Mulai Kurangi Pembelian Aset, The Fed Tetap Prioritaskan Lapangan Kerja

Kamis, 04 November 2021 | 15:16 WIB
Mulai Kurangi Pembelian Aset, The Fed Tetap Prioritaskan Lapangan Kerja
[ILUSTRASI. Pimpinan Federal Reserve Jerome Powell dalam acara yang disiarkan di sebuah layar televisi di New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, New York, AS, 28 Juli, 2021. REUTERS/Andrew Kelly]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Federal Reserve, Rabu (3/11), kembali menegaskan komtimen untuk memprioritaskan pemulihan lapangan kerja di Amerika Serikat (AS) secara penuh. Otoritas moneter juga mengulangi keyakinannya bahwa inflasi yang mulai meningkat bersifat sementara. 

Kendati ada risiko tekanan inflasi, otoritas moneter di AS berharap tekanan harga akan mereda dan membuka jalan bagi lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat di bulan-bulan mendatang.

Pernyataan itu mengisyaratkan The Fed akan tetap sabar menanti pertumbuhan lapangan kerja, sebelum menaikkan bunga. Kesan itu muncul kendati The Fed sudah menyatakan akan menyimpan strategi utamanya di masa pandemi, yaiu pembelian obligasi secara besar-besaran. Mulai bulan ini, The Fed akan memangkas nilai obligasi yang ditampungnya. 

Baca Juga: Sempat jatuh pasca pengumuman The Fed, harga Bitcoin kembali mendaki

"Ketidakseimbangan pasokan dan permintaan terkait dengan pandemi dan pembukaan kembali ekonomi telah berkontribusi terhadap kenaikan harga yang cukup besar di beberapa sektor," demikian pernyataan kebijakan terbaru The Fed. Otoritas juga menyatakan "perbaikan rantai pasok akan mendukung kelanjutan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja serta memperlambat laju inflasi."

Jerome Powell, pimpinan The Fed, menyatakan, otoritas moneter mendorong pasar tenaga kerja lebih jauh dengan suku bunga rendah, dan menahan penilaian tentang batas penciptaan lapangan kerja hingga wabah virus corona dapat lebih terkendali.

"Idealnya, kita akan melihat perkembangan lebih lanjut dari pasar tenaga kerja dalam konteks di mana tidak ada lonjakan Covid lain. Dan kemudian kita akan dapat melihat banyak hal. Untuk melihat bagaimana partisipasi (tenaga kerja) bereaksi di dunia pascapandmei," tutur dia. 

Baca Juga: Harga minyak mentah turun, tertekan peningkatan stok AS

"Kita harus melihat beberapa waktu pasca-Covid, atau pasca-Delta, untuk melihat apa yang mungkin terjadi," kata Powell mengacu ke varian virus corona yang sebagian besar bertanggung jawab terhadap lonjakan kasus baru dan perlambatan ekonomi selama tiga bulan terakhir.

Powell mengakui tekanan inflasi yang tinggi, dan menyebutnya sebagai akibat dari "kekacauan" yang terjadi dalam rantai pasokan global, yang kemungkinan berlangsung hingga paruh kedua tahun depan. Dan selama itu terjadi, keluarga dengan pendapatan tetap atau lebih rendah akan menghadapi tantangan yang tidak mudah.

Inflasi selama lima bulan terakhir telah berjalan dua kali lipat dari target Fed yaitu 2%. Dan, inflasi bergerak dengan cara yang menurut Powell dapat memenuhi patokan bank sentral untuk kenaikan suku bunga, setelah target penyediaan kerja hingga tingkat maksimum tercapai.

Tetapi untuk saat ini, katanya, The Fed akan "bersabar" dalam memutuskan kapan akan menaikkan suku bunga overnight, yang menjadi acuan, dari level mendekati nol.Sikap ini berlawanan dengan spekulasi di pasar keuangan bahwa inflasi akan memicu bank sentral untuk mencabut stimulus ekonomi di masa pandemi pandemi lebih cepat dari rencana semula.

The Fed tahun lalu mengatakan akan menoleransi inflasi yang lebih tinggi, dengan harapan mendorong lebih banyak pertumbuhan pekerjaan. Namun tingkat kenaikan harga di tahun ini, memicu skeptisisme terhadap kedalaman komitmen bank sentral dalam menggulirkan pendekatan baru itu.

