Berita *Global

Nyaris Tembus 20.000, Kematian Akibat Corona di AS Jadi Yang Tertinggi di Dunia

Minggu, 12 April 2020 | 02:26 WIB
Nyaris Tembus 20.000, Kematian Akibat Corona di AS Jadi Yang Tertinggi di Dunia

ILUSTRASI. A New York City Police officer (NYPD) takes a selfie while in the middle of the street in an almost empty Times Square, during the coronavirus disease (COVID-19) outbreak, in New York City, U.S., March 31, 2020. REUTERS/Brendan McDermid TPX IMAGES OF THE

Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Angka kematian akibat virus corona (covid-19) di Amerika Serikat (AS)  mendekati 20.000 jiwa, mencapai yang tertinggi di dunia. Jumlah ini melebihi tingkat kematian di Italia yang mencapai 19.468 dan Spanyol sebanyak 16.353 jiwa. (lihat tabel)

Setidaknya ada 783 kasus kematian baru yang dilaporkan di New York pada Sabtu pagi (11/4). Tingkat kematian di AS memang terus meningkat, bahkan dilaporkan telah mencapai 2.000 kematian sehari, dalam empat hari belakangan ini. 

Negara Jumlah Kematian Jumlah Kasus
AS 19.701 506.188
Italia 19.468 152.271
Spanyol 16.353 161.852
Prancis 13.832 129.654
Inggris 9.891 79.865
Iran 4.357 70.029
Belgia 3.346 28.018
China 3.339 81.969
Jerman 2.767 123.826
Belanda 2.652 24.565
Brasil 1.075 20.022
Swiss 1.015 24.900
Turki 1.006 47.029
Swedia 887 10.151
Kanada 601 22.580

Sumber: Bloomberg, per 11 April 2020

Melansir Bloomberg, jumlah korban berat di AS dan sebagian besar Eropa terkait dengan kegagalan penerapan langkah-langkah luas seperti pengujian masal dan jarak sosial untuk mencegah penyebaran virus. Beberapa wilayah di AS yang belum dikunci (lock down) menciptakan peluang untuk penyebaran lebih luas. 

Baca Juga: Bangladesh perpanjang kebijakan lockdown akibat virus corona, India masih pikir-pikir

Namun, tak heran jika AS memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan Italia, mengingat tingkat populasi yang lebih besar. Populasi di AS mencapai 330 juta jiwa atau lima kali lebih besar dari Italia. 

Sejatinya, AS punya cukup waktu untuk melihat apa yang akan terjadi, ketika China mulai mengalami wabah ini di Januari dan menular ke Eropa hanya beberapa minggu kemudian.

Kritik terhadap penanganan virus corona di AS terus bermunculan, terutama karena AS terlambat merespon dan tidak memanfaatkan waktu yang berharga dengan membangun kapasitas pengujian atau menyiapkan perlengkapan medis yang kini sulit ditemukan. 

Baca Juga: Korea hanya konfirmasi 27 kasus baru corona, terendah sejak Februari

Sekadar kilas balik, pada 26 Februari, Italia telah mengunci seluruh kota dan wilayah yang dilanda virus. Namun saat itu, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa AS memiliki situasi sangat terkendali, hanya dengan 15 kasus virus corona di seluruh negeri. "Dan jumlah itu akan menurun, tidak naik," ujarnya saat konferensi pers di Gedung Putih. 

Baca Juga: Legenda tinju dunia Mike Tyson bantu korban virus corona dari bisnis ganja

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengkritik AS dan China karena mereka saling menyalahkan atas keparahan epidemi tersebut. Kedua negara adikuasa ini sejatinya harus menunjukkan "kepemimpinan yang jujur". JIka tidak, akan ada risiko mengubah wabah menjadi krisis yang lebih besar, katanya pada pada 8 April silam. 

Mengutip Reuters, pakar kesehatan masyarakat memperingatkan bahwa angka kematian di AS bisa melonjak menjadi 200.000 selama musim panas ini jika aturan untuk tinggal di rumah dicabut dalam 30 hari.

Aturan untuk tetap di rumah diberlakukan dalam beberapa pekan terakhir di 42 dari 50 negara bagian. Hal ini telah memukul perdagangan AS.

Beberapa ekonom memperkirakan, akan ada potensi PHK terhadap 20 juta jiwa pada akhir bulan. Hal ini pun menimbulkan pertanyaan tentang berapa lama penutupan bisnis dan pembatasan perjalanan dapat bertahan. 

Secara global, ada lebih dari 1,6 juta kasus virus corona yang dikonfirmasi, dengan jumlah kematian melebihi 106.000 jiwa. 

Terbaru