Pasar Obligasi Sepi Jelang Keputusan FOMC, Ini Rekomendasi Analis

Senin, 29 Juli 2019 | 05:56 WIB
Pasar Obligasi Sepi Jelang Keputusan FOMC, Ini Rekomendasi Analis
[]
Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada akhir bulan ini, pasar obligasi domestik bergerak stagnan cenderung melemah.

Buktinya, yield Surat Utang Negara (SUN) acuan tenor 10 tahun kembali naik setelah sempat mencetak rekor terendahnya.

Jumat (26/7), yield SUN FR0078 berada di level 7,189%. Padahal 16 Juli lalu, posisinya masih di 7,077%.

Kenaikan yield berarti harga SUN turun. Akhir pekan lalu, harga FR0078 ini berada di level 107,352.

Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan menjelaskan, penantian pasar terhadap hasil FOMC dan arah kebijakan The Federal Reserve memang membuat pasar obligasi Indonesia cenderung melemah.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto menambahkan, dalam sepekan belakangan, volume transaksi di pasar obligasi juga menurun. "Sepekan lalu asing tidak banyak masuk dan cenderung masih wait and see menunggu hasil FOMC," jelas dia.

Peluang The Fed memangkas suku bunga acuan saat FOMC bulan ini terbilang cukup besar. Terlebih, data awal pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat kuartal II-2019 yang dirilis Biro Analis Ekonomi AS hanya 2,1%. Posisi ini lebih rendah ketimbang kuartal I-2019 yang mencapai 3,1%.

Nah, jika bank sentral Negeri Paman Sam tersebut memilih memangkas suku bunga acuan, maka peluang yield SUN untuk turun serta harga naik terbuka lebar.

Tetapi Ariawan mengingatkan, ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga acuan AS yang agresif bisa menjadi batu sandungan. Hitungan dia, posisi yield danharga saat ini dinilai sudah price in dengan penurunan suku bunga acuan AS sebesar 25 bps.

Selain itu, pelaku pasar harus tetap berhati-hati pada faktor eksternal lain yang mayoritas menggerakkan pasar SUN saat ini ketimbang dengan faktor dalam negeri. "Ketidakstabilan pasar global, seperti masalah geopolitik masih membuat pasar obligasi bergerak volatil," tambah Ramdhan.

Pasar obligasi bakal semakin menarik karena masih manawarkan imbal hasil kompetitif oleh investor asing. Dia pun optimistis, yield SUN dapat bergerak ke bawah 7% jika suku bunga acuan AS turun.

Ramdhan merekomendasikan, jelang keputusan FOMC, pelaku pasar bisa melakukan trading pada seri SUN tenor 10 tahun15 tahun atau seri benchmark yang memiliki likuiditas tinggi. Sementara, Ariawan lebih menyarankan agar investor mengambil tenor pendek dan menengah yang berada di kisaran 3 tahun7 tahun.

Bagikan

Berita Terbaru

IHSG Pekan Ini Tembus Rekor Baru, Waspada Sentimen Global
| Minggu, 14 Desember 2025 | 06:00 WIB

IHSG Pekan Ini Tembus Rekor Baru, Waspada Sentimen Global

IHSG mengakumulasi kenaikan 0,32% dalam sepekan terakhir. Sedangkan sejak awal tahun, IHSG menguat 22,33%.

Animo Investor Saham
| Minggu, 14 Desember 2025 | 05:50 WIB

Animo Investor Saham

​Kenaikan IHSG terdorong oleh peningkatan investor pasar modal di dalam negeri yang semakin melek berinvestasi saham.

Keandalan Menara MTEL Diuji Bencana Sumatera
| Minggu, 14 Desember 2025 | 05:35 WIB

Keandalan Menara MTEL Diuji Bencana Sumatera

Banjir dan longsor membuat layanan telekomunikasi di sejumlah wilayah Sumatera lumpuh. Dalam situasi ini, keandalan peru

Memutar Roda Bisnis yang Terhuyung di Pulau Andalas
| Minggu, 14 Desember 2025 | 05:10 WIB

Memutar Roda Bisnis yang Terhuyung di Pulau Andalas

Banjir dan longsor yang melanda Sumatera akhir November bukan hanya merenggut ratusan nyawa, tapi bikin meriang perdagangan.

 
Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:11 WIB

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak

BI menargetkan volume transaksi QRIS tahun 2025 mencapai 15,37 miliar atau melonjak 146,4% secara tahunan dengan nilai Rp 1.486,8 triliun 

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:07 WIB

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS

Bank CIMB Niaga berpotensi memiliki bank syariah beraset jumbo. Pasalnya, bank melakukan penjajakan untuk konsolidasi dengan bank syariah​

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 08:00 WIB

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati

Kondisi ekonomi global yang tak pasti serta suku bunga tinggi menekan industri barang mewah di tahun 2025

Berhentilah Menebang Masa Depan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:10 WIB

Berhentilah Menebang Masa Depan

Bencana  banjir dan longsor di tiga provinsi Sumatra jadi momentum reformasi kebijakan perizinan dan tata ruang Indonesia.​

Jangan Jadi Tradisi
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:00 WIB

Jangan Jadi Tradisi

Lonjakan harga-harga komoditas pangan menjelang Nataru ataupun saat puasa dan Lebaran harus disikapi serius pemerintah lewat kebijakan.

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:55 WIB

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang

Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO), Bryan David Emil, memilih aset berjangka menengah panjang dalam portofolio investasinya.

INDEKS BERITA

Terpopuler