Menakar Titik Balik AMMN: Asing Mulai Borong, Proyeksi Laba 2026 Tembus US$ 1 Miliar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham raksasa tambang tembaga dan emas, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), mulai menunjukkan taji dalam sebulan terakhir. Meski sempat terpuruk, saham terafiliasi Grup Salim ini mulai kembali dilirik investor institusi kakap dunia seiring dengan berubahnya ekspektasi pasar terhadap kinerja operasional perseroan di masa depan.
Pada perdagangan Jumat (19/12), investor asing tercatat melakukan akumulasi beli bersih (net buy) sebesar Rp 45,79 miliar pada saham AMMN. Jika diakumulasikan dalam sebulan terakhir, total beli bersih asing mencapai Rp 57,75 miliar. Pergerakan ini sukses mengerek harga saham AMMN naik tipis 0,4% di periode tersebut. Kendati demikian, secara historis saham ini masih menyimpan "luka" dengan koreksi sedalam -21,67% dalam tiga bulan terakhir.
Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, berpandangan bahwa kembalinya minat asing lebih mencerminkan pergeseran ekspektasi pasar ketimbang perbaikan kinerja jangka pendek. Pasar tampaknya menilai tekanan jual masif pada November lalu—akibat koreksi harga komoditas dan kekhawatiran normalisasi margin—sudah mencapai titik jenuh.
"Memasuki Desember, sentimen mulai bergeser karena pasar melihat tekanan kinerja tersebut bersifat sementara dan sebagian besar sudah tercermin (priced in) dalam harga saham," jelas Ekky kepada KONTAN, Rabu (17/12).
Data Bloomberg mengonfirmasi bahwa raksasa manajer investasi global seperti Blackrock Inc, Dimensional Fund Advisor LP, dan American Century Cos Inc mulai melakukan akumulasi pada Desember ini. Ekky menilai aksi ini kemungkinan akan berlanjut secara bertahap dengan horizon menengah hingga panjang.
Baca Juga: Dividen Interim Bawa Sentimen Positif Bagi Bank
Fase Krusial: Dari Investasi Menuju Produksi
Analis Sucor Sekuritas, Andreas Yordan Tarigan, menilai AMMN kini berada pada fase krusial. Setelah bertahun-tahun terjebak dalam periode investasi besar dan transisi operasional, fokus pasar kini bergeser pada realisasi kenaikan produksi.
Titik balik utama AMMN terletak pada dimulainya phase 8 di Batu Hijau. Fase ini diprediksi mendorong lonjakan volume produksi berkat perbaikan kadar bijih (ore grade) dan peningkatan kapasitas pengolahan. Andreas menegaskan bahwa pemulihan volume ini akan menjadi fondasi bagi pertumbuhan yang lebih berkelanjutan, bukan sekadar rebound jangka pendek.
Transformasi bisnis juga menjadi daya tarik utama. Beroperasinya smelter tembaga mengubah AMMN dari sekadar eksportir konsentrat menjadi produsen yang terintegrasi.
"Dengan meningkatnya utilisasi smelter, AMMN mulai menikmati nilai tambah dari hilirisasi, yang pada akhirnya memperkuat margin dan stabilitas kinerja," sebut Andreas.
Selesainya proyek-proyek strategis ini juga mengubah profil risiko keuangan perusahaan. Dengan berakhirnya fase belanja modal (capital expenditure) yang besar, arus kas perseroan diprediksi akan jauh lebih sehat. Kenaikan laba operasional kini bisa langsung tercermin pada kas internal, membuka ruang untuk penurunan rasio utang secara bertahap.
Baca Juga: Pemerintah Tunda Kenaikan Tarif Empat Jalan Tol
Untuk menjamin kesinambungan bisnis pasca-Batu Hijau, AMMN memiliki kartu as berupa Proyek Elang. Proyek ini memberikan visibilitas produksi jangka panjang yang sangat krusial bagi valuasi saham AMMN di masa depan.
Berdasarkan dinamika tersebut, Sucor Sekuritas menyusun proyeksi keuangan yang cukup berani untuk AMMN:
-
Pendapatan 2025: Diproyeksikan sebesar US$ 1,28 miliar.
-
Pendapatan 2026: Diprediksi melesat tajam ke US$ 4,04 miliar.
-
Laba Bersih: Setelah diperkirakan mencatat rugi bersih US$ 133 juta di 2025, AMMN diproyeksi mencetak laba bersih fantastis sebesar US$ 1,04 miliar pada 2026.
