KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor saham bersorak gembira. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 13 hari dari 17 hari perdagangan di semester kedua atau sejak awal Juli.
Prediksi IHSG kembali tembus level 7.000 bisa dibilang tinggal menghitung hari. Optimisme investor ini beriringan dengan rilis kinerja keuangan emiten semester pertama 2023 yang turut disokong momen Ramadan dan Lebaran.
Sejumlah emiten bank besar yang melaporkan kenaikan pendapatan dan laba. Emiten retail besar seperti Mitra Adiperkasa (MAPI) pun mencatat kenaikan top line meski ada penurunan bottom line.
Memang, tak semua emiten mencatat kinerja ciamik di semester pertama tahun ini. Emiten jumbo yang baru merilis kinerja, Unilever Indonesia (UNVR) bahkan mencatat penurunan pendapatan dan laba.Artinya, pemulihan ekonomi belum merata meski status pandemi telah dicabut.
Kondisi ekonomi global masih belum menunjukkan titik terang membayangi pasar saham Indonesia. Lalu, apa yang mendasari optimisme pasar yang tercermin pada kenaikan IHSG?
Harapan bahwa rezim kenaikan suku bunga berakhir menjadi salah satu penyokong pasar saham dan aset berisiko lain. Suku bunga yang tidak lagi naik menyebabkan minat investor untuk menaruh dana di aset aman seperti US Treasury atau surat utang negara (SUN) untuk di Indonesia, menjadi berkurang.
Apalagi jika ada kemungkinan suku bunga turun. Suku bunga yang murah akan mengangkat minat pencarian dana bagi emiten dan pengusaha sebagai modal ekspansi.
Juli ini diramal menjadi titik balik rezim kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS). Meski sebagian pelaku pasar meramal suku bunga masih berpotensi naik sekali lagi hingga tutup tahun, kenaikan sudah jauh-jauh hari diantisipasi.
Arus dana asing yang masuk ke pasar saham turut menambah jumlah permintaan pada instrumen saham. Aksi beli turut mengangkat harga saham dan IHSG.
Ingatlah bahwa rekor tertinggi IHSG berada di 7.377, masih ada potensi kenaikan lebih dari 6% dari posisi sekarang. IHSG pun baru naik 1,4% sejak awal tahun. Bandingkan dengan indeks acuan AS, S&P 500 yang sudah naik 19,44% di periode yang sama.
Meski sebagian emiten mencatat kinerja jeblok, cermati proyeksi selanjutnya dari emiten yang muncul seiring laporan keuangan semester pertama. Karena investasi saham adalah investasi masa depan.