Mengukur Prospek Indosat di Tengah Kinerja yang Tersendat

Sabtu, 06 April 2019 | 05:15 WIB
Mengukur Prospek Indosat di Tengah Kinerja yang Tersendat
[]
Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri telekomunikasi dihantam berbagai tekanan sepanjang tahun 2018 lalu. PT Indosat Tbk (ISAT) pun harus menelan rugi bersih hingga Rp 2,40 triliun. Selain tercekik perang tarif, Indosat juga terkena dampak aturan registrasi kartu perdana prabayar yang berlaku sejak akhir 2017 silam.

Selama ini, Indosat memang banyak menjaring pelanggan dengan promo paket perdana. Alhasil, kebijakan registrasi kartu SIM membuat jumlah pelanggan Indosat menyusut drastis. Agar tak makin melempem, Indosat mengatur siasat untuk memulihkan kinerja. Salah satunya memperbaiki kualitas jaringan.

Menilik laporan keuangan Indosat tahun 2018, basis pelanggan perusahaan tercatat sebesar 58 juta atau turun 47,3% bila dibandingkan tahun 2017. Inilah yang jadi salah satu peyebab penurunan pendapatan sebesar 22,7% menjadi Rp 23,13 triliun. Di tahun 2017, operator telekomunikasi ini masih mampu mencetak pendapatan Rp 29,92 triliun dengan laba bersih Rp 1,13 triliun. 

Pendapatan dari tiga lini bisnis Indosat turun. Pendapatan bisnis seluler yang terdiri dari bisnis data, voice dan sms, merosot 26,4% jadi Rp 18,02 triliun. Sementara itu, pendapatan bisnis multimedia turun 3% menjadi Rp 4,38 triliun dan pendapatan dari bisnis telekomunikasi anjlok 20,1% menjadi Rp 729,3 miliar.

Indikator utama (dalam miliar rupiah) 2018 2017 Perubahan (%)
Pendapatan 23.139,5 29.926,1 (22,7)
*Selular 18.026,9 24.495,6 (26,4)
*MIDI 4.383,3 4.517,5 (3,0)
*Telekomunikasi Tetap 729,3 913,0 (20,1)
Beban-beban (23.604,3) (25.839,6) (8,8)
(Rugi) Laba Operasi (464,8) 4.032,5 (111,5)
Beban lain-lain bersih (2,198,7) (2.092,1) 5,1
(Rugi) laba tahun berjalan (2,403,8) 1.135,8  
EBITDA 6.500,1 12.762,7 (49,1)
Margin EBITDA 28,1% 42,6% (14,5 ppt)

****Sumber: Laporan keuangan Indosat 2018

Faktor lain penekan kinerja Indosat yakni pendapatan dari bisnis data. Tahun lalu, Indosat masih agresif berpromosi paket data murah, sementara pesaingnya mulai menekan promosi dan mendorong penjualan paket data normal.

Diskon dan program loyalitas pelanggan Indosat sepanjang tahun 2018 telah mencapai Rp 5,22 triliun. Selain itu, biaya keuangan Indosat juga meningkat  5,1% menjadi Rp 2,19 triliun, yang makin menekan kinerja perusahaan. 

Kinerja operasional 2018 2017 %Perubahan
Pelanggan pasca bayar (juta) 1,6 1,2 32,2
Pelanggan pra bayar (juta) 56,4 109,0 (48,2)
Jumlah pelanggan (juta) 58,0 110,2 (47,3)
ARPU (Rp ribu) 18,7 20,3 (7,9)
Trafik data (TB) 1.870.428 1.802.942 72,7
Trafik SMS (juta) 30,5 107,9 (71,7)

***Sumber: Laporan keuangan Indosat

Ekspansi jumbo

Kini, perbaikan mutu layanan dan jangkauan sinyal jadi strategi para operator untuk menjaring pelanggan. Apalagi kini, operator tak banyak bisa bermain dengan volume dan besaran tarif data di saat jumlah pelanggan makin menyusut. 

Di bawah kepemimpinan Chris Kanter sebagai nahkoda baru, Indosat  menerapkan strategi bernama "LEAD" yang meliputi peningkatan kinerja SDM, network, B2B, dan layanan pelanggan. Group of Head Corporate Communications PT Indosat Tbk, Turina Farouk mengatakan, Indosat bakal fokus meningkatkan kepercayaan pelanggan melalui berbagai macam program. 

Selain itu, Indosat menyiapkan belanja modal jumbo untuk memperbaiki kualitas jaringannya. Maklum, jika dibandingkan kompetitor, kualitas jaringan Indosat masih kalah saing.  Indosat berencana membangun sekitar 18.000 BTS jaringan 4G dengan menggelontorkan belanja modal (capital expenditure) Rp 10 triliun.  Perusahaan ini juga akan menambah site 4G sebanyak 4.200 site. Pada 2018, Indosat sudah memiliki 26.100 BTS 4G.

Indosat pun yakin industri telekomunikasi bakal lebih stabil di tahun ini. Registrasi kartu SIM dinilai membuat perang tarif mereda. "Persaingan menjadi lebih sehat," ujar dia kepada KONTAN, Kamis (4/4). Sehingga, ia berharap tahun ini pendapatan Indosat bisa kembali tumbuh. 