"Kami tidak berpikir sudah waktunya untuk menaikkan suku bunga. Masih ada tempat untuk menutupi untuk mencapai pekerjaan maksimum," kata Powell, sambil menambahkan bahwa dia berpikir bahwa tujuan itu mungkin bisa dicapai akhir tahun depan.

Baca Juga: Gold edges higher after Fed taper plan

The Fed, seperti yang diperkirakan, pada Rabu mengumumkan rencana mengurangi nilai pembelian surat utang pemerintah AS (treasury) dan hipotek dengan jaminan efek (MBS) sebesar $15 miliar per bulan. Mengingat total nilai pembelian saat ini sebesar US$ 120 miliar, program pembelian diperkirakan akan tuntas pada pertengahan 2022.

Pemangkasan pembelian obligasi, menjadi sumber turbulensi pasar ketika The Fed merencanakan keluar dari program pembelian aset serupa yang diluncurkan untuk melawan resesi di periode 2007-2009. Namun kali ini, program tersebut berhasil dihentikan tanpa gangguan berarti.

Pernyataan bank sentral untuk mempertahankan kebijakan akomodatif yang sedang berlangsung membantu mendorong indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite ke rekor penutupan tertinggi.

Baca Juga: Rekor Wall Street berlanjut setelah The Fed mengumumkan langkah tapering

Imbal hasil treasury mengakhiri perdagangan Rabu di posisi lebih tinggi. Tetapi langkah itu lebih terasa pada seri treasury dengan tenor lebih panjang, yang lebih sensitif terhadap ekspektasi inflasi. 

Imbal hasil treasury berjangka 10 tahun, yang merupakan patokan di pasar, mengakhiri sesi di atas 1,60% untuk pertama kalinya dalam seminggu. Sementara imbal hasil treasury bertenor 2 tahun, proksi untuk ekspektasi suku bunga Fed, berdetak sedikit lebih tinggi menjadi sekitar 0,46%.

Memang, investor dalam beberapa minggu terakhir tidak terlalu memusingkan pengurangan pembelian obligasi, dan lebih mencermati reaksi Fed atas lonjakan harga yang terlihat bertahan lebih lama daripada yang diantisipasi. Harga terlihat mulai bergerak pada musim semi.

Tanggapan Powell adalah mengakui ketidakpastian. Namun ketidakpastian itu pula yang menjadi alasan Powell bahwa The Fed tidak boleh terburu-buru menaikkan suku bunga, ketika masih ada kemungkinan inflasi akan mereda dengan sendirinya dan memungkinkan pekerja memiliki lebih banyak waktu untuk mencari pekerjaan.

"Ketika pandemi mereda, kemacetan rantai pasokan akan berkurang dan pertumbuhan pekerjaan akan naik kembali," katanya. "Dan saat itu terjadi, inflasi akan menurun dari tingkat yang meningkat hari ini. Tentu saja, waktunya sangat tidak pasti."

The Fed menginstruksikan agen pasarnya di Fed New York untuk mulai mengeksekusi pengurangan pembelian obligasi di pertengahan bulan ini. Namun, instruksi itu hanya berlaku untuk November dan Desember. Mulai pertengahan November, The Fed akan membeli US$ 70 miliar treasury dan US$ 35 miliar MBS per bulan. Nilai pembelian akan turun menjadi US$ 60 miliar treasury dan US$ 30 miliar MBS per bulan pada pertengahan Desember.

Baca Juga: Saham-saham ini banyak dilego asing jelang tapering The Fed

Pembuat kebijakan, menurut Fed, menilai bahwa "pengurangan dalam nilai pembelian aset bersih kemungkinan akan disesuaikan setiap bulan, namun juga bersiap menyesuaikan laju pembelian jika ada jaminan perubahan prospek ekonomi."

Jika ekonomi terus berkembang seperti yang diharapkan, The Fed dapat menyelesaikan pengurangan pembelian tersebut pada pertengahan tahun depan, kata Powell. Dia menekankan bahwa pejabat memiliki fleksibilitas untuk mempercepat, atau memperlambat, pelonggaran berdasarkan apa yang terjadi dalam perekonomian.

"Mereka melindungi taruhan mereka, tetapi itu bukan sesuatu yang baru, karena kami telah mendengar secara terbuka bahwa mereka sedikit kurang percaya diri bahwa hal-hal akan turun secepat yang mereka pikirkan," kata Joseph LaVorgna, Americas. kepala ekonom di Natixis di New York.

