Menanggapi Keluhan Rusia tentang Hambatan Ekspor Komoditas, AS Bekerjasama dengan PBB

Sabtu, 10 September 2022 | 17:39 WIB
Menanggapi Keluhan Rusia tentang Hambatan Ekspor Komoditas, AS Bekerjasama dengan PBB
[ILUSTRASI. Logo PBB terlihat di kantornya di New York, AS. (21/09/2020). REUTERS/Mike Segar]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Amerika Serikat (AS) bekerjasama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menanggapi keluhan tentang hambatan ekspor komoditas pangan dan pupuk yang disampaikan Rusia, demikian pernyataan pejabat senior AS pada Jumat. Menurut pejabat tersebut, tidak ada bukti tentang terhambatnya ekspor komoditas Moskow.

PBB, Turki, Ukraina, dan Rusia pada 22 Juli menyetujui apa yang digambarkan oleh Sekjen PBB Antonio Guterres sebagai paket kesepakatan untuk memulai kembali ekspor biji-bijian dan pupuk dari Ukraina sekaligus memperlancar pengiriman komoditas serupa dari Rusia.

"Kami tidak melihat adanya gangguan dalam kemampuan Rusia untuk mengirim makanan ke pasar. Pupuk masih mencapai pasar dengan kecepatan yang sama seperti biasanya," tutur James O'Brien, kepala Kantor Koordinasi Sanksi Departemen Luar Negeri.

AS dan negara-negara Barat lainnya menyatakan bahwa makanan dan pupuk dari Rusia dikecualikan dari sanksi atas invasi Moskow ke negeri tetangganya, Februari lalu. Namun Rusia menegaskan pemberlakuan sanksi membawa dampak yang menghambat ekspornya.

Baca Juga: Uni Eropa Mulai Konsultasi tentang Kontribusi Raksasa Teknologi bagi Biaya Jaringan

"Keluhan itu saya pikir, hanyalah contoh misinformasi," kata O'Brien.

Washington "bekerja dengan itikad baik," kata O'Brien. Ia menegaskan bahwa Rusia tidak memerlukan kesepakatan itu karena Rusia memiliki akses ke pasar melalui cara lain."

O'Brien mengatakan AS akan melakukan "semua yang kami bisa" untuk mengatasi keluhan tertentu dan "Rusia dan PBB baru saja terlibat dalam beberapa permintaan khusus yang ada di bawah perjanjian PBB dan saya pikir kita akan melihat kemajuan dalam hal itu. beberapa minggu ke depan."

Pejabat senior PBB dan Rusia bertemu di Jenewa pada hari Rabu untuk membahas keluhan Rusia. PBB menggambarkan diskusi tersebut sebagai hal yang positif dan sangat konstruktif. Baca cerita lengkapnya

O'Brien mengatakan PBB telah menengahi cara bagi AS untuk berbicara dengan beberapa perusahaan Rusia tentang masalah khusus.

Baca Juga: Fed Cenderung Naikkan Bunga Lagi, Imbal Hasil Treasury Dua Tahun Melonjak

"Kami akan melakukan apa yang diperlukan untuk menjelaskan kepada setiap pemain komersial bahwa mereka diizinkan untuk membeli makanan dan pupuk dari Rusia," katanya kepada wartawan. 

Ia menambahkan bahwa sejauh ini Washington hanya perlu menerbitkan satu comfort letter, yaitu semacam surat yang memperjelas bahwa transaksi diizinkan.

Moskow mengatakan sanksi logistik dan pembatasan kapal Rusia memasuki pelabuhan Barat atau pembatasan akses Rusia ke asuransi menghambat jalannya ke pasar dunia. Menurut Moskow, pelonggaran pembatasan termasuk bagian dari kesepakatan ekspor.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengkritik kesepakatan pada hari Rabu, mengatakan Ukraina mengekspor makanan dan pupuk ke Uni Eropa dan Turki daripada ke negara-negara miskin. Pakta yang memungkinkan ekspor Ukraina akan diperbarui pada November.

