Meski Kinerja Turun, Saham BUMI Masih Direkomendasikan Beli

Kamis, 08 Agustus 2019 | 16:43 WIB
Meski Kinerja Turun, Saham BUMI Masih Direkomendasikan Beli
[]
Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) cenderung turun dalam sebulan terakhir. Hal itu sejalan dengan lesunya harga batubara, yang turut menekan kinerja keuangan perusahaan. 

Meski demikian, masih ada potensi kenaikan lumayan besar untuk saham ini. Analis Kresna Securities Robertus Hardy masih merekomendasikan buy untuk saham BUMI dengan target harga akhir tahun Rp 300 per saham. 

Baca Juga: Berusia 29 Tahun di Pasar Modal, Begini Kisah Bumi Resources Setelah IPO (Bagian 2) 

Menurut data RTI, Kamis (8/8) saham BUMI ditutup di Rp 103 per saham, atau turun 0,96% dibandingkan hari sebelumnya. Price earning ratio (PER) saham anggota indeks Kompas100 ini sebesar 2,94 kali dengan earning per share (EPS) Rp 35 kali. 

Robertus memperkirakan, sampai akhir tahun 2019, laba bersih BUMI akan mencapai US$ 125,8 juta. Angka ini masih turun 42,9% ketimbang pencapaian laba bersih tahun lalu. Target laba bersih itu setara dengan EPS Rp 27,3 per saham. 

Namun, perlu diperhatikan pula, BUMI masih menjalankan proses restrukturisasi utangnya. Sehingga, ada potensi saham tambahan dari konversi mandatory convertible bond (MCB) terkait restrukturisasi utang tersebut. Jika memperhitungkan konversi MCB, EPS BUMI setara Rp 14 per saham. 

Baca Juga: Bakrie & Brothers berharap pipa Trans Kalimantan jadi proyek strategis nasional 

"Kami mempertahankan rekomendasi beli saham BUMI dengan target harga Rp 300 yang mencerminkan 11 kali/21 kali terhadap PER 2019" ujar Robertus. Target harga ini lebih rendah dari target harga sebelumnya Rp 400 per saham lantaran ada revisi target laba bersih BUMI tahun ini. 

Salah satu sentimen positif BUMI ialah perusahaan ini cukup konsisten mempercepat restrukturisasi utang. BUMI sudah menurunkan defisit ekuitas senilai US$ 149,5 juta dalam 12 bulan terakhir. Defisit ekuitas BUMI di semester I pun turun menjadi US$ 2,61 miliar, dari sebelumnya US$ 2,76 miliar. 

Utang jangka panjang BUMI sepanjang semester I 2019 turun 8,5% menjadi US$ 1,45 miliar, dari US$ 1,59 miliar di semester I 2018. Ke depannya, Robertus memperkirakan pembayaran utang akan lebih besar dan bisa mendorong laba bersih BUMI. 

Di sisi lain, sepanjang semester I 2019 ini pendapatan dan laba bersih BUMI masih tertekan oleh turunnya penjualan dari tambang Arutmin. PT Arutmin Indonesia, hanya menjual 11,4 juta ton batubara di semester I 2019, atau turun 18% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 13,9 juta ton. 

Pendapatan BUMI pun turun 14% year on year (yoy) menjadi US$ 481,4 juta dari US$ 560,7 juta, di saat harga jual atau free on board (fob) batubara Arutmin tumbuh 2,8% yoy menjadi US$ 40,10 per ton. 

Baca Juga: Berusia 29 Tahun di Pasar Modal, Begini Kisah Bumi Resources (BUMI) Menjelang IPO 

Sementara itu, volume penjualan dari tambang PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang 51% sahamnya dimiliki BUMI justru meningkat 9,5% yoy menjadi 30,1 juta ton. Namun, FOB KPC turun 14% yoy menjadi US$ 58,2 per ton. Sehingga, kontribusi laba bersih ke BUMI lebih rendah 54% yoy atau hanya US$ 58,7 juta. 

Di sisi lain, anak usaha BUMI lainnya, PT Dharma Henwa Tbk (DEWA) dan IndoCoal Resources Ltd, membukukan rugi bersih masing-masing US$ 2 juta dan US$ 4 juta. 

