Pemangkasan Bea Impor CPO Asal Indonesia Terancam Gagal

Kamis, 12 September 2019 | 11:50 WIB
Pemangkasan Bea Impor CPO Asal Indonesia Terancam Gagal
[ILUSTRASI. Panen kelapa sawit]
Reporter: Tedy Gumilar | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - PUNE. Peluang bagi Pemerintah India untuk memangkas bea impor produk olahan crude palm oil (CPO) yang berasal dari Indonesia kini tengah terancam gagal.

Pasalnya, industri pengolahan minyak nabati India yang bernaung dalam Solvent Extractors' Association (SEA) menunjukkan penolakan atas rencana tersebut.

Hal ini disampaikan dalam surat yang dilayangkan SEA ke Menteri Perdagangan India, dikutip dari pemberitaan indiatimes.com (11/09).

Dalam suratnya itu, Atul Chaturvedi, Presiden SEA menyitir pemberitaan media online yang mengutip pernyataan Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita.

Enggar menyebut Pemerintah India akan memangkas bea impor produk refined, bleached, and deodorized (RBD) palmolein menjadi 45% untuk menciptakan level permainan yang setara dengan Malaysia.

Baca Juga: India berjanji akan menurunkan tarif bea masuk produk sawit

Dalam laporan tersebut, kutip Atul Chaturvedi, pemerintah India merespons positif permintaan Indonesia.

Nah, Atul Chaturvedi mengatakan bahwa informasi tersebut telah memunculkan kebingungan di antara pelaku perdagangan dan industri minyak nabati India.

"Faktanya, ketika pengenaan tambahan safeguard 5% untuk RBD palmolein dan CPO yang berasal dari Malaysia diberlakukan, bea masuk RBD palmolein dan CPO adalah 50%, terlepas dari asal negaranya dan telah menciptakan lapangan permainan yang setara untuk semua negara pengekspor," kata Atul Chaturvedi. 

Jadi tidak setara

Singkat cerita, jika akhirnya India memangkas bea impor CPO asal Indonesia, ini sama artinya perlakuan terhadap negara-negara eksportir CPO kembali tidak setara.

Sebab, bea impor CPO asal Indonesia menjadi lebih murah ketimbang Malaysia.

Impor CPO dan produk turunannya yang berasal dari Malaysia memang terancam seiring investigasi safeguard yang digelar Kementerian Perdagangan India.

Investigasi dilakukan menyusul permintaan yang diajukan SEA setelah impor CPO dan produk turunannya yang berasal dari Malaysia melonjak signifikan.

Baca Juga: Tarif Impor CPO Malaysia ke India direkomendasikan Naik 5%

Dalam rilis temuan awal, Kementerian Perdagangan India menemukan bukti bahwa lonjakan impor dari Malaysia telah merugikan industri lokal mereka.

Dus, India akan menerapkan tarif tambahan berupa safeguard 5% dan berlaku selama enam bulan.

Baca Juga: Ini Dampak Tiga Skenario Kebijakan Pembatasan CPO

Bagikan

Berita Terbaru

Valuasi Diskon dan Margin Membaik, Consumer Staples Naik Kelas Tahun Depan
| Selasa, 02 Desember 2025 | 13:00 WIB

Valuasi Diskon dan Margin Membaik, Consumer Staples Naik Kelas Tahun Depan

Sektor consumer staples terkini menunjukkan pemulihan daya beli yang lebih solid sejak kuartal III-2025. Belanja fiskal menjadi pendorong penting.

Saham STAR Disuspensi BEI, Secara Teknikal Sejatinya Masih Punya Tenaga Untuk Mendaki
| Selasa, 02 Desember 2025 | 08:43 WIB

Saham STAR Disuspensi BEI, Secara Teknikal Sejatinya Masih Punya Tenaga Untuk Mendaki

Baru dua hari keluar dari Papan Pemantauan Khusus, saham PT Buana Artha Anugerah Tbk (STAR) disuspensi BEI. 

Mengupas Teknikal dan Strategi Trading Saham Prajogo Pangestu, dari BREN Hingga CDIA
| Selasa, 02 Desember 2025 | 08:05 WIB

Mengupas Teknikal dan Strategi Trading Saham Prajogo Pangestu, dari BREN Hingga CDIA

Prospek saham Prajogo Pangestu di awal Desember 2025: BREN masuk MSCI, CUAN ekspansi energi, TPIA breakout.

Ellon Musk, Sang Jenius, Orang Kaya Calon Triliuner Pertama Dunia
| Selasa, 02 Desember 2025 | 07:34 WIB

Ellon Musk, Sang Jenius, Orang Kaya Calon Triliuner Pertama Dunia

Lewat Starlink, Musk memancarkan internet hingga ke pedalaman Afrika. Dengan Neuralink ia bercita-cita menghubungkan otak manusia dengan mesin.

Layanan Telekomunikasi di Sumatra Masih Terganggu
| Selasa, 02 Desember 2025 | 07:30 WIB

Layanan Telekomunikasi di Sumatra Masih Terganggu

Bencana banjir dan longsor tersebut mengakibatkan padamnya pasokan listrik di sejumlah wilayah.di Sumatra.

Genjot Pendapatan Non-Batubara, Bumi Resources (BUMI) Gencar Akuisisi
| Selasa, 02 Desember 2025 | 07:19 WIB

Genjot Pendapatan Non-Batubara, Bumi Resources (BUMI) Gencar Akuisisi

Pada 2031, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menargetkan bisa mencapai komposisi 50% antara pendapatan batubara dan non-batubara.

Ditopang Investor Domestik, Saham BUMI Tahan Banting di Tengah Aksi Jual Asing
| Selasa, 02 Desember 2025 | 07:17 WIB

Ditopang Investor Domestik, Saham BUMI Tahan Banting di Tengah Aksi Jual Asing

Saham BUMI didorong sentimen kuasi reorganisasi dan diversifikasi bisnis mineral. Analisis lengkap pendorong.

Lewat Private Placement, Garuda (GIAA) Dapat Tambahan Modal Dari Danantara
| Selasa, 02 Desember 2025 | 07:12 WIB

Lewat Private Placement, Garuda (GIAA) Dapat Tambahan Modal Dari Danantara

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) berupaya memoles kondisi keuangannya. Terbaru, GIAA melakukan aksi penambahan modal melalui private placement.

Catur Sentosa (CSAP) Menjaga Kinerja di Akhir Tahun Ini
| Selasa, 02 Desember 2025 | 07:10 WIB

Catur Sentosa (CSAP) Menjaga Kinerja di Akhir Tahun Ini

Hingga September 2025 CSAP tercatat mengantongi pendapatan sebesar Rp 12,9 triliun, atau tumbuh tipis 1,2% secara tahunan atau yoy.​

Memperbaiki Struktur Keuangan, Emiten BUMN Karya Gencar Divestasi Aset
| Selasa, 02 Desember 2025 | 06:58 WIB

Memperbaiki Struktur Keuangan, Emiten BUMN Karya Gencar Divestasi Aset

Jelang konsolidasi pada 2026, emiten BUMN Karya gencar melakukan divestasi aset untuk memperbaiki struktur keuangannya.

INDEKS BERITA

Terpopuler