Obligasi Korporasi Masih Positif Karena Kupon Lebih tinggi dan Tenor Lebih Pendek

Selasa, 15 Januari 2019 | 04:30 WIB
Obligasi Korporasi Masih Positif Karena Kupon Lebih tinggi dan Tenor Lebih Pendek
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau masih mengandung risiko, prospek investasi obligasi korporasi tergolong positif. Mengutip data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), investasi di obligasi korporasi memberi cuan 0,36% sejak awal tahun ini hingga Senin (14/1). Ini terlihat dari pergerakan INDOBeX Corporate Total Return.

Sementara investasi obligasi negara merugi 0,04% di periode yang sama. Hal ini ditunjukkan pergerakan INDOBeX Government Total Return.

Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar mengatakan, pergerakan indeks obligasi pemerintah cenderung fluktuatif, walau sebenarnya ada sentimen positif di pasar. Misalnya tren penguatan nilai tukar rupiah dan masuknya dana investor asing ke pasar obligasi domestik.

Sedang obligasi korporasi tertolong karakteristik pergerakan harganya yang relatif lebih terbatas. Selain itu, perbedaan selisih imbal hasil dan tenor juga mempengaruhi pergerakan indeks obligasi korporasi. “Kinerja obligasi korporasi masih positif akibat kupon yang lebih tinggi dan tenor yang lebih pendek, sehingga risiko pasar lebih rendah,” ungkap Anil, kemarin.

Anil meyakini, kupon yang tinggi membuat obligasi korporasi masih menjadi pilihan investasi menarik bagi para investor. Utamanya bagi investor yang berorientasi menahan kepemilikan hingga jatuh tempo.

Selain itu, pamor obligasi korporasi dipercaya tidak berkurang, kendati pemerintah secara masif menerbitkan obligasi ritel sepanjang tahun ini. Pasalnya, kedua instrumen ini memiliki pangsa pasar dan karakter investor yang berbeda.

Terbatasnya kenaikan suku bunga acuan di tahun ini juga berpotensi membuat suplai obligasi korporasi lebih terjaga. Dalam hal ini, penerbitan obligasi korporasi berpeluang tetap ramai lantaran beban cost of fund perusahaan berangsur-angsur berkurang.

Hal ini berbeda dengan kondisi di tahun lalu. Di mana Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan BI 7-day repo rate (BI 7-DRR) sebanyak enam kali. Total kenaikan suku bunga mencapai 175 bps menjadi 6%.

Hal ini membuat penerbitan obligasi korporasi di 2018 cenderung menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga 28 Desember 2018, penerbitan obligasi serta sukuk korporasi hanya Rp 114,17 triliun. Padahal di 2017, total penerbitan surat utang korporasi mencapai Rp 156,71 triliun.

Hanya saja, investor perlu mencermati potensi perlambatan ekonomi global di tahun ini. Sebab, gejolak ekonomi bisa saja mengganggu kinerja keuangan dan prospek bisnis sejumlah perusahaan penerbit obligasi. “Ini akan mempengaruhi peringkat utang perusahaan, yang kemudian berlanjut pada meningkatnya risiko gagal bayar,” cetus Anil.

Bagikan

Berita Terbaru

Pertebal Portofolio, Saratoga (SRTG) Siapkan Dana US$ 150 Juta
| Kamis, 23 Januari 2025 | 09:07 WIB

Pertebal Portofolio, Saratoga (SRTG) Siapkan Dana US$ 150 Juta

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) membidik sejumlah perusahaan potensial untuk didanai pada tahun 2025 ini. 

Berbenah, Prospek Saham GOTO Berpotensi Merekah
| Kamis, 23 Januari 2025 | 09:03 WIB

Berbenah, Prospek Saham GOTO Berpotensi Merekah

Pemulihan kinerja dan bisnis on demand service mendorong prospek harga saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO)

Menangkap Peluang Mengoleksi Emas Saat Harga Terkoreksi
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:31 WIB

Menangkap Peluang Mengoleksi Emas Saat Harga Terkoreksi

Di jangka pendek ada peluang harga emas terkoreksi. Data-data inflasi Amerika Serikat menunjukkan pelambatan

Langkah Konsolidasi Akan Berlanjut, Taji KPR Syariah Bank BTN (BBTN) Kian Kuat
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:26 WIB

Langkah Konsolidasi Akan Berlanjut, Taji KPR Syariah Bank BTN (BBTN) Kian Kuat

Ketimbang IPO entitas hasil merger UUS BTN Syariah dan Bank Victoria Syariah, BBTN membuka peluang untuk mengakuisisi bank syariah lain.

Tarik Minat Masyarakat di Program 3 Juta Rumah, Kementerian BUMN Gunakan Konsep TOD
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:09 WIB

Tarik Minat Masyarakat di Program 3 Juta Rumah, Kementerian BUMN Gunakan Konsep TOD

Pemerintah akan menyisir dan mendata developer nakal agar tidak bisa berpartisipasi dalam Program Tiga Juta Rumah. 

Diam-Diam Sahamnya Sudah Terbang 45%, SMKL Rupanya Berkongsi dengan Perusahaan China
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:53 WIB

Diam-Diam Sahamnya Sudah Terbang 45%, SMKL Rupanya Berkongsi dengan Perusahaan China

PT Satyamitra Kemas Lestari Tbk (SMKL) dan Ghuangzhou Yi Song berkongsi masuk ke bisnis paper pulp mold. ​

PK Ditolak, Subagio Wirjoatmodjo Mesti Melepas Kepemilikannya di Trimata Benua
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:41 WIB

PK Ditolak, Subagio Wirjoatmodjo Mesti Melepas Kepemilikannya di Trimata Benua

Data terbaru menunjukkan, kepemilikan Subagio Wirjoatmodjo di perusahaan batubara PT Trimata Benua sebanyak 25 persen.

Gara-Gara Perintah Donald Trump, Arus Masuk Dana ke Obligasi Domestik Tersendat
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:02 WIB

Gara-Gara Perintah Donald Trump, Arus Masuk Dana ke Obligasi Domestik Tersendat

Peluang pemangkasan suku bunga acuan alias BI rate dapat mendukung valuasi yield obligasi domestik. 

Bank Indonesia Siap Borong SBN di Pasar Sekunder
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:00 WIB

Bank Indonesia Siap Borong SBN di Pasar Sekunder

Langkah borong SBN oleh Bank Indonesia sebagai bentuk dukungan bank sentral terhadap program ekonomi pemerintah.

Indonesia Menawarkan Investasi Baterai Listrik
| Kamis, 23 Januari 2025 | 06:45 WIB

Indonesia Menawarkan Investasi Baterai Listrik

Pada September nanti Indonesia secara keseluruhan bisa memenuhi standar besar seperti Exponential Moving Average (EMA).

INDEKS BERITA

Terpopuler