Lunasi Utang Jatuh Tempo, Surya Semesta (SSIA) Bakal Tetap Ekspansif

Jumat, 30 Agustus 2019 | 05:35 WIB
Lunasi Utang Jatuh Tempo, Surya Semesta (SSIA) Bakal Tetap Ekspansif
[ILUSTRASI. Kawasan industri Suryacipta SSIA]
Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beban utang yang ditanggung PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) bakal berkurang.

Dalam waktu dekat, Surya Semesta Internusa (SSIA) akan melunasi utang obligasi yang segera jatuh tempo.

Utang obligasi yang dimaksud adalah obligasi Berkelanjutan I SSIA Seri A.

Surat utang senilai Rp 510 miliar itu jatuh tempo pada 22 September mendatang.

"Akan kami lunasi menggunakan kas internal," ujar Head of Investor Relations Surya Semesta Internusa Erlin Budiman kepada KONTAN belum lama ini.

Sementara, untuk obligasi Seri B baru akan jatuh tempo pada 22 September 2021 mendatang. Nilai emisi seri ini sebesar Rp 390 miliar.

Kas internal SSIA cukup memadai untuk melunasi utang tersebut. Ini tercermin dari posisi kas dan setara kas perusahaan ini, yakni Rp 1,11 triliun per Juni 2019.

Baca Juga: Surya Semesta (SSIA) yakin pendapatan kawasan industri bakal terus meningkat

Meski kas internal berpotensi berkurang lantaran pelunasan tersebut, namun hal ini tidak membatasi upaya ekspansi perusahaan.

Perusahaan pengelola kawasan industri Subang ini telah mencairkan pinjaman dari International Finance Corporation (IFC) senilai US$ 100 juta.

Pencairan dana ini kemudian dijadikan pinjaman kepada anak usahanya, PT Suryacipta Swadaya (SCS), dengan nilai Rp 1,45 triliun.

Sehingga, anak usaha tersebut memiliki tambahan dana untuk akuisisi lahan di Subang.

Ini merupakan bagian dari pengembangan tahap pertama proyek industri di kawasan tersebut.

"Tahun ini rencananya akuisisi 150 ha," tambah Erlin. Sepanjang semester pertama tahun ini, realisasinya sekitar 50 ha.

Manajemen memiliki target, tahap pertama proyek bernama Subang City of Industry ini dapat beroperasi pada semester kedua tahun depan.

Fase pertama proyek digarap di lahan seluas 250 hektare (ha). Luas keseluruhan proyek ini 2.000 ha, terdiri dari tiga fase pembangunan.

Baca Juga: Surya Semesta (SSIA) cairkan pinjaman US$ 100 juta

Dalam perencanaan SSIA, sebanyak 30% dari luas lahan 2.000 ha tersebut akan dibangun tempat tinggal, berupa apartemen dan rumah tapak.

Menurut Erlin, hal ini dilakukan untuk menyediakan perumahan bagi para pekerja di kawasan industri ini.

Bagikan

Berita Terbaru

Telkom (TLKM) Buyback Saham Senilai Rp 3 Triliun
| Jumat, 18 April 2025 | 07:26 WIB

Telkom (TLKM) Buyback Saham Senilai Rp 3 Triliun

PT  Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) akan melakukan buyback saham maksimal 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh sesuai ketentuan.

Meski Pasar Saham Masih Lesu, Emiten Investasi Siap Menggenjot Portofolio
| Jumat, 18 April 2025 | 07:17 WIB

Meski Pasar Saham Masih Lesu, Emiten Investasi Siap Menggenjot Portofolio

Sejumlah emiten investasi berencana menggenjot portofolio mereka pada 2025. Alokasi belanja modal (capex) jumbo telah disiapkan emiten.

Mengusung Nama Baru, EXCL dan Smartfren Resmi Merger
| Jumat, 18 April 2025 | 07:11 WIB

Mengusung Nama Baru, EXCL dan Smartfren Resmi Merger

Status Smartfren Telecom dan Smart Telecom berakhir. EXCL jadi entitas bertahan dengan nama PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk. ​

Tarif Royalti Naik, Emiten Minerba Tercekik
| Jumat, 18 April 2025 | 07:03 WIB

Tarif Royalti Naik, Emiten Minerba Tercekik

Kenaikan tarif royalti mineral dan batubara diproyeksi akan membebani kinerja keuangan emiten di sepanjang tahun 2025.  

Korporasi Inggris Caplok Dua Perusahaan Kelapa Sawit di Kaltim Senilai US$ 34,2 Juta
| Jumat, 18 April 2025 | 07:00 WIB

Korporasi Inggris Caplok Dua Perusahaan Kelapa Sawit di Kaltim Senilai US$ 34,2 Juta

M. P. Evans Group Plc mengakuisisi dua perusahaan perkebunan sawit dari Golden Land Berhad, entitas yang terdaftar di bursa saham Malaysia.

Menengok Faktor Pembentuk CDS Indonesia, dari Rupiah Hingga Bursa Saham RI dan AS
| Jumat, 18 April 2025 | 06:00 WIB

Menengok Faktor Pembentuk CDS Indonesia, dari Rupiah Hingga Bursa Saham RI dan AS

Meski beberapa hari terakhir melandai, credit default swap (CDS) Indonesia masih jauh lebih tinggi ketimbang rata-rata 2024.

Transisi Energi di Asia Diprediksi Makin Melambat Imbas Ketidakpastian Ekonomi Global
| Jumat, 18 April 2025 | 05:00 WIB

Transisi Energi di Asia Diprediksi Makin Melambat Imbas Ketidakpastian Ekonomi Global

Jika perang dagang global terus memanas, aktivitas ekspor dan impor bakal tertekan dan berefek ke permintaan terhadap listrik.

IHSG Naik 2,8% Pekan Ini, Saham BMRI dan BBNI Memimpin Top Laggards
| Jumat, 18 April 2025 | 05:00 WIB

IHSG Naik 2,8% Pekan Ini, Saham BMRI dan BBNI Memimpin Top Laggards

IHSG menguat 2,81% dalam perdagangan pekan ini periode 14-17 April 2025. IHSG tutup di angka 6.438,27.

Petinggi Grup Sinarmas Indra Widjaja Kembali Mangkir dari Panggilan KPK
| Jumat, 18 April 2025 | 04:00 WIB

Petinggi Grup Sinarmas Indra Widjaja Kembali Mangkir dari Panggilan KPK

Indra Widjaja dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kapasitasnya sebagai saksi dalam kasus dugaan investasi fiktif di PT Taspen.

Negara-Negara Pemegang Utang Terbesar AS, Jepang dan China Jawara
| Kamis, 17 April 2025 | 21:17 WIB

Negara-Negara Pemegang Utang Terbesar AS, Jepang dan China Jawara

Jepang masih menjadi pemegang terbesar surat utang Amerika Serikat (AS) US Treasury, menurut data terbaru yang dirilis pada 16 April 2025.

INDEKS BERITA

Terpopuler