Indosat bahkan mencoba mencari peruntungan dari beberapa bisnis lainnya. Misalnya bisnis piranti lunak dan piranti keras untuk komputer, termasuk jasa konsultasi dan manajemen fasilitas yang berhubungan dengan komputer dan sistem informasi lainnya.

Selain itu, Indosat juga merambah ke bisnis hosting termasuk penyediaan infrastruktur dan pengoperasioan portal web dan platform digital. Perusahaan ini juga akan menyediakan tenaga kerja untuk call center. Ini menjadi diversifikasi bisnis Indosat untuk memperoleh nilai tambah di tengah erosi harga akibat perang tarif.

Masih akan rugi

Ekspansi Indosat meningkatkan kualitas jaringan dinilai cukup tepat. Gani, Analis Ciptadana Sekuritas Asia mengatakan, di antara pesaing utama Indosat, yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL), kualitas jaringan Indosat memang paling ketinggalan. 

"Subscriber Indosat sudah turun karena kebijakan registrasi kartu SIM. Jadi Indosat harus mempertahankan subscriber yang ada dengan meningkatkan kualitas jaringan," ujar dia. 

Gani menghitung pendapatan Indosat masih bisa tumbuh tipis di tahun ini menjadi Rp 24,4 triliun. Namun, tingginya belanja modal perusahaan bakal menggerus margin. Sehingga, ia meramal Indosat masih akan membukukan kerugian sebesar Rp 2,5 triliun pada tahun ini. 

Dengan tarif yang lebih stabil, seharusnya Indosat bisa mencetak pertumbuhan pendapatan dalam beberapa tahun ke depan. Tapi hitungan Gani, meski bakal tumbuh, pendapatan Indosat dalam dua tahun ke depan masih belum bisa kembali ke angka tahun 2017 yang hampir mencapai Rp 30 triliun. Sehingga, Indosat diprediksi baru bisa mencetak laba pada tahun 2022 mendatang. 

Analis JP Morgan Ranjan Sharma juga bilang, kualitas jaringan Indosat masih akan menekan pangsa pasar dan profitabilitas. Dalam riset 28 Maret 2019, ia mengatakan Indosat belum banyak membukukan keuntungan dari bisnis data. Dus, kerugian Indosat masih akan berlanjut dalam tiga tahun ke depan. 

Meski demikian, kinerja saham Indosat sepanjang tahun ini alias year to date masih tumbuh 55,49%. Per Jumat (5/4) harga saham Indosat diperdagangkan di level Rp 2.620 per saham dengan price to book value 1,17 kali. 

Rasio 2018 2017
EV/EBITDA (x) 6,0 2,8
PER (x) n/a 15,2
PBV (x) 1,5 1,2
Dividend yield (%) 3,5 3,2
ROE (21,5) 8,1

Kinerja yang melempem di tahun 2018 pun membuat JP Morgan memberikan rekomendasi underweight untuk saham ISAT. Target harga di akhir tahun ini berada di level Rp 1.700 berdasarkan 4,2 kali forward EV/EBITDA. Sementara itu, Gani memangkas rekomendasi saham ISAT menjadi jual dengan target harga Rp 1.900 per saham dari sebelumnya Rp 2.000 per saham. 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:11 WIB

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak

BI menargetkan volume transaksi QRIS tahun 2025 mencapai 15,37 miliar atau melonjak 146,4% secara tahunan dengan nilai Rp 1.486,8 triliun 

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:07 WIB

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS

Bank CIMB Niaga berpotensi memiliki bank syariah beraset jumbo. Pasalnya, bank melakukan penjajakan untuk konsolidasi dengan bank syariah​

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 08:00 WIB

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati

Kondisi ekonomi global yang tak pasti serta suku bunga tinggi menekan industri barang mewah di tahun 2025

Berhentilah Menebang Masa Depan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:10 WIB

Berhentilah Menebang Masa Depan

Bencana  banjir dan longsor di tiga provinsi Sumatra jadi momentum reformasi kebijakan perizinan dan tata ruang Indonesia.​

Jangan Jadi Tradisi
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:00 WIB

Jangan Jadi Tradisi

Lonjakan harga-harga komoditas pangan menjelang Nataru ataupun saat puasa dan Lebaran harus disikapi serius pemerintah lewat kebijakan.

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:55 WIB

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang

Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO), Bryan David Emil, memilih aset berjangka menengah panjang dalam portofolio investasinya.

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:50 WIB

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil

Pemangkasan target penjualan mobil baru oleh Gaikindo menjadi 780.000 unit menegaskan tekanan pada industri otomotif belum mereda.

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:48 WIB

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan

Pemulihan daya beli masyarakat mulai terlihat di Oktober 2025, namun belum merata. Kredit rumahtangga jadi penopang utama pertumbuhan kredit OJK.

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:30 WIB

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot menguat 0,18% secara harian ke Rp 16.646 per dolar AS pada Jumat (12/12).

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 05:20 WIB

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam

SMLE memperkuat bisnis nilam sebagai salah satu komoditas strategis di Indonesia dengan fokus pada kategori wewangian (fragrance & flavors).

INDEKS BERITA