Namun, PT Dairi Prima Minerals, subsidiary BUMI yang baru beroperasi, mulai berkontribusi ke laba bersih perusahaan, sebesar US$ 45.824. Baru-baru ini, DEWA juga menerima proyek hauling road senilai US$ 2,1 juta untuk tambang seng milik Dairi Prima di Sumatera Utara. 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Peluang Bertumbuh Emiten Pariwisata Panorama (PANR) & Destinasi Tirta (PDES)
| Jumat, 16 Mei 2025 | 01:29 WIB

Peluang Bertumbuh Emiten Pariwisata Panorama (PANR) & Destinasi Tirta (PDES)

Total kepemilikan saham PANR di PDES bertambah menjadi 457,6 juta saham (64,01%) dari sebelumnya 456,19 juta saham (63,8%).

Jumlah Pengangguran Naik, Tingkat Pengangguran Indonesia Berada di 4,76%
| Kamis, 15 Mei 2025 | 21:11 WIB

Jumlah Pengangguran Naik, Tingkat Pengangguran Indonesia Berada di 4,76%

Penduduk usia kerja Indonesia pada Februari 2025 mencapai 216,79 juta orang. Angka ini bertambah 2,79 juta orang dibandingkan tahun sebelumnya.

IHSG Tembus 7.000, Net Buy Asing Mencapai Rp 1,68 Triliun Hari Ini (15/5)
| Kamis, 15 Mei 2025 | 18:52 WIB

IHSG Tembus 7.000, Net Buy Asing Mencapai Rp 1,68 Triliun Hari Ini (15/5)

Kamis (15/5), IHSG menguat 0,86% atau 60,28 poin ke 7.040,16 pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Mengeruk Pajak Sektor Ilegal, Pembenahan Tata Kelola Jadi Tantangan Utama
| Kamis, 15 Mei 2025 | 14:54 WIB

Mengeruk Pajak Sektor Ilegal, Pembenahan Tata Kelola Jadi Tantangan Utama

Beberapa sektor ilegal yang menjadi radar Menteri Keuangan Sri Mulyani antara lain illegal fishing, illegal logging, dan illegal mining.

Cardig Aero Services Berganti Nama dan Alamat Kantor, Begini Kata Manajemen
| Kamis, 15 Mei 2025 | 14:29 WIB

Cardig Aero Services Berganti Nama dan Alamat Kantor, Begini Kata Manajemen

Penggantian nama dan alamat kantor merupakan langkah strategis perusahaan. Hal ini sejalan dengan perubahan komposisi pemegang saham.

Kubu Taipan Alim Markus Gugat Bank Maspion (BMAS) Rp 283,72 Miliar, Simak Alasannya
| Kamis, 15 Mei 2025 | 12:41 WIB

Kubu Taipan Alim Markus Gugat Bank Maspion (BMAS) Rp 283,72 Miliar, Simak Alasannya

Manajemen BMAS menyatakan bahwa hingga Mei 2025, proses hukum masih berlangsung di Pengadilan Negeri Surabaya.

Profit 28,6% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Rontok Lagi (15 Mei 2025)
| Kamis, 15 Mei 2025 | 08:59 WIB

Profit 28,6% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Rontok Lagi (15 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (15 Mei 2025) 1 gram Rp 1.866.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 28,6% jika menjual hari ini.

Industri Elektronik Global dan Indonesia Tengah Tertekan, Begini Kondisinya Terkini
| Kamis, 15 Mei 2025 | 08:44 WIB

Industri Elektronik Global dan Indonesia Tengah Tertekan, Begini Kondisinya Terkini

Sejumlah pabrikan elektronik terpaksa menaikkan harga jual di tengah daya beli masyarakat yang melemah.

Emiten Properti Portofolio Lo Kheng Hong Belum Bertaji, Analis Sarankan Wait And See
| Kamis, 15 Mei 2025 | 08:09 WIB

Emiten Properti Portofolio Lo Kheng Hong Belum Bertaji, Analis Sarankan Wait And See

Secara umum analis menilai saham-saham properti memiliki peluang untuk kembali melanjutkan penguatan.

 Laju Penjualan Mobil Masih Melambat
| Kamis, 15 Mei 2025 | 07:45 WIB

Laju Penjualan Mobil Masih Melambat

Daru data Gaikindo, secara bulanan laju penjualan mobil pada April 2025 baik whole sale dan retail kompak turun

INDEKS BERITA

Terpopuler