PBB telah mengatakan bahwa 30% dari biji-bijian dan bahan makanan lainnya yang telah meninggalkan Ukraina di bawah kesepakatan sejauh ini telah pergi ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah.

 

 

Bagikan

Berita Terbaru

Harga Saham BBRI Kembali ke Jalur Menanjak Seiring Akumulasi Blackrock dan JP Morgan
| Kamis, 18 September 2025 | 08:38 WIB

Harga Saham BBRI Kembali ke Jalur Menanjak Seiring Akumulasi Blackrock dan JP Morgan

Pertumbuhan kredit Bank BRI (BBRI) diproyeksikan lebih bertumpu ke segmen konsumer dan korporasi, khususnya di sektor pertanian dan perdagangan. 

Investor Asing Pandang Netral ke Perbankan Indonesia, BBCA, BMRI, & BBRI Jadi Jagoan
| Kamis, 18 September 2025 | 07:55 WIB

Investor Asing Pandang Netral ke Perbankan Indonesia, BBCA, BMRI, & BBRI Jadi Jagoan

Likuiditas simpanan dan penyaluran kredit perbankan yang berpotensi lebih rendah sepanjang tahun ini jadi catatan investor asing.

Menanti Tuah Stimulus Saat Ekonomi Masih Lemah
| Kamis, 18 September 2025 | 07:19 WIB

Menanti Tuah Stimulus Saat Ekonomi Masih Lemah

Meski berisiko, penempatan dana ini bisa jadi sentimen positif bagi saham perbankan, karena ada potensi perbaikan likuiditas dan kualitas aset.

JITEX Bidik Transaksi Rp 14,9 Triliun
| Kamis, 18 September 2025 | 07:15 WIB

JITEX Bidik Transaksi Rp 14,9 Triliun

JITEX 2025 diikuti  335 eksibitor dan 258 buyer. Tahun ini kami menghadirkan buyer internasional dari sembilan negara dan lebih banyak investor

 Pengusaha Minta Setop Impor Baki Makan Bergizi
| Kamis, 18 September 2025 | 07:12 WIB

Pengusaha Minta Setop Impor Baki Makan Bergizi

Kapasitas produksi dalam negeri dinilai mampu memenuhi kebutuhan food tray program MBG. sehingga tidak perlu impor

Progres Proyek LRT  Fase 1B Capai 69,88%
| Kamis, 18 September 2025 | 07:00 WIB

Progres Proyek LRT Fase 1B Capai 69,88%

Pada Zona 1, yakni Jl. Pemuda Rawamangun dan Jl. Pramuka Raya, progres pembangunan telah mencapai 69,06%

Penjualan Ciputra (CTRA) Bisa Terpacu Tren Bunga Layu
| Kamis, 18 September 2025 | 06:58 WIB

Penjualan Ciputra (CTRA) Bisa Terpacu Tren Bunga Layu

CTRA berada di posisi yang tepat untuk mempertahankan pertumbuhan, margin, dan mendorong nilai jangka panjang

Permintaan Tumbuh, BSDE Rajin Merilis Ruko Baru
| Kamis, 18 September 2025 | 06:57 WIB

Permintaan Tumbuh, BSDE Rajin Merilis Ruko Baru

BSDE mengantongi marketing sales ruko Rp 1,26 triliun atau berkontribusi sekitar 25% dari total pra-penjualan di semester I-2025

Suku Bunga The Fed Turun, Pelemahan Indeks Dolar AS Masih Bisa Berlanjut
| Kamis, 18 September 2025 | 06:55 WIB

Suku Bunga The Fed Turun, Pelemahan Indeks Dolar AS Masih Bisa Berlanjut

Penurunan suku bunga Federal Reserve biasanya turut menyebabkan dolar AS melemah dalam jangka pendek

Izin Ekspor Freeport Tak Diperpanjang
| Kamis, 18 September 2025 | 06:52 WIB

Izin Ekspor Freeport Tak Diperpanjang

Ekspor konsentrat tembaga telah dilarang sejak 1 Januari 2025 berdasarkan Permendag Nomor 22 Tahun 2023 junto Permendag Nomor 20 Tahun 2024.

INDEKS BERITA

Terpopuler