"Seiring dengan gangguan pasokan, hal-hal hanya berlarut-larut sedikit lebih lama dan pernyataan itu mencerminkan kenyataan itu," kata LaVorgna.

Selanjutnya: Untuk Pertama Kali, Exxon Mengakui Aset Migas Miliknya Terancam Perubahan Iklim

 

Bagikan

Berita Terbaru

Saat Kendaraan Bermotor Berbagi Jalan dengan Kawanan Gajah
| Minggu, 23 November 2025 | 05:15 WIB

Saat Kendaraan Bermotor Berbagi Jalan dengan Kawanan Gajah

Koridor di bawah Tol Pekanbaru-Dumai menjadi jalur lalu-lalang kawanan gajah. Koridor itu hasil kompromi proyek infrastruktur dan konservasi.

Persoalan P2P Lending
| Minggu, 23 November 2025 | 05:05 WIB

Persoalan P2P Lending

Kenapa OJK lambat menindak Crowde, padahal kasak kusuk mengenai ketidak beresan di P2P lending itu sudah santer terdengar sejak awal tahun 2025.

Kiprah Pejalan Kaki Menghidupkan Ruang-ruang Kota
| Minggu, 23 November 2025 | 04:30 WIB

Kiprah Pejalan Kaki Menghidupkan Ruang-ruang Kota

Kebiasaan berolahraga belakangan jadi kegiatan yang banyak dilakukan, termasuk berjalan kaki. Tren berjalan, kini menjamur di berbagai daerah.

Siap-Siap Potensi Dividen Interim UNVR Cukup Besar, Tapi Awas Dividend Trap
| Sabtu, 22 November 2025 | 20:10 WIB

Siap-Siap Potensi Dividen Interim UNVR Cukup Besar, Tapi Awas Dividend Trap

UNVR lebih cocok untuk investor jangka menengah–panjang yang mencari saham defensif dengan dividen stabil, bukan untuk momentum trading.

Selain Sawit Bisnis Kayu Grup Sampoerna Juga Dijual Karena Merugi, Fokus Filantropi
| Sabtu, 22 November 2025 | 18:24 WIB

Selain Sawit Bisnis Kayu Grup Sampoerna Juga Dijual Karena Merugi, Fokus Filantropi

Presiden Direktur Grup Sampoerna Bambang Sulistyo mengatakan pihaknya tetap berkomitmen untuk terus berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia.

Tren Masih Bullish, Saham Petrosea (PTRO) Kenaikannya Mulai Terbatas
| Sabtu, 22 November 2025 | 17:43 WIB

Tren Masih Bullish, Saham Petrosea (PTRO) Kenaikannya Mulai Terbatas

Kontrak kerja sama yang baru dikantonginya menjadi katalis terdekat bagi emiten terafiliasi konglomerat Prajogo Pangestu ini.

Likuidasi Stagnan & Edukasi Minim, Hal Ini yang Perlu Diperhatikan Investor Kripto
| Sabtu, 22 November 2025 | 17:18 WIB

Likuidasi Stagnan & Edukasi Minim, Hal Ini yang Perlu Diperhatikan Investor Kripto

Likuiditas yang flat ini membuat pasar juga berada dalam mode bearish, terutama bagi koin selain bitcoin.

Harga CPO Bikin Laba Melonjak, Prospek Kinerja dan Saham AALI di Q4 Bisa Menguat
| Sabtu, 22 November 2025 | 11:00 WIB

Harga CPO Bikin Laba Melonjak, Prospek Kinerja dan Saham AALI di Q4 Bisa Menguat

Kenaikan harga CPO yang terjadi menjadi katalis positif jangka pendek, sementara area support AALI berada di kisaran Rp 7.600 hingga Rp 7.700.

YELO Bakal Perkuat Bisnis Fixed Broadband Internet ke Segmen Rumah Tangga
| Sabtu, 22 November 2025 | 09:00 WIB

YELO Bakal Perkuat Bisnis Fixed Broadband Internet ke Segmen Rumah Tangga

PT Yeloo Integra Datanet Tbk (YELO) tengah menghadapi masa sulit sepanjang sembilan bulan tahun 2025 ini.

Mengejar Target Pajak Lewat Digitalisasi
| Sabtu, 22 November 2025 | 07:00 WIB

Mengejar Target Pajak Lewat Digitalisasi

Untuk mengejar target pajak penghambat sitem coretax harus segera dibenahi supaya optimalisasi penerimaan pajak terpenuhi..​

INDEKS BERITA

Terpopuler