 35 Tahun 2018, OASA Geber Proyek Pengolahan Sampah
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 17:53 WIB

Pemerintah Kebut Revisi Perpres 35 Tahun 2018, OASA Geber Proyek Pengolahan Sampah

Revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 kabarnya memuat penghapusan skema tipping fee yang selama ini membebani pemerintah daerah.

Pesaing Masih Gencar Promosi Bikin Bisnis ODS Melambat, GOTO Andalkan Bisnis Fintech
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 16:13 WIB

Pesaing Masih Gencar Promosi Bikin Bisnis ODS Melambat, GOTO Andalkan Bisnis Fintech

Penurunan kerugian dari Tokopedia-TikTok Shop memberi sinyal positif bahwa GOTO berpeluang mencetak laba bersih lebih cepat dari perkiraan awal.

Ada Rumor Anak Usaha MDKA di Tambang Emas Bakal IPO September 2025, Begini Profilnya
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 15:37 WIB

Ada Rumor Anak Usaha MDKA di Tambang Emas Bakal IPO September 2025, Begini Profilnya

Proyek Emas Pani digadang-gadang akan menjadi salah satu tambang emas primer terbesar di Indonesia dan Asia Pasifik.

Berencana Liburan, Timbang Metode Pembayaran di Luar Negeri
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 12:00 WIB

Berencana Liburan, Timbang Metode Pembayaran di Luar Negeri

Berbagai alat pembayaran saat berlibur di luar negeri tersedia saat ini. Tapi, ada cara agar kemudahan bertransaksi tak bikin boros.

Penjualan Semen Bulan Juli Membaik & Diklaim bisa Berlanjut, Simak Prospek Saham INTP
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 11:01 WIB

Penjualan Semen Bulan Juli Membaik & Diklaim bisa Berlanjut, Simak Prospek Saham INTP

Prospek emiten semen, termasuk INTP sangat bergantung pada kebijakan pemerintah dan otoritas moneter.

Dua Tahun Terakhir ITMG Membagikan Dividen Interim pada September, bisa Dilirik?
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 09:41 WIB

Dua Tahun Terakhir ITMG Membagikan Dividen Interim pada September, bisa Dilirik?

Meski peluang cuan dari dividen menarik, investor mesti mencermati risiko dari sisi harga saham ITMG yang masih tertekan harga batubara.

Perdana, India Impor CPO dari Kolombia dan Guatemala, Begini Dampaknya buat Indonesia
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 08:45 WIB

Perdana, India Impor CPO dari Kolombia dan Guatemala, Begini Dampaknya buat Indonesia

Pembelian minyak sawit dari Amerika Latin diprediksi akan terus meningkat dalam beberapa bulan ke depan.​

Ambisi Prabowo Mengerek Tax Ratio Pupus
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 08:44 WIB

Ambisi Prabowo Mengerek Tax Ratio Pupus

Dalam Nota Keuangan beserta RAPBN 2026, di 2029 mendatang, tax ratio ditargetkan hanya sekitar 11,52%-15,01% dari PDB

Valuasi Harga Saham DKFT bisa Terkerek Jika Ekspansi ke Hilirisasi Nikel Terwujud
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 08:38 WIB

Valuasi Harga Saham DKFT bisa Terkerek Jika Ekspansi ke Hilirisasi Nikel Terwujud

Harga saham PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) sudah melambung ratusan persen sejak awal tahun 2025.

Metrodata Electronics (MTDL) Pacu Bisnis Data dan Akal Imitasi
| Rabu, 27 Agustus 2025 | 08:30 WIB

Metrodata Electronics (MTDL) Pacu Bisnis Data dan Akal Imitasi

Manajemen MTDL memproyeksikan bisnis data dan akal imitasi yang dijalani perusahaan dapat bertumbuh setidaknya 50% pada tahun ini

INDEKS BERITA

Terpopuler